Sendiri atau Berdua...?


Membaca judul di atas, bukan berarti saya ingin membahas soal status hubungan seseorang. Single atau sudah tak single lagi. Masih sendiri atau sudah ada pasangan..?

Tapi, “sendiri atau berdua”, dalam hal memutuskan untuk sendiri atau mengajak teman untuk tinggal berdua dalam satu kamar kos-kosan, bedeng, kontrakan atau apartemen.

Buat yang tak terbiasa dan baru merasakan jadi anak kos, tak biasa tidur sendirian, namun, karena pindah kerja atau jadi mahasiswi di universitas yang tempatnya jauh dari rumah orang tua, biasanya akan memilih/ mengajak teman lain tinggal berdua dalam satu kamar.

Tapi, bagi yang tlah terbiasa jauh dari orang tua dan berpengalaman tinggal sendiri, biasanya akan memilih tinggal sorangan wae. Lebih leluasa. Lebih bebas, dan bisa loncat-lincat dalam kamar sendirian. Loh..?

Mau tinggal sendiri atau berdua dengan teman (satu jenis kelamin pastinya, ya) semuanya memang ada positif dan negatif. Tinggal, bagaimana kita menimbang dan akhirnya memutuskannya, karena semuanya adalah pilihan.

Itu juga yang saya putuskan sejak pertama kali ngekos di Jakarta. Saya memilih tinggal tinggal sendiri dalam kamar, walau belum berpengalaman jadi anak kos.

Kenapa..?

Sendiri itu lebih bebas, suka-suka dan gak harus ada rasa gak enakan sama teman sekamar, atau sebaliknya.  Misalnya, disaat saya ingin istirahat, tiba-tiba dia masih mau ngajak ngobrol dulu (gak diladenin, ya gak enak) atau dia masih asyik nonton TV yang suaranya bikin kita terganggu.

Trus, besoknya, saya yang terbiasa bangun rada siangan, sementara teman sekamar sudah bangun pagi banget. Tentu, aktivitas dia yang sudah terbangun itu, akan menggangu kenyamanan tidur saya. Dari menghidupkan TV misalnya, atau kasak-kusuk di dalam kamar hingga membangunkan tidur saya. Jujur, saya paling dongkol kalau tidur diganggu atau terganggu. Bisa emosi tingkat Internasioanal, cuy....

Kalau ngekos sendiri, tidur bisa pulas tanpa ada gangguan 

Salah satu kebiasaan saya menjelang tidur adalah mematikan HP. Karena saya gak mau terbangun dikala sedang terbuai di pulau kapuk yang asyik itu.  Enak aja, lagi terbuai di alam mimpi yang indah, sedang ngobrol mesra dengan Leonardo Dicaprio, eh, terganggu, gara-gara bungi dering ponsel? Kesel, kan..? 

Bayangkan jika seandainya saya tinggal sekamar berdua dengan teman yang ponselnya aktif 24 jam...?? Tiba-tiba tengah malam, ada keluarganya, temennya atau pacarnya yang telpon. Bukan hanya dia saja yang terbangun, tapi, saya pun akan ikut terbangun. Eerrrggghhhh.....

Dan saya pernah mengalami hal ini, saat ada seorang teman kos yang numpang tidur di kamar kos saya. Rasanya, mau saya banting itu HP. Ah.... sangat menjengkelkan!

Selain itu, saya selalu tidur dalam kondisi lampu yang dimatikan dan kipas angin yang menyala dengan taraf sedang-sedang saja. Saya gak mau kedinginan, bisa menggemeretak semua tulang. Nah, apa jadinya, jika teman satu kamar saya justru kalau tidur, pengennya dalam kondisi yang terang benderang, gak boleh matiin lampu, dan dengan kipas angin atau AC yang menyala kencang..?Keselkan..? 

Belum lagi soal kebersihan. Bisa saja kita orangnya pembersih, sementara dia tidak. Atau sebaliknya. Wah, ini pasti bikin dongkol-dongkolan. Belum lagi kalau ada barang kita atau barang dia yang hilang. Haduuh... bisa saling curigaan. Apalagi kalau kita belum lama mengenal sosok si teman itu..

Nah, karena saya udah paham betul watak diri ini, maka saya tak akan mau ngekos berdua sama orang. Selain faktor-faktor di atas, ada kalanya juga saya ingin punya waktu untuk sendiri di dalam kamar. Tanpa ada yang menemani apalagi mengganggu.

