Showing posts with label Kuliner. Show all posts

Tolong, Jangan Kau Bakar Hutan, Jika Tak Ingin Bahan Pangan Musnah!


Suasana Forest Cuisine Blogger Gathering WALHIxBPN

Madu, kopi, teh herbal dari kunyit, garam, lada, sirup, tepung, sagu kering, minyak cengkeh, dan poach hijau bertuliskan WALHI berwarna hijau, menarik kaki saya untuk mendekat.

Ragam pangan itu menyambut kedatangan saya di Almond Zucchini Cooking Studio, Jl. Brawijaya VII Pulo Kebayoran Baru Jakarta, Sabtu (29/2/2020).

Pangan-pangan yang dipajang itu berasal dari hutan, dikelola masyarakat setempat dan dibantu dipasarkan oleh LSM Lingkungan Hidup WALHI.

Dari Hutan Hingga Mejeng di Supermarket, Perjalanan Si Jamur Kuping yang Jadi Santap Siangku




Kupikir hutan itu gelap, seram dan angker. 

Oh, mungkin diri ini sering mendengar drama radio yang menggambarkan kalau hutan itu tempat tinggalnya mak lampir, dedemit dan  teman-temannya, hehehe...

Tapi gambaran itu sirna, setelah saya merasakan masuk ke hutan untuk pertama kalinya sekitar 10 tahun lalu. Tak ada kesan angker, gelap dan seram. 

Di hutan yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cianjur Jawa Barat (sebelumnya saya menulisnya Cirebon, dengan ini saya ralat, maafken sayah) kesejukan dan udara bersihlah justru yang saya nikmati. 

Perkara Sendawa: Dianggap Tak Sopan di Indonesia, Justru Diharapkan di Negara Lain


Saya susah untuk menahan sendawa, bahkan gak pernah menahannya. Kalau sendawa ya sendawa aja. Ya gimana, namanya reaksi tubuh yang refleks.

Sendawa hal yang normal, toh. Biasanya terjadi, setelah mengonsumsi makanan atau minuman tertentu. Jangankan minuman tertentu, menenggak air putih saja, saya bisa  sendawa, hahaha.

Kalau yang saya baca di halodoc.com, sendawa merupakan cara tubuh untuk mengeluarkan gas berlebih secara alami. Proses keluarnya gas dari tubuh adalah hal yang baik, sebab bertumpuknya gas di dalam tubuh atau perut bisa menyebabkan gejala kembung dan nyeri pada area perut.


Tempoyak Sumsel, Enaknyo!

Tempoyak! Siang hari saat saat masih mudik di kampung halaman ketika lebaran lalu, saya memasak sambal tempoyak. Ada yang tahu dengan lauk ini? Tempoyak adalah buah durian yang difermentasi atau diawetkan dengan garam, lalu disambal.

Bumbu sambalnya: kunyit genit, serai ganteng, cabe merah manja dan gula pasir kinclong. Itu ajah! Ada beberapa orang yang menambahkan bawang cantik, ada juga yang tidak. Saya pilih tidak. Mengapa? Karena rasa bawangnya kalah sama tempoyak, jadi rasa bawangnya gak berasa


Cara membuatnya: semua bumbu tadi ditumis, trus masukkan tempoyak, dikasih air dan tambahkan beberapa sendok gula, sampai  mengental. Kenapa gulanya mesti beberapa sendok? Karena tempoyak ini asyiiiinn banget, jadi kalau gak pake gula ya takutnya keasinan. Kalau mau asik lagi, dikasih ikan teri. Alamak, maknyus banget itu mah, hehehe

Sambal tempoyak buatan keluargaku

Tempoyak yang saya olah ini adalah buatan bibi (adiknya Ayah) yang buahnya beliau ambil dari kebun durian di dusun. Kebiasaan bibi saya, kalau tempoyaknya sudah jadi, dibagi-bagikan sama keluarga besar, sisanya dijual. Dan karena saya juga yang bikin sambal tempoyaknya, jadi, klop ya, sambal tempoyak ini made in keluarga eikeh, hehehe.

Untuk mengkonsumsi sambal tempoyak, biasanya dicampur dengan nasi, ya seperti kita mengkonsumsi sambal biasa. Mau dipadukan dengan lauk apa pun, oke-oke saja tuh. Misalnya, dengan ikan goreng dan lalap terong atau dengan tumisan sayur.

Selain disambal, tempoyak juga bisa diolah jadi campuran kuah pindang. Pindang tempoyak, disebutnya. Ada juga yang memakan tempoyak tanpa diolah atau sering disebut tempoyak mentah. Saya juga suka lho makan tempoyak mentah, campur cabe-cabe rawit manja dikit atau sambal terasi mentah, sedaplah… hehhehe

Ini tempoyak mentah sebelum diolah.

