Cara mensiasati pedagang kaki lima atau PKL yang mangkal di depan rumah atau kantor Anda? Mungkin bisa dilakukan seperti gambar di bawah ini…
Trotoar yang bersih dari PKL |
Itu
adalah trotoar di salah satu gedung yang berada di dekat
kos saya. Bersih dan cantik ya, dihiasi tetananaman pula.
Dulunya, di tempat yang sama dengan gambar di atas, ada pedagang soto, bubur ayam, dan ketoprak yang berjualan dengan memakai gerobak, plus kursi dan meja untuk pembeli yang mau makan di tempat. Serasa lapak sendiri ya, hihihi..
Nah, kalau malam, giliran pedagang martabak manis dan pempek yang mangkal. Setiap hari lho mereka berjualan di sana. Seolah sudah jadi tempat permanen bagi mereka mengais rezeki, tanpa harus meminta izin dulu dengan si empunya gedung. Tanpa mereka sadar kalau pejalan kaki, termasuk saya, jadi susah melewati trotoar yang lebarnya hanya sekitar 1,5 meter itu, karena terhalang “resto” mereka.
Bukan bermaksud untuk mengecilkan atau tak suka dengan PKL, karena keluarga saya juga ada yang PKL. Tapi, mereka berdagangnya di pasar. Andaikan pemerintah membuat suatu tempat khusus semacam food court gitu untuk para PKL, mungkin mereka bisa kumpul jadi satu di situ, tak sembarang tempat, termasuk di trotoar.
Mungkin, masih bisa dimaklumi kalau trotoarnya lebar ya, tentu pejalan kaki tak begitu terganggu. Tapi, kalau ukurannya pas pasan, saat melintas saya kaki saya harus turun ke jalan saat ada gerobak, terus naik lagi ke trotoar. Trus turun lagi ke jalan saat ada gerobak lagi. Ini kan rawan, takut kesenggol kendaraan yang lewat. Lagi pula, fungsi trotoar kan untuk lalu lalang pejalan kaki, bukan untuk berdagang.
Dan mereka sudah berjualan di trotoar itu ada kali sekitar 7 tahunan lebih. Sudah PW kali ya ..alias Posisi Wenak. Strategis sih tempatnya, pinggir jalan dan ramai. Dagangan mereka pun memang laris manis dan banyak pelanggan.
Namun, baru-baru ini, gedung tempat PKL mangkal itu, melakukan renovasi. Gedung dan taman yang ada di dalamnya diperindah. Pun, pagarnya yang dulu hanya berupa pagar besi biasa, kini dibangun pagar tembok beton. Dan di bawah tepi pagar dibuat semacam tempat untuk menanam tanaman. Yang kalau dilihat sepintas, seperti menyatu di pagar.
Ini maksudnya tanaman yang ada di tepi pagar |
Di depan pagar atau di atas trotoarnya ditaruh 3 pot bunga, persis di tempat PKL yang sering mangkal. Tapi, pot bunga itu tak sepenuhnya menutupi jalan, tetap ada space yang lowong untuk pejalan kaki yang lewat. Nah, dengan begini, pada pedagang atau PKL yang saya sebutkan tadi, ya gak mungkin lagi mau jualan di sana. Wong sudah ada pot bunga.
Ini pot bunganya, space yg tersisa masih bisa digunakan pejalan kaki, |
Lagi pula, para pedagang tahu diri,
kalau tempat itu bukanlah milik mereka, jadi gak mungkin mereka seenak
udel memindahkan pot besar itu misalnya, demi bisa meletakkan gerobak
jualannya.
Saya juga tak tahu, apakah pemilik gedung melakukan hal ini memang untuk mengusir secara halus para PKL-PKL itu, atau kebetulan saja memang ingin mempercantik penampakan "teras" gedungnya, yang secara tak langsung membuat segan PKL untuk berjualan di sana.
