Album Itu Masih Bernyawa


Album jadoel

Album Itu Masih Bernyawa



Melihat kembali masa lalu yang tersimpan rapi dalam album jadul yang masih terawat dan terjaga, sungguh membuat hati bahagia, haru dan bergetar. Ya, membukanya, berarti harus siap dengan kenangan sedih atau bahagia yang akan diceritakan kembali oleh gambar-gambar dalam album tersebut.

Ini cerita pulkam saya lebaran 2013 kemarin.

Pose jadul. Gak ada yg monyongin mulut
Jika pulkam mampir kerumah nenek, saya selalu membuka lembaran kertas tebal yang berisi foto-foto jadul. Kebanyakan sih, beirisi foto-foto Almarhumah Ibu saya ketika beliau masih muda dengan segudang aktifitasnya. Dari masa sekolah, kongkow bersama teman-temannya, ketika beliau mengajar disalah satu sekolah sampai kegiatan pramuka. 

Ada juga foto-foto pernikahannya, foto keluarga, dan pastinya masih ada foto masa bayi, balita dan masa kecil saya. Yang, setelah melihatnya, bukannya saya gembira karena bisa melihat seperti apa sosok saya ketika masih kecil dulu, lah ini kok saya mau nangis dan terharu. Entahlah.......



Apa karena mengingat masa kecil itu gak punya masalah ya? Jadi rasanya pengen nyebrang lagi kemasa-masa itu. Masa disayang sama orang tua. Dipeluk, digendong, dicium dan disayang sama semua orang. Ah, dunia terasa indah.

Tapi ketika sudah besar, cobaan dan masalah datang mendera. Duh..

Tapi, ya namanya juga hidup, kalau gak gitu gak ada cerita yang mewarnai perjalanan panjang ini. Tul, gak?

Gaya  "porno" ketika usia 3 tahunan, hehehe


Ehmmmm...

Betapa salutnya saya melihat ibu yang begitu rapi dan teliti menyimpan gambar-gambar bersejarah itu. Foto tentang pernikahannya, dibuat satu album tersendiri. Foto tentang kematian keluarga, ia pisah juga. Pun, foto kegiatannya bersama teman-teman ketika masih sekolah dan semasa ia bekerja, juga tersimpan rapi. Bahkan, gambar-gambar masa kecil saya yang bahagia dan menggemaskan, juga tersemat di satu album. Dari warna yang masih hitam putih, sampai yang sudah berwarna. 


Dipangkuan Ibu

Entah kenapa, kok, saya terharu ya melihat foto yang ini..hiks...


Bersama Ayah. Lagi tidur, difoto Ibu,hehe
Yeyeye, bapak dan anak..
 

Ya, Walau kondisi albumnya sudah tak kokoh lagi, alias sudah banyak yang robek pada bagian kertas penyambung atau penyanggahnya, plastiknya juga ada yang terkelupas dan sebagainya, namun, cerita didalamnya masih mampu mengingatkan kenangan lama itu. Maklum, sudah kurang lebih 50 tahunan album-album itu "hidup." Untung nyawanya masih ada. Sayapun sempat memutar ingatan masa lalu, ketika memandangi gambar-gambar nostalgia itu. Namun, semakin saya mengingatnya, tetep aja ada beberapa bagian yang terlupakan.


Aha...dibawah ini, salah satu foto masa kecil yang  saya suka. 

Duh, apa saya gak takut kecebur ya..?


Aih...Wahai diriku.... pegangan yang kuat ya di dahannya.
  
Ehmm...ini dia bersama si kembar, yang salah satunya telah tiada, ketika berumur 9 tahunan.
  
Si kembar. Kangen ah sama kalian..

Nah, ini gaya Ibu saya (yang pegang buku) bersama teman-temannya.. 
Sok-sok ngobrol dan pura-pura gak ngeliat kamera gitu deh..


Boleh juga aksinya, hehehe

Dan kini......
Anaknya juga ikutan foto pura-pura ngobrol dijalan, sok-sok-an gak ngeliat kamera juga.
Seperti gambar dibawah ini..



Aih mak, serasa beneran jadi  model

Eh, Ibu saya juga ternyata punya foto dengan bergaya mekarin  kain/ gaun. 
Saya juga punya tuh. Cuma pose anaknya lebih alay dan centil, hahaha



Pede, berpose ditrotoar! Jauh dari malu, hihihi
Duh, gayanya  masih malu-malu ya, heheh


Ada lagi nih gaya gadis sembunyi di balik dedaunan besar. Eh, ternyata saya 
 juga melakukan hal yang sama. Cuma, beda gaya sedikit doang, hehehhe...


Daun apa ini namanya, ya..?



Dan ini..
Foto "Ala Kartinian" jaman dulu.
Kebayanya benar-benar kebaya Kartini banget ya.


Ibu saya (paling depan) dengan kebaya Kartini-nya


Nah, yang ini, Ibu saya diapit oleh dua orang kakak sepupu saya.
Duh, rambutnya kakak saya panjang bener ya.....
Panjang ala jaman dulu banget , hehehhe...