 
Pokoknya, Kalau makan ditemani "adonan" durian ini, bagi saya, semua begitu indah dan asik, lebih asik dari Pokomen GO yang lagi ngehits plus penuh pro dan kontra ituuuh, hahhaha.. Beneran lho, makan saya jadi lahap kalau ada si tempoyak manja. Dari kecil, keluarga saya sudah akrab dengan sajian ini. 

Tempoyak adalah salah satu makanan khas Sumsel. Daerah lain seperti Bengkulu, Jambi, Bangka Belitung dan Lampung, juga mengenal tempoyak. Tapi, teman-teman yang berada di luar Sumatera, saya kurang tahu, apakah teman-teman di sana juga pernah atau tahu dengan tempoyak? Namun, setelah saya cari tahu, ternyata di daerah Kalimantan, warganya juga familiar dengan tempoyak dan sering memasaknya.

Biasanya, bagi yang bukan orang Sumatera dan Kalimantan, mungkin aneh ya melihat tempoyak. Misalnya, kata temen saya yang Wong Solo ”Durian dicampur nasi? Gak kebayang gimana rasanya?” Ia berkata begitu dengan ekpresi wajah yang seolah-olah ingin berkata “ogah banget dah gua,” hahahha.

Ketika gambar tempoyak ini saya publish di Facebook, beberapa hari lalu, muncul juga komentar teman yang merasa aneh dengan tempoyak. Seperti komentar dari teman kantor saya yang dulu, Septi Utami: “Aq kenal dan pernah makan tempoyak mb eka, krn dulu pernah kost di rumah yg pemiliknya org Sumatra, beliau sering masak makanan itu… cm aq g tau gmn cara masaknya, taunya cm makannya doank...makanan aneh sepertinya tempoyak."  

Dari sesama teman blogger, Kang Asep, si pemilik blog simplyasep.com, mention akun twitter saya dan bilang: "20thn lebih sy di Pontianak tetap belum bisa makan Tempoyak. Nda tahan. Aromanya saja (maaf) membuat mau (maaf) muntah." Nah, gegara membaca cuitannya Kang Asep ini, saya jadi tahu, orang Pontianak juga sering mengkonsumsi tempoyak.

Selain Kang Asep, teman blogger yang tinggal di Jawa Barat, Rinrin Irma, juga komen di facebook saya: “Duren pedes... kaya' apa ya jadinya, penasaran”

Nah, kalau Anda? Bagaimana Anda melihat penampakan tempoyak? Aneh? Atau malah jadi penasaran?

Susahnya Makan Pakai Sumpit

Sumpit menjepit dinsum :D
Kalau memesan makanan sejenis dinsum, mi-mi-an, atau masakan Jepang, sudah nebak nih, pasti bakal dikasih sumpit sama pelayannya. Ya, dipake sih emang sumpitnya, tapi itu bikin saya lama makannya, karena susah memegang sumpit dengan benar. Beberapa teman sudah mengajarkan, tapi tetap tak berhasil. Kalau saya menjepitnya, makanan enak itu lolos dari sumpit yang saya pegang, hahahaha.

Sesekali, saat di resto, saya request sih untuk minta diganti dengan sendok atau garpu saja. Maklum, tangan ini tak terbiasa pakai sumpit. Wong dari orok sampe saya sudah mateng kayak gini, tiap hari kalau makan ya pakai sendok atau pakai tangan sekalian. 

Sumpit? 

Hmmmm... dalam setahun, mungkin cuma dua kali saya memakainya. Itu pun ketika jajan di luar. Itu pun bukan keinginan saya tapi keinginan resto/cafe. Itu pun gak nyaman kalau memakainya. Walhasil sampai sekarang saya gak bisa pakai sumpit. Oh...

Dinsum menggoda manjaah

Kalau dipaksakan, alhasil saya jadi kesal sendiri, karena waktu akhirnya habis cuma buat ngepasin gimana caranya itu makanan nyantol di sumpit. Apalagi kalau dinsum yang ada isinya, itu bisa kocar-kacir isinya. Jadi gak nikmat lagi mengunyahnya, padahal saya doyan ngonyel dinsum. Pun saat makan mi, lumayan berkali kali menggulungnya agar gak jatoh, hihihi.

Trus, apakah saya berusaha untuk bisa memakai sumpit? Sepertinya nggak ada deh niat untuk mahir pakai sumpit. Bagaimana pun, makan dengan menggunakan sendok atau dengan tangan, lebih nikmat dan cocok untuk saya.

Anda?