Saya juga tak tahu, apakah pemilik gedung melakukan hal ini memang untuk mengusir secara halus para PKL-PKL itu, atau kebetulan saja memang ingin mempercantik penampakan "teras" gedungnya, yang secara tak langsung membuat segan PKL untuk berjualan di sana.
Tapi, yang pasti, saya sebagai warga yang sering lewat di trotoar itu merasa lebih nyaman sekarang. Mata pun jadi teduh melihat pemandangan yang bersih dan hijau itu.
Cara ini efektif, lho. Terbukti, sejak si pot cantik nangkring di trotoar, sudah
hampir satu bulan ini, saya tak pernah melihat pedagang-pedagang tadi, trotoar depan gedung kantor itu pun jadi indah terlihat.
Memang sih, kalau dari sisi kemanusiaan, ya kasihan melihat PKL-PKL itu, karena mereka juga menopang perekonomian keluarga dan masyarakat pun terbantu dengan jajanan mereka yang murah.
Namun, di sisi lain, seperti keindahan, kenyamanan, dan segi fungsi, bagaimana pun trotoar itu adalah hak pejalan kaki.
Fungsi trotoar pun diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, yang melarang penggunaan badan jalan dan trotoar sebagai tempat parkir dan usaha dalam bentuk apa pun.
Dalam Pasal 34 ayat (4) PP Jalan berbunyi:
“Trotoar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki.”
Artinya fungsi trotoar tidak boleh disalahgunakan dengan cara apapun, termasuk dimiliki secara pribadi atau dibuat jadi tempat berjualan.
Larangan tersebut juga diatur dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 serta Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Ada ketentuan pidana 18 bulan penjara atau denda Rp1,5 miliar bagi setiap orang yang sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan dan trotoar.
Nah, kalau sudah begini, PR juga nih bagi pemerintah gimana solusinya mencari tempat untuk para PKL agar tak berjualan di sembarang tempat.
Dalam Pasal 34 ayat (4) PP Jalan berbunyi:
“Trotoar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki.”
Artinya fungsi trotoar tidak boleh disalahgunakan dengan cara apapun, termasuk dimiliki secara pribadi atau dibuat jadi tempat berjualan.
Larangan tersebut juga diatur dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 serta Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Ada ketentuan pidana 18 bulan penjara atau denda Rp1,5 miliar bagi setiap orang yang sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan dan trotoar.
Nah, kalau sudah begini, PR juga nih bagi pemerintah gimana solusinya mencari tempat untuk para PKL agar tak berjualan di sembarang tempat.
Kadang trotoarnya nggak bagus, mbak. Asal aja bikinnya :-(
ReplyDeleteho oh..ada juga yang begono, gak sampe dua bulan, sudah hancur lagi..;))
DeleteSekalinya ada trotoar bagus, eh ada penghuninya :-(
DeleteMungkin tempatnya emang strategis untuk berjualan, dan tidak ada fasilitas untuk tempat jualan yang diberikan pemerintah.
Heu, memang sih masalah perut itu bisa menjadikan seseorang menyalahi aturan.
ReplyDeletesemoga saja pemerintah bisa memberikan solusi bagi para pkl, kasihan juga tuh makin nambah kaynya angka pengangguran di negeri ini.
indah juga liatnya mba adem, mungkinj banyak phonan juga disitu mah ya?