Nice.....


Kok kayak gadis bangsawan gitu ya, hahhaha..

Klise-klise jadul dari foto-foto bersejarah itu, juga masih tersimpan rapi disatu tempat. Sedih saya. Mudah-mudahan sifat telatennya ibu, menurun ke saya. Eh, udah nurun belum ya, hihihihi....  


Beberapa 'Slongsong' klise yang masih tersimpan
Nah, saking saya pengen tuk mencuci ulang itu foto, karena warnanya banyak yang sudah pudar, ya biasa karena termakan usia foto. Maka sayapun menjeprat-jepret ulang foto-foto yang tersimpan di album yang masih bernyawa itu, melalui Handphone. Selain itu, klise jadulpun saya coba tuk dicuci ulang lagi, karena ada beberapa foto yang hilang dari album.  Penasaran saya, gimana sih hasilnya kalau klise jaman baheulak itu "direinkarnasi" lagi? Meski saya sudah bisa menebak, kalau hasil warna fotonya pasti udah kabur dan gak maksimal. 

Klise Foto jadul
Untung masih ada beberapa studio foto yang mau menerima permintaan alay  saya tuk mencuci foto dari klise jadul yang ukurannya super keciill itu. Meski tak semua studio foto mau menerimanya dengan alasan repot atau susah nyeting mesin, dll. Padahal, ternyata di studio tempat yang mau menerima cuci foto klise saya itu, rupanya mereka hanya menscan saja itu klise, trus muncul deh fotonya dilayar monitor, tinggal di crop dan diatur aja posisinya. Jadi, harusnya gak perlu pake istilah nyeting mesin dan sabagainya. Mungkin karyawan studio foto itu aja kali ye, yang malas menuruti permintaan aneh saya, hahahha... 

Wajar sih...

Hare gene...masak nyuci foto masih pake klise. Wong sekarang orang sudah cetak foto dari HP atau kamera digital semua, yang file-filenya akan tersambungkan di komputer. Bukan seperti jaman 90-an lagi, yang kalau mau cuci foto harus menyiapkan dulu spidol, buat menandai yang mana klise yang akan dicuci dan mana yang tidak. Iya, kan..? Hayo, ngaku...siapa nih  yang suka maen spidol kalau mau cuci foto? hahaha....


Dan foto yang dicuci dari hasil klise jadul itu, kini sudah ada hasilnya. Meski seperti yang sudah saya duga sebelumnya, hasilnya gak maksimal. Ya,namanya juga klise jadul, hihihi. Tapi, paling tidak saya masih bisa mengeditnya di kompi. 

Kenapa saya ingin memasukkannya ke kompi, ya salah satu alasannya saya ingin punya banyak tempat penyimpanan foto. Selain disimpan di dunia nyata, pengen juga di taruh didunia maya, hihihi. Supaya kalau salah satu ada yang hilang, masih bisa ditemukan di tempat penyimpanan lain. Tul, gak..? 

Nah, ini dia beberapa hasil foto yang warnanya sudah saya utak atik di kompi. Syukurlah masih bisa jelas terlihat, meski agak memudar.


Saya, berumur beberapa bulan, sedang marhaba/akiqah

Udah 6 bulan nih...Imuuutt...


Lagi mandi juga difotoohh.. dari kecil udah diajarkan untuk narsis nih, hihihi

 Ketika berusia 1 tahun. Kok bengong, sih?
 

Usia 2, 5 tahunan


Usia 6 tahunan
 

Usia 10 tahunan

My Mom, ketika beliau masih muda

NOW!  Ups...gayanya narsis, hihi

Ah,senangnya masih bisa melihat foto-foto jadul. Untunglah, ibu saya sangat rapi menyimpannnya. Jadi, anak dan kelak cucunya nanti masih bisa menyaksikan memori lama itu. Ya, memori lama tentang neneknya dan juga memori sejarah hidup saya sendiri. 

Ehmm....saya yakin banyak orang tua yang menyesal karena foto-foto jadul mereka ada yang hilang atau entah kemana rimbanya karena klise atau foto-fotonya tak disimpan dengan baik. Sehingga tak bisa lagi melihat foto-foto anaknya ketika masih kecil dulu, atau foto mereka sendiri ketika masih muda. 

So, menyimpan foto-foto jadul, klise, atau kini sudah lebih modern lagi menjadi bentuk CD, ternyata bukan hal yang sepele, bukan?

Ah, untunglah saya masih punya kenangan itu.

Dan album itu.... masih bernyawa sampai saat ini. Meski, nyawa saya juga harus ketar-ketir menahan air mata dan haru ketika melihat gambar-gambar penuh cerita itu.

Oh.....

Koleksi Album jadoel Ibu saya


Sumber Foto : Koleksi Pribadi.

2 comments

  1. Ikh.. seru yah..

    gak nyangka loh ibunda mbak eka juga model apalagi foto yang di motor. kece abiiissss

    ReplyDelete
    Replies
    1. ahahahaha....iya dit, anak emang anak tuh gak jauh dari sifat ibunya, ya..hehehhe.....

      Delete

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..