Berutang, Ada Etikanya Juga Lho!




Beberapa waktu lalu rumah kos saya didatangi oleh laki-laki yang mengaku debt collector. Ia mencari seorang wanita yang menurutnya mempunyai utang jutaan rupiah padanya. Hari itu ia menagih, karena yang punya utang sudah telat dari jangka waktu yang ditentukan untuk melunasinya. Menurut pengakuannya, ia sudah berkali-kali mendatangi rumah si wanita yang biasa ia datangi, yang sebut saja namanya si A. Tapi, yang dicari tak ada, bahkan terkesan kabur. Trus, kenapa ia mendatangai kos-kosan saya?

Nah, menurut informasi, si A ini, sering main ke kos-kosan kami, kebetulan teman saya yang juga salah satu penghuni kosan, berteman dengan si A. Namun, teman saya mengaku, saat ini ia tak tahu menahu di mana keberadaan si A.  Untunglah si debt collector yang perawakannya tak terlalu menyeramkan itu, percaya dengan omongan teman saya, tak lama ia pun pamit.
Saya yang mendengar percakapan tadi, gimana gitu loh ya. Udah kayak sinetron deh, pake didatangi sang penagih hutang.

Kabur dari rumah gegara takut ditagih hutang oleh debt collector adalah hal yang konyol, tak bertanggungjawab dan tak tahu etika. Ngutangnya enak, eh..pas mau balikin, susaaaaahh setengah mati. Ujung-ujungnya memilih menghilang, yang dianggap bisa keluar sedikit dari beban tagihan. Padahal, dihari-hari selanjutnya ia akan terus dihinggapi rasa ketakutan dan dibayangi was-was yang berlebihan karena merasa dikejar oleh hutangnya sendiri (tapi ini bagi yang sadar diri sih).


Jika dirasa tak mampu penuhi kebutuhan hidup sehari-hari, harus rajin ngerem duit dong, bukan foya-foya, yang berujung menabung hutang di mana-mana.

Apalagi, banyak yang berutang terkadang untuk urusan yang tidak terlalu mendesak. Seperti berutang karena ingin membeli handphone, padahal itu gadget dia udah punya. Ya, cuma kepengen beli yang lebih mahal dan canggih aja, biar bisa sepadan dengan teman-temannya, hahaha...

Ada lagi yang berutang karena ingin kumpul bersama teman-teman lama di mall. Reunian gitu ceritanya. Acara kumpul-kumpul itu akan dirayakan dengan makan-makan enak di resto yang mahal. Gengsi dong kalau gak punya uang, makanya berutang dulu sebelum berangkat reunian. Jadi berhutang demi gengsi, takut dibilang kere hingga  berutang sampai jutaan rupiah.


 

Kalau memang harus berutang, ya berutanglah secukupnya. Gak perlu sampai ber jut..jut..., kalau cuma untuk urusan foya-foya atau gengsi semata.

 

Bagi yang sering berutang, tahu gak, berutang ada etikanya, lho. Jika sebelumnya pernah berutang pada orang yang sama, maka jika ingin mengajukan utang lagi, yang kemaren-kemaren harus harus dibayar dulu, baru boleh ngutang lagi. Oke?

Jangan sampai berutang berkali-kali pada orang yang sama, tapi hutang yang dulu belum dibayar sama sekali, malah pura-pura lupa atau berharap orang tempat dia berutang, lupa, kalau dia  belum bayar utang. Itu bikin orang kesal, tempe eh tahu! 


Sepelupa-pelupanya orang, kalau urusan duit, biasanya si pemberi utang tak akan pernah lupa kalau dia pernah minjemin duit ke seseorang dan belum dibayar sama sekali sampai sekarang.  Saya juga termasuk orang yang pelupa. Tapi, saya tak akan pernah lupa dengan orang yang belum bayar utang sama saya, hahahha....

Kalau emang kita belum bisa bayar, mbok ya kita sebagai orang yang berutang harus mengingatkan kepada orang yang telah menghutangi kita, kalau ternyata kita belum bisa melunasi kewajiban sebagaimana yang telah dijanjikan tempo hari, karena sesuatu alasan, misalnya. 

Tak susah rasanya untuk mengucapkan kata-kata seperti: “Maaf lho mbak, aku belum bisa ya bayar pinjaman yang tempo hari, karena uangnya kepake buat biaya anakku masuk sekolah, mudah-mudahn bulan depan bisa saya lunasi”. 

Enak kan ya kalau ada basi-basi kayak gitu. Si pengutang pun justru akan memaklumi, malah jadi gak enakan. Tapi yang terjadi kebanyakan nih....udah dihutangin, pake pura-pura gak tau kalau dia belum bayar :((( 

Bukankah banyak kejadian orang yang bunuh diri, masuk penjara atau stres gegara utang yang banyak dan tak sanggup membayarnya. Namun, banyak orang tak menjadikan hal tersebut sebagai pelajaran.  

