Air, menjamin keberlanjutan seluruh kehidupan di muka bumi, penting bagi semua orang dan sangat mempengaruhi bagaimana cara hidup kita. Tersedianya air secara berkelanjutan untuk kebutuhan manusia di seluruh dunia adalah salah satu tantangan utama untuk pembangunan berkelanjutan di banyak daerah. Ekosistem yang ada di seluruh dunia, khususnya hutan dan lahan basah, menjamin bahwa air bersih tersedia bagi komunitas manusia. Dan Air, mendasari semua jasa ekosistem.
Dengan Lahan basah misalnya, dapat membantu mengurangi risiko banjir. Restorasi tanah bisa mengurangi erosi dan meningkatkan air yang tersedia untuk tanaman. Kawasan lindung dapat membantu dalam memberikan air ke kota-kota. Ini, hanyalah beberapa contoh bagaimana pengelolaan ekosistem dapat membantu kita memecahkan masalah yang berhubungan dengan air.
Air, adalah sumber dari semua kehidupan di Bumi.
Dan Air bersih, sumber
kesehatan kita. So, hemat dan peliharalah air
Tulisan diatas
adalah salah satu isi audio dari insert atau filler berdurasi sekitar 90 detik, yang selalu diputarkan oleh salah satu stasiun radio yang ada di Jakarta. Saya sering mendengarnya. Sering pula saya merenungkannya, kalau ternyata, air bukan hanya penting
untuk manusia saja, tapi juga untuk lingkungan sekitar, untuk
hutan dan juga tuk ekosistem di sungai.
Sayang,
berkali-kali insert atau informasi itu diputar sejak lama di
gelombang radio yang sering saya monitor, tampaknya belum bisa banyak
memberikan kesadaran bagi warga Jakarta khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya, yang mendengarkan siaran radio tadi, untuk
lebih menghargai air, yang menjadi sumber kehidupan.
Ini bisa terlihat dari keruh dan kotornya air yang mengalir di sungai-sungai yang ada di Indonesia, termasuk Jakarta, kota yang sudah 9 tahun memberikan saya pekerjaan, hiburan, pengalaman, pertemanan hingga tantangan.
Ini bisa terlihat dari keruh dan kotornya air yang mengalir di sungai-sungai yang ada di Indonesia, termasuk Jakarta, kota yang sudah 9 tahun memberikan saya pekerjaan, hiburan, pengalaman, pertemanan hingga tantangan.
Fenomena warna sungai yang terjadi di Indonesia ini, bisa dikatakan ajaib, seperti disulap. Ada yang berwarna merah, biru, hitam dan coklat, hingga warna gak jelas. Wow banget ya.! Padahal, umumnya dan harusnya warna sungai itu jernih dan tidak berbau. Tapi,....tau gak, di negara kita ada lho
sungai yang warnanya merah bak darah. Aneh? Ya, memang aneh! Ini bukan khayalan, lo.
Ini terjadi di sungai yang mengaliri kawasan Bontang, Kalimantan Timur, sekitar bulan Februari 2014 lalu. Beritanya lantas menyebar. Semua stasiun TV menayangkannya. Sayapun melihatnya di layar kaca. Benar! Sungai itu merah membara seperti baru saja terjadi pertumpahan darah. Hiiii....
Ini terjadi di sungai yang mengaliri kawasan Bontang, Kalimantan Timur, sekitar bulan Februari 2014 lalu. Beritanya lantas menyebar. Semua stasiun TV menayangkannya. Sayapun melihatnya di layar kaca. Benar! Sungai itu merah membara seperti baru saja terjadi pertumpahan darah. Hiiii....
Ternyata eh ternyata, warna merah itu berasal dari
pembuangan cat, dari pabrik cat yang ada disana. Zat pelarut yang terkandung cat itulah yang menyebabkan warna merah merata sepanjang sungai Tanjung Laut, Bontang Selatan. Merata lho warnanya. Walah, sungai
dijadikan tempat pembuangan limbah, apa kabarnya kualitas
sungai dan kehidupan mahluk-mahluk sungai?