Kripik Jambu Biji Merah Yang Menggoda



Warnanya merah muda, imut  dan menggoda. Penampakannya seperti kripik. Awalnya, saya kira ini kripik rasa udang atau ikan yang diberi warna sedemikian rupa, demi menarik selera orang. Pas dicicip, lho.....kok rasa jambu biji merah? Oh, benar toh, ternyata ini kripik jambu biji. Baru tau euy… 

Selama ini saya hanya tahu dengan kripik apel, nangka, bayam, durian, atau kripik pisang. Kripik yang saya sebut terakhir ini, bahkan memang dari jaman dulu sudah dibikin cemilan. Dan kripik-kripik tadi penampakannya persis seperti buahnya. Tapi, beda dengan kripik jambu biji ini, yang penampakannya seperti kripik udang atau ikan, tapi rasa jambu.  

Salut ya para produsen sudah pada kreatif memanfaatkan tanaman atau buah-buahan yang melimpah di Indonesia untuk dijadikan olahan lain.

Si kripik jambu merah....


Sebelum sempat mencicip kripik ini, saya sempat berujar sama salah satu teman yang paling nafsu banget mau ngebuka bungkusnya : “Ih, kok warnanya merah ya, jangan–jangan dikasih pewarna baju”. Ternyata, merahnya itu karena ada olahan jambu merah di dalamnya.

Pas kripik ini sudah masuk mulut, di lidah saya sih gak kerasa tuh rasa ikan atau udang. Apa ini murni kripik jambu? Ya, semoga begitu, dan semoga juga warna yang dihasilkan adalah murni dari warna olahan si Jambu biji, bukan ditambah pewarna lain, apalagi pewarna tekstil..hiii…

Kripik ini dibawa oleh salah satu teman kantor yang baru saja datang dari Pekanbaru untuk liputan di sana. Jadi ceritanya ini oleh-olehnya doi.  Nah, yang namanya  oleh-oleh, satu kantor mah langsung merapat mendekati si objek, hehehe. Begitu juga yang terjadi dengan si kripik pink manja merona ini. 

Teman-teman di kantor juga pada kaget dan mengaku baru pertama kali ini mencicipi kripik jambu. Bagi saya, kalau dibuat cemilan, ya  enak sih, tapi kalau untuk dijadikan lauk makan atau dicampur nasi, ehmmm kayaknya gak masuk deh. Karena rasanya, kan rasa buah gitu. Tapi gak tau ya kalau di lidah orang, hehehe ..

Adakah kripik ini di daerah lain selain Pekanbaru? 

Ngomongin jambu biji, buah ini memang merajalela tumbuh di Indonesia. Banyak juga yang menanamnya di perkarangan rumah. Ibu saya juga menanam jambu waktu saya kecil, tapi jambu biji putih, yang rada keras bijinya, hehehe.. 

Buah ini banyak mengandung Likopen. lho. Likopen adalah karotenoid yang paling umum di dalam tubuh manusia, yang memiliki khasiat antioksidan kuat. Antioksidan sangat penting untuk menjaga kesehatan jaringan dan organ karena berfungsi sebagai penangkal radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas yang tidak ditangkal akan menyebabkan abnormalitas sel yang merupakan cikal bakal penyakit kanker. 

Nah, salah satu manfaat likopen adalah menekan  sel kanker tadi. Berdasarkan penelitian, likopen dapat mencegah kanker prostat, esopagus, ovarium, dan payudara. Buat yang takut mengalami hipertensi dan  stroke, bisa juga lho dicegah dengan zat ini.

Hmmmm....kalau selama ini jambu biji merah sering diolah jadi jus jambu atau ekstrak minuman rasa jambu, tapi kini berkembang menjadi olahan lain. Semoga pertanian jambu ini menjadi berkah buat ibu dan bapak tani ya, dengan banyaknya ide kreatif pengolahan buah yang enak ini,

Anda menemukan olahan apalagi yang terbuat dari jambu biji merah..?



Kok Begini Sajian Masakan Hotel dan Resto Mahal?

 
Ilustrasi

Saya tersenyum ketika membaca artikel soal makanan di hotel atau sajian makanan di tempat yang mahal, namun rasa dan penyajiannya tak karuan. Artikel yang dimuat di bisniskeuangan.kompas.com itu, ditulis oleh Rhenald Kasali, salah satu akademisi dan praktisi bisnis Indonesia. Ia mengkritik soal nasi goreng dan makanan lain yang disajikan oleh hotel. Kata dia, rasa dan penyajiannya kurang enak.

Kurang lebih begini cuplikan tulisannya..

“Entah mengapa, sejak menempati ruangan baru yang lebih luas, rasa makanan di ruang VIP ini tak karuan. Pecel sayuran yang disajikan layu. Gorengan tempe terlihat tidak fresh. Rasanya tidak senikmat tempe goreng yang biasa kita nikmati. 

Saya lalu mengambil rempeyek  yang ada di dalam toples kaca. Selain plastiknya yang agak kumal, saya tak melihat kacangnya. Kata penjaganya, itu peyek kacang dan teri. Tapi begitu saya rasakan, ikan terinya juga tidak saya temukan.  

