Jangan Buang-buang Nasi, Gaes!

Saya paling sebal melihat orang yang sering tidak menghabiskan nasi. Kadang disisain sesendok di pinggir piringnya, malah ada yang cuma menyantap setengah piring saja. Trus, yang setengah itu, ya dibuang. Alasannya: sudah kenyang.

Mbok ya, kalau merasa perut sudah agak penuhan sebelum makan besar, ngambil nasinya sedikit-dikit aja toh, biar gak kebuang.

Ada lagi yang beralasan, lauk dalam piringnya udah habis, jadi gak ada rasa atau gak enak kalau makan nasinya doang. Alhasil, nasinya ditinggalin begitu saja. Kasihan atuh ngelihat nasinya.


Pun, dengan orang yang suka masak lauk atau nasi berlebihan, sehingga tak semuanya termakan dan jadi basi. Teringat kata-kata Almarhum Uwak saya: ‘Masaklah sesuai porsi dengan jumlah anggota keluarga, supaya gak mubazir. Kalau setiap masak selalu dalam porsi yang banyak, sementara yang makan hanya 2 atau 3 orang saja, gimana gak terbuang? Padahal, banyak sekali orang yang ngirit masak beras, hanya supaya kebutuhan makan mereka sehari- hari tercukupi.

Kalau kata teman kuliah saya dulu: “Coba kalau butiran-butiran nasi yang kita buang tadi, kita kumpulkan bersamaan dengan orang-orang satu provinsi, yang juga membuang butiran nasinya, sudah berapa banyak nasi yang terkumpul? Dan itu sudah bisa untuk makan beratus-ratus orang?”

Bukan hanya soal nasi saja yang bikin saya kesal. Melihat orang menumpahkan saos atau sambal yang berlebihan, lantas tak dihabiskan, duh!

Pun, misalnya, saat mengambil lalapan ketika makan di restoran sunda, Biasanya, ciri khas resto sunda itu menaruh lalapan di tempat khusus dan konsumen diperbolehkan mengambil sebebasnya. Nah, karena bebas, bukan berarti kita mesti serakah dan gak kira-kira. Seringkali saya melihat banyak lalap yang tak termakan dan terbuang ketika sang tamu resto sudah meninggalkan tempatnya. 

Sampai-sampai restoran sunda tempat langganan saya itupun, menempel tulisan di dinding, persis di atas tempat wadah besar lalapan dan sambal, bunyinya: “Tolong mengambil lalap dan sambal secukupnya,”

Lah, iyalah, yang punya restoran kesel kali kalau lalapannya banyak yang terbuang percuma.


Nah, karena saya kekeuh dalam hal ini, maka saya selalu bersikap tegas dan cerewet kepada teman terutama keponakan. Keponakan nih, yang saya lihat sering tak menghabiskan makanannya. Saya akan ngedumel dan marah kalau mereka tak menghabisi itu nasi atau makanan. Waktu kecil dulu, merekapun kadang takut kalau saya marahi. Akhirnya, dihabiskan juga makanan mereka, hahaha..

Karena galak, maka sayapun dijuluki tante cerewet oleh keponakan. Ya, gak apa-apa, kan cerewetnya dalam hal yang positif. Hihihi.....

7 comments

  1. sejak kecil aku selalu menanamkan sama anak2ku untuk menghabiskan makan, minta ambil sedikit dulu kalau masih lapar ambil lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sip mbak, toss dulu. Anak-anak harus dibiasakan sejak kecil gak boleh buang makanan, agar ketika mereka besar nanti juga melakukan hal yang sama :))

      Delete
  2. Samaaaaa. Aku juga suka ngambek kalau ada yang gak habisin makanan. Termasuk kalau lagi di restoran. Udah pesan banyak-banyak, eh nyisa. Jngan mentang-mentang bisa bayar jadi gak peduli sama sisa makanan 😥 Aku biasanya bawa pulang sisanya, lalu dihabiskan di rumah. Kalau ada dagingnya meski aku vegan ya gak dibuang juga, kasih aja sama ortu atau bahkan anjingku 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Indi.... pa kabar? Lama tak bersua di blog, karena aku juga sdh jarang uddate blog dan BW, hihihi.... barusan ke blogmu, sdh nikah aja nih. Selamat ya..


      Iya, nasi atau makanan kalau dimubazirin kasihan atuh. Aku juga kalau makan di resto, terus gak habis, sering bawa pulang, daripada dibuang, lumayan buat makan di jam selanjutnya, heheheh

      Delete
  3. Dari dulu aku diajarin sama ibuku kalo makan harus diabisin, karena pernah aku makan tapi ada sisa, trus aku langsung diceramahin. tapi emng bener setelah itu, masih banyak diluar sana yang ga seberuntung kita.
    share yg bermanfaat mbak, oh iy salam kenal ya mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Aldhi, salam kenal juga. Apa yang diajarkan ortu kita dari kecil dalam hal kebaikan, semoga menularkan kita untuk kembali mengajarkannya kepada anak cucu kita nanti. Aamiin

      Delete

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..