Ini dia sungai merah di Bontang, Kaltim. Sbg gbr http://regional(dot)kompas(dot)com |
Bukan itu saja
cerita sungai yang berubah warna dijaman modern ini. Ajaib sekali
rasanya, serasa berada di jaman nabi, yang sering menemukan hal-hal
yang bikin kita gak percaya. Tapi, meski sudah gak dijaman nabi lagi,
masih tetap terjadi hal-hal yang bikin mulut menganga. Sebelumnya, ada sungai yang warnanya berubah jadi
biru dan bau, akibat limpahan limbah pencucian jeans, yang mencemari
sungai di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, juga beberapa sungai di daerah lainnnya, termasuk yang ada di
Jakarta ini.
Ini kondisi sungai akibat limbah pencucian jeans. Sbg gbr http://akuinginhijau(dot)org |
Ulalla, ternyata para pelaku industri membuang limbah
pencucian jeans langsung ke sungai. Mereka melakukan ini,
lantaran tak mempunyai unit instalasi pengolahan air limbah. Padahal, kalau bahan-bahan kimia bergabung jadi satu dengan air sungai,
jangankan untuk dikonsumsi, tersentuh kulit pun akan
berdampak fatal.
Polusi dari pembuatan jeans itu berasal dari bahan pewarna yang dipakai, bleaching yang bisa masuk ke dalam tanah serta bahan bakar mesin produksi. Sementara itu peningkatan pH dipicu oleh penggunaan detergen yang berlebihan dalam proses pencucian bahan baku maupun pakaian jadi.
Polusi dari pembuatan jeans itu berasal dari bahan pewarna yang dipakai, bleaching yang bisa masuk ke dalam tanah serta bahan bakar mesin produksi. Sementara itu peningkatan pH dipicu oleh penggunaan detergen yang berlebihan dalam proses pencucian bahan baku maupun pakaian jadi.
Jadi, sumber pencemaran di industri jeans, tidak hanya berasal dari proses produksinya saja, melainkan juga sejak penyiapan bahan baku. Kandungan nitrat dan posphat dalam pupuk yang digunakan pada tanaman kapas sebagai bahan baku untuk membuat jeans, akhirnya terserap ke dalam tanah, lalu mencemari air tanah.
Nah., kalau air tanah sudah
tercemar, otomatis, akan ngaruh juga pada air
sumur, yang bisa jadi bau dan terkontaminasi zat-zat yang berbahaya.
Padahal, di Jakarta, sumur itu masih menjadi andalan warga tuk
dikonsumsi sebagai air minum, karena tak bisa lagi mengharapkan air
sungai yang kotornya bikin orang geleng kepala diikuti dengan tepok jidad.
Dampak Pencemaran Sungai...
Pernah melihat gak tiba-tiba banyak ikan mati di sungai? Nah, itu adalah salah satu dampak dari pencemaran sungai. Bahkan, kalau ikan mati tadi dikonsumsi oleh manusia, tubuh kita akan keracunan. Seperti yang terjadi di Aceh. Sejumlah
ikan di kreung Teunom, Kabupaten Aceh Jaya ditemukan mati mendadak, beberapa waktu lalu.
Kematian ikan ini, diduga karena sungai tercemar limbah tambang emas
dan biji besi ilegal di sekitar wilayah itu. Matinya ribuan
ikan di sungai ini, telah berlangsung lama. Ikan yang mati ditemukan
dengan kondisi insang berwarna merah, sisik mengalami pendarahan dan
mata memutih.
Bahkan, beberapa warga sempat jatuh sakit setelah mengonsumsi air dan ikan di sungai tersebut. Aktivitas warga yang bermata mata pencarian di sungai itupun terhenti akibat peristiwa ini.
Bahkan, beberapa warga sempat jatuh sakit setelah mengonsumsi air dan ikan di sungai tersebut. Aktivitas warga yang bermata mata pencarian di sungai itupun terhenti akibat peristiwa ini.
Tak hanya menyebabkan ikan-ikan mati, air sungai yang kotor bisa menjadi sumber penularan penyakit. Mulai dari thypus, kolera, demam, batuk, gatal-gatal dan lain-lain. Trus, kalau kita sudah terkontaminasi alias sakit, ujung-ujungnya, sungai deh jadi terdakwa.