Andaikan saya tak terburu-buru masuk ke dalam, saya pasti lebih memilih untuk menikmati soto Bangkalan yang ada di teras luar bandara. Rasanya jauh lebih nikmat dari makanan yang disajikan pengelola.

Jangankan ikan bakar yang masaknya super mudah itu, pisang goreng dan nasi goreng saja tak ada yang benar-benar bisa kita nikmati di hotel-hotel berbintang kita."

Ilustrasi: penyajian nasi goreng ala cafe (dok pribadi)

Masih banyak lagi hal atau pengalaman yang ia sampaikan. Beberapa point yang dituliskannya pada artikel itu, saya pun pernah mengalami hal serupa meski tak sama.

Dua minggu lalu, misalnya, saya memesan tumis kangkung di resto yang ada dalam mall di daerah Kali Malang, Jakarta. Restonya bagus dan elit. Tapi, saat tumisan kangkung sampai ke meja tempat saya duduk, kok yang mendominasi tumisan itu adalah batang kangkungnya bukan daunnya. Sungguh sangat tidak bernafsu dilihat. Tidak menggoda. Saya jadi mikir, ini mungkin daunnya sudah pada kuning jadi banyak yang dibuang, makanya si batanglah yang menguasai  piring dan daunnya cuma seuprit. Atau, memang kangkungnya yang sedikit,  tapi tetep maksa diolah karena ada yang memesan?

Begitupun dengan sup ikan patin yang saya pesan. Daging ikannya hancur dan terbocar bacir, jadi tidak utuh disajikan. Saya menduga, daging ikannya sudah lama tersimpan di kulkas, hingga  ketika dimasak dagingnya sudah lembut, kemudian direbus pula, ya tambah hancurlah dia.  Atau, mereka yang kelamaan memasaknya, hingga daging  si ikan hancur?

Setelah saya cicip dagingnya, rasanya pun sudah seperti ikan yang tidak segar dan tlah lama disimpan di kulkas. Meski kulkas atau freezer adalah tempat untuk mengawetkan bahan makanan, tentu ada saja masa batas penyimpanannya. Kalau terlalu lama menyimpan ikan lebih dari sebulan misalnya, ya akan “kadaluarsa” juga, alias tak layak dikonsumsi lagi. Makanya daging ikan patin yang saya pesan itu pun, rasanya seperti daging busuk dan hambar. Duh....

Ilustrasi: Ikan Patin di salah satu resto. 
Kalau yang ini lumayan penampakannya (dok pribadi)

Bagi saya yang jarang makan di hotel atau di resto (mewah) yang ruangannya berkonsep dan berAC, yang dihiasi dengan sofa-sofa cantik, harusnya masakannya lebih enak daripada masakan rumahan, dong. Karena tujuan orang makan di resto itu, selain karena lapar dan kepengen menikmati sajian makan di luar rumah, orang juga berharap masakan yang disajikan lebih sedap dan nampol dong bumbunya. Bukan begitu..?

Karena kita tahu, di hotel misalnya, biasanya kan ada koki-koki special yang jago masak. Pengunjung hotel tentulah berharap dan membayangkan masakan yang dibuat lebih lezat. So, kalau ada makanan yang rasanya biasa saja dan terkesan asal-asalan, penonton pun kecewa. Padahal, kita bayar lho, makan dan minum di sana. Mahal pulak.

Pun, ketika saya menemui ada teh basi yang disajikan di hotel bintang 4 dan restoran terkenal di Jakarta. Ini juga bikin dahi mengerenyit.

Ya, karena dari kecil saya sudah disuguhi teh oleh ibu saya, maka saya tau dong, mana teh basi dan mana teh segar atau yang baru dibuat. Bukan soal karena suhunya masih panas, maka itu adalah teh yang baru. Belum tentu. Tapi, dari rasanya, bung! 

Nah, baru-baru ini saya makan di resto yang terkenal, karena cabangnya di mana-mana di ibu kota tercintaah ini. Saat meminum tehnya, alamak, rasanya basi. Teh itu saya ambil di wadah besar (seperti termoslah ya), yang memang ditaruh di tengah areal resto. Jadi, buat tamu yang ingin minum teh  atau ingin menambah teh lagi, pengunjung dipersilahkan mengambil sendiri sebanyak-banyaknya tanpa biaya tambahan, alias gratis..

Rasa teh yang basi itu, saya menduga, berasal dari sisa teh kemarin yang tidak habis. Lantas,  saat mereka membuat teh baru, mereka gabungkan air sisa teh kemarin dengan teh yang baru. Mungkin, mereka sayang kali ya membuang sisa teh kemarin. Tapi,  yang namanya teh itu, kalau sudah semalaman, rasanya akan berubah, salah satunya karena sudah terkontaminasi dengan udara, makanya rasanya jadi asam atau basi. Walaupun teh basi itu dicampur dengan teh yang baru dibuat, katakanlah takaran teh yang baru lebih banyak daripada teh yang kemarin, tetap saja rasa basinya gak bisa sembunyi, lho. Dan hal ini membuat selera makan saya menurun. Padahal, teh itu nikmat banget kalau di seruput sore hari, seperti kala jelang senja saya datang ke sana.