Pernah, ada teman saya yang tiba-tiba SMS untuk numpang kos bareng sama saya, karena rumahnya terlalu jauh dari kantor. Karena ia gak pengen sering datang telat ke kantor, maka ia ingin tinggal di seputaran kantor saja, dengan cara ngekos.

Ups.....begitu mendapat SMS itu, saya sama sekali tak menjawabnya. Tahu, kan alasannya kenapa.....? Tapi, berhubung saya orangnya gak enakan, jadi ya mau dijelaskan yang sejujurnya gak enak, ditolak, lebih gak enak lagi..  Jadi..? 

Ya, salah satu cara untuk menghindari hal itu, dengan tidak menjawab SMS-nya. Nah, karena pesan singkat tak dijawab, lantas ia pun melepon, juga tak saya angkat. Karena saya udah tahu, suara di ujung telpon itu bakalan bertanya soal bersedia atau tidaknya saya terhadap tawarannya tadi.

Karena gak ada respon dari saya, mungkin teman saya itu langsung menebak kalau saya keberatan. Akhirnya, ia memilih ngekos bersama teman satu kantor yang lainnya. Ah,. lega hati ini ketika tahu hal itu, hihihih.....

Ini bukan tempat tidur kos gue, bukan kaki gue, apalagi makanannya :D. Ini ngambil di canva

Gegara saya kekeuh sumekeuh untuk memilih tidur/ tinggal sendiri di dalam kamar kos, trus ada pertanyaan orang lain yang muncul.. "Loh, gimana kalau udah punya suami? Kan, tinggal berdua tuh. Serumah, sekamar, se-itu, se-ini, de el el. ..?" Yaaaaah,... kalau suami, mah beda kaleeee.....

Kalau wanita dongkol atau kesal sama suami, pasti wanita tadi akan memaklumi dan bertahan. Kenapa? Ya, karena rasa cinta sama suami. Rasa cinta itulah yang meredam hati untuk menahan emosi jika melihat kelakuan suami yang mendongkolkan itu. #Tsaaah.. Betul tidak..? 

Lagian, kalau dengan laki-laki yang sudah sah menjadi milik kita, tentu semuanya bisa dibicarakan dengan baik-baik, damai, sentosa, dan penuh cinta... Cek ilehh.. 

Iya dong, misalnya nih, kalau seorang isteri  mengalah dari kebiasaan suami yang suka ini-itu, mungkin suami juga akan mengalah dalam hal kebiasaan isteri yang lainnya.  Dan semua itu terjadi karena CINTA, sob...hahahaha.....Hidup Cinta..!

Gak percaya,..? Nah ini ada cerita dari teman saya, yang mau gak mau harus menerima 'kekurangan' suaminya.

Jadi, teman saya ini ketika masih gadis ting ting, dia paling gak suka atau anti banget dengan yang namanya suara dengkuran alias ngorok. Pokoknya sangat mengganggu banget kalau mendengar suara itu d isaat sedang tidur. Eh, gak tahunya, dia malah dapet suami yang pengorok. Gimana tuh? 

Apakah gara-gara suaminya begitu, lantas teman saya harus menceraikan suaminya?  Gak punya nurani banget dong kalau begitu. Bukankah ketika kita menikah, ya harus menerima kekurangan pasangan, dong. Tul, gak..?

Akhirnya, teman saya tadi ya mau gak mau harus menikmati setiap hari suara “merdu” si suami kala tidur. Sampai akhirnya ia sudah terbiasa mendengar dengkurannya dan tak menghiraukannya lagi. Kini, sudah bukan masalah lagi baginya.

Tapi......saya yakin, kalau yang mendengkur itu adalah orang yang bersatus hanya sebagai teman saja (teman cewek maksudnya), bisa saja ia akan sesegera mungkin berlari dari sana sejauuuh-jauuuuhnya...hahahaha

Nah, ini salah satu contoh bedanya antara sekamar dengan suami, dibanding sekamar dengan teman.


Emang, kenapa kalau teman..? 

Ya, hanya teman, toh.. 

Sayang dan cinta kita terhadap teman, tak akan sedalam rasa cinta kita terhadap pasangan hidup. Meski statusnya teman akrab kek, teman baik kek, sahabat, atau apalah istilah sejenisnya.

Kalau kita dongkol sama teman, karena sifat atau karakternya yang bikin kita kesal (karena dampak sekamar tadi), lama-lama akan menciptakan percikan-percikan api emosi. Sedikit demi secikit, lama-lama jadi bara api besar dan meledak. Puncaknya, berantem! Itu yang terjadi biasanya. 
 