Sungai yang banyak sampah misalnya, akan menyumbat
saluran air, hingga sebabkan banjir. Dan, banjir itu bisa timbulkan
penyakit, salahsatunya penyakit
cikungunya, yang berasal dari air seni hewan. Duh, bencana banjirpun nimbrung menjadi penyebab pencemaran sungai. Banyak sekali rentetannya.
Ehm, ngomongin
soal air......, sumur dan sungai yang paling sering saya temui di kota
metropolitan ini. Sumber air ini bisa memenuhi segala kebutuhan hajat hidup orang
banyak. Sayangnya, keadaan sungai Jakarta dan beberapa sungai di daerah lain, sudah
tercemar bakteri ecoli dan timbal.
Bakteri ecoli itu, berasal dari pencemaran atau kontaminasi dari
kotoran hewan dan manusia. Di dalam kotoran tadi, berisi banyak jenis
organisme penyebab penyakit, sehingga tak layak lagi untuk diminum. Dan kuman tadi, kalau sudah masuk ke tubuh, bisa menghasilkan
racun yang bisa merusak ginjal dan melemahkan dinding usus kecil pada
anak-anak.
Sedangkan timbal, berasal dari bahan pembuat cat, baterai, tinta, cat rambut dan campuran bahan bakar bensin. Dampak timbal juga tidak main-main, lho. Jika masuk ke dalam tubuh, timbal akan menyebar ke berbagai organ melalui sistem peredaran darah, dan akan menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati, otak, saraf, dan tulang. Bahkan timbal juga menyebabkan terjadinya penurunan perkembangan intelegensia atau kebodohan. Bagi perempuan hamil, timbal yang tertimbun dalam tulang akan masuk ke janin, dan sebabkan keguguran.
Sedangkan timbal, berasal dari bahan pembuat cat, baterai, tinta, cat rambut dan campuran bahan bakar bensin. Dampak timbal juga tidak main-main, lho. Jika masuk ke dalam tubuh, timbal akan menyebar ke berbagai organ melalui sistem peredaran darah, dan akan menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati, otak, saraf, dan tulang. Bahkan timbal juga menyebabkan terjadinya penurunan perkembangan intelegensia atau kebodohan. Bagi perempuan hamil, timbal yang tertimbun dalam tulang akan masuk ke janin, dan sebabkan keguguran.
So, dengan keadaan air sungai yang begitu parahnya, jangankan untuk dikonsumsi tuk sekedar cuci baju saja, sudah tidak layak lagi. Sementara, beberapa sumur di Jakarta pun sudah ada yang ikutan terkontaminasi bakteri ecoli.
Tak cuma itu, pencemaran sungai juga menyebabkan hilangnya ladang sumber penghidupan, seperti keramba ikan, tempat memancing dan pemandangan indah yang harusnya bisa dinikmati orang banyak atau jadi tempat objek wisata. Kadar oksigen dalam sungaipun, akan ikut berkurang sebagai imbas dari tercemarnya sungai.
Tak hanya pencemaran saja yang bisa merusak fungsi sungai, lo. Ada banyak lagi penyebabnya. Jika terjadi perubahan tata guna lahan dan pertambahan jumlah
penduduk, misalnya, maka keberadaan DAS atau daerah aliran sungaipun terancam rusak.
Gejala kerusakan lingkungan daerah aliran sungai (DAS) dapat dilihat dari penyusutan luas hutan dan kerusakan lahan terutama kawasan lindung di sekitar Daerah Aliran Sungai.
Gejala kerusakan lingkungan daerah aliran sungai (DAS) dapat dilihat dari penyusutan luas hutan dan kerusakan lahan terutama kawasan lindung di sekitar Daerah Aliran Sungai.
Lebih fatal lagi, dengan tercemarnya sungai, maka
jumlah air bersih sulit tersedia. Padahal, air bersih adalah hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.