Ilustrasi
Yang saya herankan, kok bisa kebobolan sih menghadirkan teh basi di resto? Seharusnya  karyawannya mencicipi dulu tehnya sebelum disuguhkan? Kalau karyawannya lalai, Pak Managernya barangkali ya yang kudu sigap ngecek rasa minuman atau makanan sebelum disajikan. Hmmmm, berhubung suguhan teh ini gratisan, walau di resto yang mahal, saya kok jadi sungkan mau komplain, walaupun sebenarnya kita sebagai konsumen berhak banget mau komplain kalau merasa dirugikan, lho.

Soal teh basi ini, bukan kali pertama saya mengalaminya. Empat  tahun lalu, saat saya mengikuti serangkaian pelatihan media (kebetulan saya yang diutus dari kantor) dan menginap di hotel berbintang 4 di Surabaya, hal yang sama saya alami. Waktu saya ke sana, hotel itu masih baru dan fresh. Tapi, tiga malam saya menginap di sana, ealah, 3 kali pula saya harus menikmati teh rasa basi saat sarapan pagi. Dalam hati: “Ini hotel lho, bintang 4 pula, kok bisa tehnya basi? Apa gak dicek dulu sama kokinya atau karyawannya?”

Tapi, saat itu  saya cuma diam, ada rasa gak enakan kalo mau mengkritik. Tapi, setelah waktu berlalu, saya menyesali diri, kenapa gak komplain dengan pihak hotel atau managernya ya? Padahal, saat itu saya ketemu dengan managernya dan dia mengucapkan terimakasih karena sudah menginap di hotelnya.. Andai saya komplain saat itu, saya yakin mereka akan membenahi dan mungkin akan berterima kasih karena sudah saya kasih tau....:)) Tapi, ya sudahlah, lain kali kalau menginap di hotel, pakai biaya sendiri pula, kudu berani komplain ya kalau nemuin makanan yang tak nyaman,  kadaluarsa, kotor, atau aneh di lidah.

Nah, karena hal-hal tadi pernah saya alami, itu dia kenapa saat membaca tulisan Reynald Kasali, seperti yang saya jelaskan di awal, saya manggut manggut. Idem!

Yah, semoga hotel berbintang atau resto elit lebih bisa menghandle hal-hal yang dianggap sepele, macam teh basi atau cara penyajian makanan. Karena,  jangankan hotel, tempat kuliner yang disinggahi di pinggir jalan sekalipun, yang tanpa AC dan boro-boro ada sofa empuk, RASA dan cara PENYAJIAN makanan, tetap nomor satu yang dinilai konsumen, terutama oleh  kaum hawa :))




Asiknya Belajar Dekorasi Cake di Pocky Party


Sehari pasca ledakan di kawasan Sarinah Thamrin, Jumat (15/1/2016), saya pergi ke luar area kampung kos kosan di Jakarta Timur, menuju Senopati, Jakarta Selatan. Untuk menuju kawasan ini, saya harus melalui jalan Jend. Sudirman yang notabene pusat ibukota. Sedikit ada kecemasan, kalau-kalau......ya kalau-kalau......hihihih.

Tapi, sepertinya tagar #KamiTidakTakut memang manjur. Terbukti, hari itu, aktifitas warga berjalan seperti biasa, Jakarta tidak mati, meski lalu-lalang kendaraan  terlihat agak sepi. 


Hari itu, usai pulang kantor, saya memenuhi undangan dari Pocky dan Cosmopolitan Magazine untuk ikutan Pocky Party. Tau dong cemilan Pocky? Itu tuh biskuit yang berbentuk stick/batang yang sudah dilumuri dengan cokelat, green tea, vanilla, dan lain lain.

Nah, ternyata, biskuit ini tak cuma bisa jadi pengganjal perut kala lapar, tapi bisa juga digunakan untuk mempercantik kue atau dekorasi kue. Makanya, party ini bertema Pocky Decoration. 

Si Pocky
Acara ini diadakan di Cafe Gastromaquia,  Jln Cinuri 1 No.1, Kebayoran Baru. Rada susah menemukan tempatnya, karena terletak di dalam area komplex perumahan. Berkali-kali saya dan sopir taxi berhenti untuk menanyakan alamatnya. Setelah tiba di jalan yang dimaksud, untunglah posisinya di pinggir jalan, jadi gampang terlihat. Cafe ini tak begitu besar, dari luar desainnya tampak sederhana. Tapi, ketika masuk ke dalamnya, hhmm.... dekorasinya berkonsep dan kreatif, memanjakan mata. 

Teh hangat bercampur lemon, menemaniku ...