andai semua trotoar begitu...adem dan indah ya...:))
Deleteindah,bersih, rapi juga enak buat penjalan kaki
ReplyDeleteiya mbak, selain enak buat jalan, enak juga di mata, hehehe
Deleteyoi ...:)
ReplyDeleteWah bisa juga nih di tempatkan di pusat pusat keramaian kota, khususnya di tepian jalan raya. Kan banyak tuh trotoar yang kemakan sama penjual-penjual makanan dadakan -_-
ReplyDeleteAh andai purwokerto bisa kayak gini :')
Yoi...di Jakarta, sudah ada beberapa wilayah yang PKL di trotoarnya "dibabas" habis oleh pemda setempat, Salah satunya trotoar di depan Pasar Sunan Giri dekat UNJ, padahal ada pedagang pempek gerobak langganan saya disana, gak tau deh dia pindah kemana, jadi trotoar di sana kosong,
DeleteDan yang mendirikan bangunan di simpang trotoar atau di atas parit pun dibongkar dan akhirnya ditaruh pot pot cantik gitu, jadi indah terlihat..:)
Semoga Purwokerto menyusul ya, hehehe
Bisa nih jadi alternatif untuk mengurangi PKL
ReplyDeleteyoi, gimana kalau mereka jualan on line ya, hehehe
DeleteIya tuh, kalo PKL mangkal di sembarangan tempat itu terlihat tidak rapi, belum lagi kadang malah pembeli yang buang sampah sembarangan kan tempatnya bisa jadi sarang kuman penyakit dan makanan jadi gak higienis..
ReplyDeleteBoleh dicoba juga tuh ngaruh tempat bunga di tepi jalan selain terlihat lebih asri juga lebih bersih dari pedagang
iya, sampahnya dong...walau mungkin bukan dari PKL nya, tapi pembelinya, terutama yang makan di tempat..:))
DeleteKalau di Jogja sini, sudah pkl pakai trotoar, eh kita parkir didepannya kena omel karena nutupin dagangannya. Pkl tsb nggak cuma merampas hak pejalan kaki, tapi juga hak pengendara untuk parkir.
ReplyDeletehahahhha, serasa sudah lapakny sendiri ya mbak, gak boleh parkir di depan gerobak/warungnya....hihih.
Deleteiya euy, kalau PKL sdh pake bahu jalan, pengendara pun jadi repot..:))
wah ide bagus juga ya. Ada temanku rumahnya pinggir jalan besar. Tiap hari ramai karena ada PKL depan rumahnya. Mungkin dg cara di atas bisa dicoba kali ya
ReplyDeletehehehe, boleh tuh mbak dicoba...apalagi kalau rumah sendiri ya, walah, gak indah banget tuh kalau ada PKL..
Deleteboleh tuh, daripada depan rumahnya dkasih tulisan "dilarang jualan di depan rumah", malah bikin ga enak pemandangan juga kan jadinya hihi
Deletehehehehhe...:))
DeleteNah, kalau gini kan lebih enak dilihat dan lebih membuat nyaman para pengguna jalan. Semoga seluruh Indonesia bisa terbebas dari pkl nakal ya mbak, tentunya dengan diberi solusi dari pemerintah..
ReplyDeleteAmin..semoga pemerintah menggalakkan hal ini merata ya....biar rapi..
Deletekalo tempatnya bersih indah akan dipandang mata :)
ReplyDeleteyoi...aku juga kalau lagi lewat didepannya (seberang jalan), jadi rajin memandangi trotoar dan pot bunganya, hehehe
Deletehehe, keren mbak :)
DeleteBila pedagang memanfaatkan trotor untuk berhenti sebentar karena ada pembeli dan setelah itu jalan lagi tentu hal ini tidak masalah ya, Mbak, tapi kalo menghabiskan trotoar, orang yang jalan jadi ga bisa lewat situ, tambah lagi ga bilang sama kantor atau rumah di depannya, tentu ini adalah cara cari rezeki yang tidak baik. Maka, memperindah tepi trotoar dengan tanaman, atau taman kecil, tentu jadi cara yang indah ya, Mbak :)
ReplyDeleteIya mas, betul, beda cerita kalo pedagang berhenti di trotoar karena ada yang beli..tapi kalau sudah jadi kebiasaan dan ngelapak, waduh.....hehehe
Delete"Bukan bermaksud untuk mengecilkan atau tak suka dengan PKL, karena keluarga saya juga ada yang PKL. Tapi, mereka berdagangnya di pasar. Andaikan pemerintah membuat suatu tempat khusus semacam food court gitu untuk para PKL, mungkin mereka bisa kumpul jadi satu di situ, tak sembarang tempat, termasuk di trotoar. "
ReplyDeletenah ini dilema juga sih mbak
saya juga ngalamin hal yang sama, di depan jalan itu banyak bajaj, pedagang, dll
padahal, orang lewat jadi susah,
tapi itu kembali sama pemerintah setempat juga sih...
hohohoh...iya,..jadi piye..?