Saya sudah sering menemukan hal ini. Dari melihat dua orang teman yang sangat akrab, yang harmonis, yang cocokan, eh gegara tinggal bareng satu atap atau satu kamar, jadi berantem hebat sampai gak bertegur sapa sampai sekarang. Duh..... So, daripada ya daripada, mendingan ambil jalan aman deh. Ngekos sendiri...! 
 
Nah, ada cerita lagi dari teman saya.


Sebut saja namanya Lia. Baru pindah ke Jakarta. Dan ini adalah pengalaman pertamanya berstatus anak kos. Mungkin karena  gak enak merasakan sindrom tinggal sendirian, maka baru beberapa bulan ngekos, ia malah mencari atau menawarkan orang lain untuk sekamar dengannya. Alasannya.? Biar bisa bayar kosnya patungan atau sokongan gitu, jadi jatuhnya lebih murah alias hemat.

Gak butuh waktu lama, akhirnya ada juga teman sekantornya yang bersedia menerima tawarannya untuk bergabung dalam satu kamar. Jadilah mereka sekamar berdua. Hemat...? Pastinya..! Dari yang biasanya sebulan bayar kos 600 ribu, gegara sekamar berdua, jadi bisa 300 ribuan. Trus, ada tempat berbagi cerita pula ketika malam-malam. Pun, ada yang bisa bagi-bagi cemilan, kalau salah satunya ada yang punya. Hokelah, untuk awal-awal, biasanya semua orang akur-aku saja. Ke depannya..? Entahlah, ya,....

Dan... apa yang terjadi dengan “pertemanan” teman saya tadi bersama si “roomatenya” itu..?

Setelah beberapa bulan Lia satu kamar dengan orang lain, barulah ia merasakan ketidaknyamanan, kegelisahan dan bawaannya pengen cepet-cepet dapet kosan baru, supaya ia bisa keluar dan pisah dari temannya itu. So...?

Padahal, sebelumnya saya sudah wanti-wanti pada Lia, supaya ia mempertimbangkan dulu keputusannya yang akan sekamar berdua, dengan berbagai alasan-alasan yang saya beberkan seperti di atas tadi. Namun,waktu itu ia tak menghiraukannya...okeh... baiklah.

Untunglah, tak lama kemudian, dapet juga ia kamar kosong, Meski masih satu pondokan juga sama tempat kosnya, cuma pisah kamar doang. Yah,. mendinglah.... daripada tetap memaksakan diri sekamar berdua, lebih baik mundur teratur.

Ini bukan saya ya, cuma ilustrasi. Ya kali gue uhuy begono :D. Ini gambar ngambil di canva

Nah, cerita di atas adalah sedikit kisah kalau kita gak bisa mengimbangi diri atau membesarkan rasa toleransi dan teposeliro dengan patner kamar, ya begitu deh. Tak mudah memang.

Tapiiiii, eits........jangan salah...

Ada juga lho, teman saya yang malah betah dan akur-akur saja tuh tinggal berdua dalam rumah kontrakan bersama teman satu kantornya. Satu ranjang dan satu kasur yang tak lebar. Satu tungku api, dan masak bersama. Satu lemari dan berbagi tempat. Untung, tak satu pacar, hehhee. Dua tahun malah mereka tinggal bersama. Tanpa keributan atau masalah yang berarti. Wow, salut saya...!

Ya, sebenarnya, itu tergantung dari sifat dan diri kita sendiri memang.

So, yang ada rencana mau ngekos atau baru mencoba ngekos dan bingung mau menentukan untuk tinggal sendiri atau ngajak teman untuk berbagi kamar, silakan memikirkannya dengan matang. 

Pilihan untuk hal ini bukan hal yang sepele lho. Karena, yang namanya nahan hati dan dongkol itu adalah sebuah perasaan hati yang gak enaaakk banget.

Pengalaman atau cerita saya di atas, mudah-mudahan bisa menjadi satu pertimbangan untuk menentukan pilihan Anda. Mau sendiri atau berdua? Supaya tak ada percekcokan di kemudian hari. Karena, yang tahu tentang sifat dan diri kita, ya diri kita sendiri, toh. ?


#SalamAnakKos




12 comments

  1. Errrr ... gak enak banget ternyata ngekos berdua. Dianya egois ama kebutuhannya sendiri, gak mikirin temen sekosan bareng.