Acara Pocky Party, ada di lantai dua. Begitu menaiki tangga, auwooo, suasana ruangannya benaran nuansa party. Masing masing kursi dicantolkan satu balon. Bahkan meja untuk ajang eksekusi Pocky Decoration pun dihiasi balon dan bowl gede yang di dalamnya Pocky beraneka rasa. 
 
Meja untuk aksi Pocky Decoration

Sembari menunggu acara dimulai, mata saya memperhatikan dekorasi ruangannya. Di lantai dua ini, saya melihat ada jam dinding dari sendok garpu dan alat-alat masak lainnya. Lampu gantung pun dikerangkeng dengan sendok. Bahkan, di atas plafon yang dibawahnya persis tangga, ada hiasan bak lampu gantung besar yang ternyata, itu adalah sendok dan  garpu yang dirangkai menyerupai tutup lampu besar.





Tak cuma itu, pada bagian dinding pun, ditempeli gelas, cangkir, teko dan lain lain.  Hiasan dinding  yang berbingkai pun, tak jauh-jauh dari alat masak kue. Kreatif deh.

Keren ya dekorasinya
Ketika saya datang, sudah ada sekitar 8 orang yang hadir. Masing-masing meja, ditempati dua orang. Dan di atas masing-masing meja pula, sudah nongkrong dua kotak pocky aneka rasa, satu gelas cantik berisi pocky yang siap santap dan bunga kuning yang menambah manis meja kecil itu. Sembari menunggu acara dimulai, lumayan bro ngemil-ngemil manja dengan pocky beraneka rasa itu. Ada rasa vanilla, cokelat, green tea, stroberi dan masih banyak lagi.  

Si Pocky di mejaku
Tamu yang hadir cewek semua, lho..ihiyy, sepertinya party ini memang dirancang  untuk ladies yang special, dengan ragam usia. Ada yang anak kuliahan, karyawan kantoran, dan ada juga yang sudah memiliki baby seperti teman satu meja saya, Mawar. Sebelum acara dimulai, mbak-mbak keren dari Majalah Cosmopolitan menganjurkan kami untuk saling berkenalan, siapa harus mendatangi meja siapa, biar akrab..:))


Sebelum acara dimulai

Dalam ruangan itu, hanya tersedia 7 meja. Masing-masing meja untuk dua orang. Artinya cuma 14 orang dong yang diundang. Wew, merasa bertambah speciallah kami yang diundang, dari sekian banyak yang mendaftar untuk ikutan acara ini. Yup, Pocky sengaja membuat acara ini eksklusif, agar ada kedekatan sesama peserta dan  bisa fokus menyimak, dibandingkan jika ada puluhan orang yang hadir. Dan, tamu yang diundang pun, hadir semua, lho.

Yey, Pocky Party, Ladies Party

Pukul 4 lewat dikit, acara dimulai dengan greeting dari pihak Cosmo dan Pocky. Setelah itu, sang koki cantik mulai beraksi. 

Eh, ngomong-ngomong, kenal gak sama Cominico, si empunya blog www.cominica.net. Doi adalah beauty blogger, fashion dan life style blogger. Nah, cewek inilah yang jadi koki keren kami siang itu. Dialah yang mengajarkan kami mendekorasikan kue dengan pocky. Serba bisa deh si Comi.


Duo koki cantik lagi beraksi

Aksinya yang pertama adalah menghiasi cake dengan pocky yang ditempelkan di pinggir tart yang sudah dilumuri krem. Ketika pocky sudah ditempel mengeliling kue, jadi terlihat seperti pagar. Terus, di dalamnya dikasih stroberi dan toping-toping cantik. Lantas si kue dibalut dengan pita pink, selain mempercantik, juga supaya pokcynya gak lepas kali ye, heheh... 

Nempelin Pockynya kudu rapi nih.. :)))
 
Dan ini hasilnya,....


Foto : twitter @cosmoIndonesia


Kita pun mendekat, agar terlihat detailnya, dan kudu dijepret cake cantik ini...:))




Selain cake, ada pula cemilan lainnya yang di dekorasi sang koki dengan pocky. 
Seperti gambar di bawah ini...





Setelah itu, semua tamu yang hadir, dipersilahkan mencoba kreasi sendiri dengan pocky. Bahan-bahan dan toping-toping cantik sudah disiapkan,  tinggal bagaimana kreatifitas kita mengolahnya. 


Nah, ini bahan-bahannya 


Ada yang menghias cake dengan pocky aneka rasa, seperti gambar dibawah ini. 

Foto : twitter @cosmoindonesia
Ini hasilnya.....

Selain itu, ada pula yang memadukan es krim dengan pocky dan toping-toping beraneka rasa dan bentuk. Sementara yang lain, termasuk saya sibuk melumurkan kue dengan stick pocky ke dalam cokelat, yang setelah itu dibubuhi dengan toping. Seru deh......