DeleteKayaknya, di tempat keramaian, seperti di samping mall atau area sekitar mall, kampus asiknya disediakan lahan khusus tempat kumpulnya PKL, dan biaya kontribusinya jangan mahal-mahal..:))
keren mbak
ReplyDeleteSaya juga sependapat dengan Mbak Eka, bukannya tidak peduli tapi toh yang namanya mencari rezeki juga tidak harus merugikan orang lain kan, berdagang ada tempat dan aturan mainnya dan saya yakin semua orang udah tau fungsi dari trotoar itu sendiri.
ReplyDeletesaya juga mas
Deletetapi mas Marnes, saya yakin, banyak juga orang yg gak tau fungsi trotoar itu, ada kali yang nganggap trotoar itu cuma ruas jalan yang kosong saja...hehehe..
Deleteiya, segala sesuatu itu hrs ada aturan mainnya..;)
Itu dimana mbak ? :o
ReplyDeletekunjungi blog saya ya mbak Type of steam turbine
tempat persisnya sengaja dirahasiain, gak enak kalau disebutin, hehehe
Deleteide yang keren nih pemerintahnya, kalau mau digeser kan berat hihihi, sering banget kalau lagi jalan kaki, terpaksa kegusur ke sisi jalan raya yang ramai karena trotoarnya ada lapak PKL hiks
ReplyDeletehehehhe....toss dulu..sama-sama mengalami :) hihihih
Deletekalo semua jalanan di jakarta alangkah indahnya Ibukota yang kita cintai ini :D
ReplyDeleteyoi....asiknya ya kalau semua jalan di Jakarta jadi cantik, manja dan cetar...hehehe
Deletekreatif, mbakk..
ReplyDeletenggak perlu pake pengusiran secara kasar yes, cukup letakkan aja pot bunga gede. hihi :D
hihiihih, yoi....pake cara halus ya...;))
Deletebener tuh kasih pot bunga, selain bebas PKL juga bisa bebas dari pengendara motor yang gak sabaran kena macet yang akhirnya trotoar pun dilewatin :(
ReplyDeleteiya, kendaraan roda dua juga kadang nyebelein, ikut ikutan merampas trotoar saat macet......:((
Deletenakal yah mbak, minta dicubit :))
Deleteihhh, abang PKL nya kesenengan kali ya kalau dicubit Aiy, hahahaha
Deleteterlihat bagus ya trotoarnya, bersih..
ReplyDeleteCoba liat PKL mangkal depan rumah sehingga kita tuan rumah mau masuk malah suruh lewat samping.
ReplyDeleteMau nasehatin di kira kita pelit dan gak prikemanusiaan, nyatana di biarkan tp gk bs menjaga kebersihan lingkungan.
Sabar..
waduh, sampe disuruh masuk lewat samping, padahal itu pekarangan rumah kita ya mbak. Semoga kesabarannya berbalas mbak, Amin :))
DeleteCoba liat PKL mangkal depan rumah sehingga kita tuan rumah mau masuk malah suruh lewat samping.
ReplyDeleteMau nasehatin di kira kita pelit dan gak prikemanusiaan, nyatana di biarkan tp gk bs menjaga kebersihan lingkungan.
Sabar..
Ada yang tau ga ya pempek yang di depan pasar sunan giri itu pindah kemana?
ReplyDelete