Kalau sudah begini, kadang saya membayangkan betapa asyiknya tinggal di kawasan pegunungan. Selain jauh dari polusi, adem dan sejuk, airnyapun tentulah jernih dan alami. Beruntunglah, teman-teman yang tinggal didaerah perbukitan atau pegunungan, yang ditempat-tempat tertentu, mereka dekat dengan air terjun, atau sumber mata air pegunungan. Jauh dari pencemaran, bahkan kealamian dan kejernihannya kerasa sampe ke kota..:) Aih, jadi pengen tinggal di pegunungan deh.
Manfaat Sungai
Duluu..
Saya pikir, sungai itu cuma berfungsi tuk mengaliri sawah petani, atau sebagai pembuang air hujan saja, tapi ternyata sungai juga berfungsi tuk mengangkut hasil endapan erosi dan polutan, serta berperan dalam kelangsungan siklus erosi itu sendiri.
Dengan
adanya keberadaan sungai, kita juga bisa menemukan berbagai jenis
ikan-ikan. Disungai, ikan akan dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik, karena memang sungai adalah habitat asli ikan. Ketika ikan
dapat tumbuh dengan benar, dan menjadi ikan yang besar, maka ikan
dapat menghasilkan nilai ekonomis bagi warga sekitarnya. Ya,
ikan-ikan tadi akan dipancing oleh warga, lantas dijual kepasar.
Berkatnya, warga mendapatkan uang dari hasil penjualan tadi. Tentu
ini sangat membantu mereka dalam hal ekonomi.
Selain
itu, saat ini sungai juga dikembangkan menjadi wahana konservasi
untuk habitat tanaman air, budidaya tambak serta beberapa jenis
mamalia. Nah, dengan semua ini, tentu akan membantu masyarakat
sekitar.
Eh, malah sekarang bisa dijadikan juga sebagai pembangkit tenaga listrik, lo. Itu artinya, warga dipedalaman yang tidak tersentuh listrik, bisa mencicipi terangnya sinar yang berasal dari energi terbarukan, air. Jadi, tak perlu lagi bergantung pada bahan bakar fosil. Ramah lingkungan, bukan..?
Bahkan, jika sungainya indah dan banyak bebatuan/ karang, bisa dijadikan objek wisata, lo. Seperti saat saya bertandang ke tempat teman lama saya yang ada di Lubuk Linggau, Sumsel, objek wisata yang saya kunjungi ya sungai, yang dilintasi oleh air terjun. Begitu kerennya fungsi sungai, sayang sekali kalau tidak dipelihara.
Saya, berwisata sungai, beberapa tahun lalu. |
Ups...rupanya, adalagi manfaat sungai yang lebih besar ...
Sungai itu adalah
bahan baku air minum. Air tuk tubuh kita. Dan masyarakat yang berada dipinggiran sungai masih mengandalkan air sungai tuk dikonsumsi sebagai air minum, meski airnya mereka beri kaporit, untuk mengendapkan kotoran.
Selain itu pemberian kaporit juga akan timbulkan bau dan rasa. Padahal, syarat air yang bersih dan layak tuk dikonsumsi itu, ya gak boleh bau. Trus, apakah kalau gak bau, artinya air itu sudah layak minum..? Oh, no....!! Masih ada lagi syarat lainnya, seperti yang saya tulis dibawah ini...
Kebayang dong, dengan
manfaat besar seperti ini, tapi kebanyakan kondisi sungai di
Indonesia sudah pada kotor dan tercemar. Sungainya tak lagi bersih, harusnya tak layak tuk dikonsumsi, walau sudah diberi kaporit sekalipun. Tapi, mau gak mau, warga harus memberi kaporit, agar air terlihat jernih dan seolah-olah layak tuk diminum. Padahal, penambahan
kaporit ke dalam air akan menghasilkan senyawa kimia sampingan yang
bernama Trihalometana (THM). Senyawa ini banyak diklaim oleh para
pakar air sebagai penyebab produksi radikal bebas dalam tubuh yang
mengakibatkan kerusakan sel dan bersifat karsinogenik.
1. Secara fisik, air yang sehat itu :
a. Air harus bersih dan tidak keruh
b. Tidak berwarna apapun
c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apaun
e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
f. Tidak meninggalkan endapan
b. Tidak berwarna apapun
c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apaun
e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
f. Tidak meninggalkan endapan
2. Syarat kimiawi:
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c. Cukup yodium
d. pH air antara 6,5 – 9,2
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c. Cukup yodium
d. pH air antara 6,5 – 9,2
3.