Ini hasil Pocky Decoration mereka
Dan ini hasil dekorasiku, lucu gak..?hihihi

Oh, ya di sesi itu, Comi juga mengajari kami tehnik untuk memoto makanan, agar terlihat menarik. Awalnya, kami diajari dalam ruangan, berhubung pencahayaannya kurang pas, jadi kami beranjak ke luar, ditemani sepoi-sepoi angin jelang senja, yuhuuu..



 
Ini hasil jepretanku...

Setelah itu, kami ditraktir makan malam oleh Pocky. Semua peserta bebas memilih menu dan desert yang diinginkan. Saya memilih buntut sapi panggang plus nasi. Pas sajiannya nyampe, alamaaaak...  banyak bingit porsinya, gak dihabisin sayang, tapi mau dihabisin perut sudah gak nampung lagi, hihihi.. Habis makan, eh, ada desertnya pula...Ealah, dobel kenyang deh pokoknya.


My Desert ala  Cafe Gastromaquia

Sembari menyantap desert, Pocky menghadirkan kuis. Pertanyaannya seputar apa alamat akun twitter, Facebook dan IG Pocky. Game selanjutnya, dua orang peserta ditantang menyebutkan nama- nama peserta yang hadir saat itu. Siapa yang paling banyak hafal, (secara ya sis, baru pada kenal semua)  dialah pemenangnya dan berhasil mendapatkan seabrek produk Pocky aneka rasa. Wah seru, deh..

Pulang dari acara, kita juga dikasih goody bag seabrek-seabrek Pocky. Besok paginya, saya bangun tidur langsung ngemil Pocky rasa cokelat. Produk ini impor dari Jepang, lho. Dan sudah sekitar 5 tahunan masuk Indonesia. Kalau kepengen, ada kok di swalayan terdekat. 

Makasih ya Pocky dan Cosmopolitan Magazine, sudah mengundang saya di acara yang seru ini. Jadi pengen nyobain dekorasi Pocky-nya deh... :))   

Tengkyu juga untuk Mawar, teman semeja saya yang sudah nemenin chit-chat, hehehe. Juga untuk Noni, temen baru yang sudah memberikan tebengannya untuk saya dan Mawar hingga ke Blok M. Semoga lain waktu kita ketemu lagi ya... :)

Goody bag Pocky...

Bakmi GM Delivery, Solusi Saat Pekerjaan Tak Bisa Ditinggalkan

Sepuluh tahun lalu, saat pertama kali bertandang ke Jakarta, saya diajak oleh sepupu  untuk mencicipi Bakmi GM yang ada di Pondok Indah Mall. Sebagai orang kampung, saya gak tahu, apa itu bakmi GM? Pikir saya, yach seperti kebanyakan bakmi laiinnya lah yauw..

Tapi, yang bikin kaget, ketika ingin masuk dan memesan makanan ke restonya, eh antri, bro! Hmmm, baru pertama kali saya melihat masuk resto kudu antri..:)


Logo Bakmi GM di Mall Ambasaddor.

'Kalau masuk ke Bakmi GM, memang sering antri, lihat saja tuh orang pada duduk di dekat pintu masuknya. Jadi, kalau ada yang keluar, baru mereka yang antri masuk” begitu kata sepupu saya, Juan.

'Lho, segitunya orang mau antri di Bakmi GM? Emang enak ya bakminya? “ Saya bertanya.

'Ya, enak.  Apalagi pangsitnya, lembut tapi renyah, khas bakmi GM banget,” kata Juan.


Tapi, karena waktu itu kami mesti buru-buru, jadi tak sanggup menunggu antrian. Kami pun melanjutkan perjalanan.

Seiring berjalannya waktu, saya akhirnya menjajali sendiri Bakmi GM. Kebetulan, kos-kosan saya waktu itu berada di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.  Jadi, mall yang paling dekat adalah Mall Ambassador. Eh, ternyata ada lho Bakmi GM di sini. Ya, langsung deh  saya samperin.



Bakmi GM Mall Ambassador.


Suapan pertama Bakmi GM, terasa asik dan cocok di lidah saya. Bumbunya berasa! Pangsitnya pun  lembut tapi renyah. Saos yang disajikan untuk mencocol pangsit, pas sekali rasanya. Tak terlalu asam, tapi rasa asin dan manisnya ada.

Teringatlah dengan ucapan sepupu saya tempo hari, bagaimana ia menggambarkan Bakmi GM.  Ternyata, ucapannya klop. Dan, mengapa warga Jakarta rela antri untuk masuk ke resto Bakmi GM, terjawab sudah.

Top-nya bakmi GM ini sampai ke penjuru nusantara.