    Dia maunya tuh gak mau ngeluarin duit sepersenpun, kalopun harus keluar duit gue juga mesti ngeluarin duit... arrgghhhh.... pgn keluar dr zona mainstream iniii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, Lia curhat nih....hehehhe.... Yah begitulah resikonya kalau ngekos berdua, apalagi kalau salah satunya kurang toleransi dan pengertian..Dibicarakan saja Lia, meskipun rada gak enek dan sungkan ya. Tapi, drpd nahan hati, mending kita ngalah saja dengan cara ya pindah dari sana. Itu sih menurut saya, tapi coba Lia minta pendapat juga sama teman-teman yang lain.

      Makasih ya sdh mampir

      Delete
  2. Mba eka mau curhat nih,
    Aku ngekos brg temen kos yg egois naudzubillah.
    jd dia tuh pengen hidup sendiri, berarti selama iniini aku dimanfattin biar bisa bayar kos lbh murah.

    Aku udh dongkol bgt,
    dulu aku ngekos sendiri nah dianya yg gabung brg aku.
    apa aku brhak usir dia tp dgn cara baik2..
    klopun aku yg ngalah brrti sama aja harga diriku keinjek injek y?

    Dia tuhtuh bisanya mncari kesalahan ama kekurangan aku. Pernah kepergok waktu dia ngomongin aku dibelakang? Dan ini bikin enek bin dongkol tingkat rt rw..

    Apa perlu y mb eka ngajak ibu kos buat nyelesein masalah ini apa akunya aja yg pindah ibarat aku mengalah gitu ?:@

    ReplyDelete
  3. bener banget. enak ngekos sendiri :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi Mbak...tos dulu sebagai sesama penyuka kos sendirian saja, hihiih...Makasih ya...

      Delete
  4. Aduh tambah galau,aku ngekos berdua, dan udah ngerasa ga nyamaan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai kenapa galau...? Teman satu kos ya yg bikin galau..?hehhee.. Coba dipertimbangkan s aja tuk langakah selanjutnya. Tetap bertahan, tapi masalah yg dihadapi mesti dibicarakan. Atau, salahsatu mesti mengalah dgn keluar dr sana. Coba minta pendapat dgn teman yg lain ya Nisa... Makasih...

      Delete
  5. klo misalkan saya ingin sekamar sendirian,sedangkan teman saya mengajak sekamar berdua,saya sdh menolak dg berbagai alasan,tapi keukeuh teman saya ingin ditemani,sampe2 kasur saya diangkut ke kamarnya,gmn caranya menolak dia,,dri hari pertama sekamar dg dia,,saya g bsa tdur,,ngoroooknya keras bgt...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihiihi, ini pernah aku alami, tapi untungnya temenku gak kekeh.. Tapi kalau nemu org yg kekeh, ya harus pake cara kekeh juga. Salah satunya dengan cara membeberkan alasan keberatan kamu karena ngoroknya ituh. Atau bilang, kamu merasa lebih nyaman kalo sendirian di kamar..

      Ya, memang kadang gak enakan sih ya bilangnya gitu, ntar dia tersungging atau gimana..tapi,yah gimana lagi...daripada kita nahan hati, hehehe

      Delete
  6. Huh sama bgt nih kaya yg lg aku alamin temen satu kamarku ini suka bgt naro barang sembarangan ga pernah diberesin lg, klo ditegur alasannya aku yg lebay lah, cerewet lah padahal tiap minggu aku udh bersihin kosan biar rapi. Klo bukan karen aku udh bayar buat setahun udh pindah kali dr kemarin2 kesel bgt bikin hati gak tenang

    ReplyDelete
  7. Sis saya butuh saran nih saya ngemost berdua sama teman saya udab hampir tujuh bulanan awal"nya enak" aja pas udah kelamaan baru tu rasa gak enak nha datang
    Masalahnya dia bawa pacarnya hampir tiap hari di kosan nah sayanya gak suka kmren udah saya bilangin sempat bertahan satu minggu aja terus mulai lagi dia bawa pacarnya nah sakarang saya mau pindah kos" an mau ngemost sendiri aja biar enak
    Saya butuh saran nih, saya harus ngejelasin ke dia gimana soalnya saya orangnya gak enakan sama orang

    ReplyDelete
  8. saya juga sedang mengalami dilema ini, sendiri atau berdua? sebenarnya saya prefer yg sendiri, tapi saya juga tidak bisa menolak untuk hemat pada waktu itu, iya, saya telat menyadari kalau kenyaman itu lebih utama daripada yg lain, saya juga setuju dengan mba nya, kalau kamar adalah tempat terakhir melepas penat dan lelah selama beraktivitas di luar. hanya saja sekarang saya bingung memberi alasan apa, karena saya orangnya gak enakan.

    ReplyDelete

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..