Syarat mikrobiologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Banyak sekali persyaratannya. Sayangnya, mayoritas sungai di Indonesia, tidak memenuhi persyaratan diatas, salahsatunya sudah berbau, berwarna dan mengandung zat kimia dari hasil pembuangan limbah. Pantesan, saya pernah merasakan dampaknya akibat nekad mengkonsumsi air yang tak memenuhi persyaratan diatas, saya kupas ceritanya dibawah ini.
Kehidupan Warga di Bantaran Sungai
Sekitar sepuluh tahun lalu, saya pernah menginap
di salah satu rumah yang tinggal di pinggiran sungai musi, sungai yang melintas di provinsi Sumatera Selatan, untuk suatu
keperluan. Tinggal di sana, artinya, saya pun melihat apa yang mereka
lakukan. Mengkonsumsi air minum, ya dari air sungai yang warnanya
sudah coklat, lantas diberi kaporit, supaya kotorannya terendap
ke bawah, jadi terlihat bening. Mayoritas warga di sana, mengandalkan air yang tak pernah berhenti mengalir itu tuk bahan baku air minum, memasak, hingga mandi dan cuci baju. Buang air besar dan air kecil pun, dilakukan di jamban
yang dibangun di atas sungai, yang otomatis, kotorannya akan jatuhlah
ke sungai itu juga.
Ketika di siang hari, di saat air sungainya sedang menyurut, maka akan terlihatlah “selongsongan” si kuning alias tinja manusia. Lebih tepatnya, akan terlihat tinja dari semua keluarga yang membangun jamban di atas sungai, yang posisinya hanya berjarak sekitar 4 meter dari dapur rumah. Baunya? Ah, jangan ditanya. Kotornya air dan lingkungan sekitarpun tak perlu diragukan pula. Sampah berserakan dimana-mana, karena membuang sampahpun, mereka lakukan disungai. Alamak, dikira sungai itu tong sampah kali ye..., duh.!
So, bakteri yang ditebarkan melalui udarapun pasti merajalela kemana-mana, dan akan hinggap disalah satu atau di banyak tubuh warga yang hidup disekitar aliran sungai.
Ketika di siang hari, di saat air sungainya sedang menyurut, maka akan terlihatlah “selongsongan” si kuning alias tinja manusia. Lebih tepatnya, akan terlihat tinja dari semua keluarga yang membangun jamban di atas sungai, yang posisinya hanya berjarak sekitar 4 meter dari dapur rumah. Baunya? Ah, jangan ditanya. Kotornya air dan lingkungan sekitarpun tak perlu diragukan pula. Sampah berserakan dimana-mana, karena membuang sampahpun, mereka lakukan disungai. Alamak, dikira sungai itu tong sampah kali ye..., duh.!
So, bakteri yang ditebarkan melalui udarapun pasti merajalela kemana-mana, dan akan hinggap disalah satu atau di banyak tubuh warga yang hidup disekitar aliran sungai.
Nah, karena saya
tinggal disana selama seminggu lebih, otomatis, cara yang mereka
lakukanpun, mau gak mau, harus saya lakukan. Maklum, namanya juga
lagi numpang. Oh, ya, waktu itu, karena masih duduk dibangku
sekolah, jujur, saya belum ngerti tentang dampak dari air sungai yang
kotor. Tanpa bersalah dan was-was saya juga ikut mengkonsumsi air
minum, yang berasal dari air sungai (meski sudah diberi kaporit, yang juga mengandung zat kimia yang tidak baik tuk kesehatan). Air
untuk masak, mandi dan cuci bajupun, tanpa beban saya lakukan di
sungai. Bahkan BAB pun, saya lakukan diatas jamban. Eh, sore harinya,
ketika mau gosok gigi, pas mau menyedok air sungainya tuk
kumur-kumur, eh...ada si “kuning” mengambang diatas air yang
akan saya ciduk dengan gayung itu, melintas didepan wajah,
haduuuhhh.... Bayangkan coba, gimana mau sehat, kalau air tuk sikat
gigi saja, sudah kotor begitu. Sungainya sudah bercampur dengan hasil
BAB, air seni, busa cucian, sampah dan bahkan limbah pabrik/
industri. Hiiiyy.....jijik banget ya Alloh...