Teman satu kos saya yang berasal dari Medan, bercerita soal kesukaan keluarganya terhadap Bakmi ini.
'Tante saya, selalu minta dibawain oleh-oleh  Bakmi GM, kalau saya pulang ke Medan," begitu kata Yenny, yang kamarnya kosnya bersebelahan dengan kamar saya.

Oh ya,  segitu populernyakah bakmi ini? Sampai minta dibawain jadi oleh-oleh, seolah-olah bakmi GM ini makanan khasnya Jakarta.

(Tapi, cerita soal permintaan oleh-oleh Bakmi GM ini, sekitar 10 tahun lalu ya, gak tau kalau sekarang, mungkin saja Bakmi GM sudah hadir di Medan.

Bersama Yeny pun, saya sering menikmati Bakmi GM Mall Ambassador. Cukup berjalan kaki sekitar 700 meter dari kos-kosan, sudah sampe di mall. Tak cuma Yeny yang pernah menemani saya, beberapa teman lain pun sering menemani saya mencicipi menu di Bakmi GM, sembari bersantai di sore hari.

Jika lagi mampir di Bakmi GM yang ada di Mall Ambassador, tempat duduk favorit saya di pinggir jendela, menghadap ke jalan raya. Yuhu, asiknya menikmati Bakmi GM sambil melihat lalu lintas di jalan layang yang begitu padatnya di area Kuningan, Jaksel.

Bahkan, 2 tahun lalu, saya bersama teman kantor menghabiskan waktu di tempat ini untuk berbuka puasa, tepat di malam takbiran. Restonya penuh,  kirain warga Jakarta dah pada mudik semua, eh, masih rame ternyata, hehehe. Meski rame, tapi menu yang kami pesan, cepat lho sampainya.

Menu yang sering saya pesan adalah bakmi bakso dan nasi goreng. Nah, sekitar 2 tahun lalu, muncul menu baru di Bakmi GM, yaitu taoge saus siram. Karena saya doyan bingit yang namanya sayur mayur, jadi saya selalu pesan taoge untuk melengkapi bakmi special yang saya pesan..

Menu Favoritku di Bakmi GM

Tak hanya rasa khasnya yang bikin saya memfavoritkan Bakmi GM, tapi pelayanannya juga ramah, cepat dan jumlah pelayannya banyak. Mereka selalu wara –wiri dan standby di area tengah resto, untuk berjaga-jaga kalau ada kosumen yang ingin minta dilayani. Jadi, meskipun pengunjung restonya ramai, tapi konsumen tetap terlayani dengan manis.

Satu lagi nih, Bakmi GM ini sudah mendapat sertifikasi halal, lho, jadi buat yang belum pernah menikmatinya, gak perlu risau dan ragu untuk mencobanya.

Sayangnya, berhubung saya kerja, jadi  tak bisa setiap waktu untuk  menyantap Bakmi GM, apalagi di hari biasa.  Karena, ya kudu jalan dulu ke mall, baru deh ketemu sama si Bakmi. Padahal pengen tuh pas makan siang ditampol sama bakmi enak ini. Apalagi, jarak kantorku di kawasan Utan Kayu, Jaktim, lumayan jauh sih kalo mesti ke outlet Bakmi GM Mall Ambassador, misalnya. Pake macet pula. Halah, bisa-bisa memakan waktu 2 jam pulang pergi. Sementara pekerjaan tak bisa ditinggal.

Eeeeeeeh, tapi,  untunglah sekarang Bakmi GM bisa dipesan melalui delivery, lho. Cihuy...! Dengan begini, kapan pun diderasa rasa lapar, kapan pun kepengen ngidam si bakmi, kapan pun pengen traktir  temen kantor, bisa-bisa saja melahap Bakmi GM. Tanpa terhalang macet, panas, hujan dan becek, yang belum tentu ada ojek.. Dan tanpa harus meninggalkan kantor dan pekerjaan.

Ya, kini  tinggal pencet aja nomor 1.500.677 dan pesanlah menu yang diinginkan.  Sambil menunggu dan browsingan cantik di kantor,  sampe deh BAKMI GM Delivery. Deuh, hemat tenaga deh.

Oh, yaa itu nomor baru, lho. Lupakanlah nomor yang lama. Masa lalu biarlah berlalu, eh.apa coba, hehhe... Iya, maksudnya kalau masih nyimpen nomor lama, ya dihapus saja, kini pandanglah nomor yang saya tulis di atas itu, saat mengingat Bakmi GM.

Asiknya lagi, Bakmi GM Delivery ini melayani setiap hari, lho mulai Pkl 10.00 WIB hingga Pkl 20.30 WIB bahkan di hari LIBUR sekalipun. Yey, Bakmi GM delivery, mempermudah hajat mencicipi makasan lezat  saat perut lapar, di tengah kesibukan pekerjaan yang tak bisa dipending itu. Untuk saya yang kerja kantoran, sistem delivery ini bikin hemat ongkos dan waktu.... Cihuy kan..?