Jadi, jangan coba-coba tuk menjadikan hutang sebagai sebuah kebiasaan apalagi tradisi. Karena, bagi yang terbiasa berutang, terkadang tindakan ini dianggapnya hal yang biasa. Saking biasanya, makanya banyak orang menyingkirkan urat malunya untuk mengemis pinjam duit sana-sani, yang ujung-ujungnya akan memberatkan dirinya sendiri.

Tentu kita gak mau dong jadi bahan omongan tetangga, teman-teman kantor atau komunitas kalau kita sering ngutang tapi gak bayar? 



 

Saya jadi inget sekitar dua tahun lalu, ada teman kantor, sebut saja namanya R, punya utang bejibun kepada beberapa orang kantor dengan jumlah ratusan ribu per orangnya. Entah untuk keperluan apa yang membuatnya harus berutang pada banyak orang itu? Padahal dia belum berkeluarga alias masih gadis ting ting. Eh, tiba-tiba dia resign, tanpa menyelesaikan urusannya terlebih dahulu. Wuhahahha.. Bisa ditebak dong, semua orang pada sibuk ngomongin dia, terutama yang hutangnya belum dia bayar sama sekali. Tak cuma satu dua orang yang resah, tapi banyak, cuy. Bahkan satpam kantor pun tak luput dari “korban” keutangannya. Duh....


Tak mau menyerah dengan kondisi hutang-hutang yang belum dibayar, salah satu teman kantor berinisiatif mendatangi satu persatu semua karyawan kantor sambil membawa buku dan pulpen untuk membuat list data.

Ya, masing-masing orang ia tanyai, pernah gak diutangi sama si R yang sudah resign itu? Kalau iya, maka dia akan mencatat nama kita beserta jumlah nominal uangnya. Termasuk saya juga kena korbannya, dan harus rela mengikhlaskan seratus ribu hasil keringat saya, yang entah kapan dia akan mengembalikannya :((


Utang..oh..utang bikin deg-degan, kesal dan galau. Bawaannya jadi bete dan resah, baik bagi si pengutang maupun bagi yang berutang. 

Jika terlalu sering Anda berutang dan tak mampu membayarnya, bahkan kata maaf pun terlalu jauh untuk Anda ucapkan (boro-boro berbasa-basi memberikan pengingat pada orang yang telah menghutangi), maka jangan heran, kalau Anda akan dicap orang sebagai pengutang yang tak pandai memainkan etika, hingga orang tak mau lagi meminjamkan Anda uang! 

Sebenarnya, menurut saya, obat yang mujarab untuk menghindari utang adalah: berhemat, dan wajib pandai mengukur diri. Itu saja. 

Kalau pendapatan kecil, ya,  bisa diukur dong pengeluaran perbulan kira-kira sanggupnya berapa. Jangan sampai gegara memenuhi hawa nafsu jadi menebar utang dimana- mana. Berutanglah sesuai kebutuhan. Menjadi orang yang bisa berhemat, pandai mengukur diri dan mengukur kebutuhan adalah hal yang paling sexy di dunia ini.  Jangan sampai Anda dicari debt collector atau dikejar-kejar orang karena tagihan yang menumpuk.




 


10 comments

  1. kebanyakan emang orang berhutang karna utk keperluan yg gak mendesak, apalagi sampai tutup lubang gali lobang.

    sepertinya setiap orang jgn cuma berjuang cari uang doang, namun belajar mengolah uangnya dan juga gengsi

    ReplyDelete
    Replies
    1. setubuh eh setujuh! mengelola uang itu penting, jgn tersinggung kalau ada yang mengajari bgmn cara kelola uang, jgn tersinggung juga kalau dibilang boros. Ada yang gaji gak terlalu tinggi, tapi penngennya makan mewah dan mau beli ini dan itu :))

      Delete
  2. Duuh sereem sampai didatangi gituuu, Ya Allah jangan sampai kita termasuk hobi ngutang huhu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin mbak, aku juga ngeri-ngeri manja berutang, kceuali kalau benaar kepepeeeet dan dalam kondisi memang kita lagi gak ada uang cukup :)) Semoga terhindar

      Delete
  3. Berhutang memang harus tahu batasannya. Jangan sampe merugikan orang lain. Gamau berhutang, harus bijak menggunakan uang. Saya juga ada pengalaman sama seseorang berhutang ke saya, giliran ditanya bilang lupa, aku ikhlasin aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wew, gimana tuh mbak, pura pura lupa atau lupa beneran kalau dia punya utang? haduuhh!

      Delete
  4. Jadi inget nih, banyak yg terpaksa dilupakan/dibiarkan, krn udah males nagih, hiks.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ho oh mbak, mau nagih kadang gak enakan. Gak ditagih kitanya dongkol :(

      Delete
  5. utang ada etikanya, artinya juga mereka punya etika untuk mengembalikannya , nah yang susah itu kan mengembalikannya apalagi kl orang itu memamng gemar berhutang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu dia, pinjamnya gampang, ngembaliinnya banyak alasan. Kalau gak dipinjamim kita dikata-katain pelit :D

      Delete

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..