Nah, air yang akan
saya ciduk buat kumur-kumur tadi, belum masuk keperut lo, cuma untuk
kumur-kumur saja. Apa kabarnya kalau air kotor itu sudah menyelinap
kekerongkongan, lantas menyusup kedalam lambung dan jalan-jalan ke
usus kecil, lantas “berkenalan” keseluruh sistem organ tubuh
kita.. Hidih, apa yang terjadi...? Pasti si air
kotor tadi akan lebih akrab dengan tubuh kita, karena sudah
“berbincang”*.
Salhsatu kegiatan warga yang memanfaatkan air sungai. Sbr gbr http://lisasuroso.wordpress.com |
Ya, saking akrabnya air sungai yang kotor itu dengan organ tubuh saya, maka menginjak 6 hari tinggal disana dan rutin melakukan kebiasaan tak sehat tadi, kondisi badan saya jadi sakit-sakitan. Demam, disertai dengan diare dan muntah. Anehnya, muntah terjadi ketika saya sedang BAB/diare, jadi berbarengan. Ya muntah, ya BAB.
Ouw, saya baru
sadar,....
Itulah yang
namanya MUNTABER, singkatan dari muntah (sambil) berak.
Ulalala, selama ini saya hanya mendengar nama penyakit itu, dan
sayapun mengalaminya ketika itu, karena sanitasi dan air yang saya
konsumsi tidak layak. Ditambah pula, makanan atau minuman yang saya
konsumsi selama tinggal disana, bisa saja sudah tercemar
bakteri-ecoli, yang sering ditemukan dilingkungan yang kotor. Kalau
sudah begitu, tentu bakteri tadi akan menyerang percernaan atau
usus. Itulah yang menyebabkan kita diare. Oh..
Nah, penyakit
diare sering sekali dijumpai di kehidupan masyarakat daerah kumuh
atau pinggiran kali, yang biasanya kebanyakan ditinggali oleh warga
kalangan menengah kebawah. Saking seringnya menjumpai penyakit diare,
banyak orang beranggapan kalau diare itu merupakan penyakit yang
biasa saja, tidak perlu dikhawatirkan. Padahal, diare, bisa
menyebabkan dehidrasi, lo. Dan jika dibiarkan, dehidrasi ini akan
membahayakan nyawa si penderita. Ih, serem! Yang dianggap
sepele, ternyata bisa mematikan. Dan itu semua bersadal dari sungai
dan sanitasi yang kotor. So, dampak rentetannya panjang, Saudara...!
Aduh, kalau semua yang ada dipinggir sungai rawan sakit, apa kabar nasib warga disana kedepannya nanti....?
Aduh, kalau semua yang ada dipinggir sungai rawan sakit, apa kabar nasib warga disana kedepannya nanti....?
Pantesan, anak
kecil yang tinggal didaerah itupun, sering terkena diare dan penyakit
gatal-gatal hingga meninggalkan koreng pada kulit tubuhnya. Rupanya kebiasaa hidup mereka yang tidak sehat itulah penyebabnya.
Nah, apa yang jalani diatas, serupa dengan sisi kehidupan warga yang tinggal di beberapa daerah yang dialiri sungai laiinnya, yang pernah saya lihat. Dan ini adalah sedikit cerita dari banyaknya orang yang tak peduli dengan pentingnya menjaga lingkungan air dan air itu sendiri. Ehm,...mungkin, lebih tepatnya bukan tak peduli ya, tapi, memang mereka tak paham akan pentingnya menjaga kebersihan sungai. Padahal, dari air itulah, awal dari segala penyakit bermula. Dari muntaber, typhus, diare, penyakit kulit, paru-paru, hingga penyakit krusial lainnya, yang apabila tak ditangani dengan baik dan benar akan memperparah penyakit tersebut dan berujung pada kematian.
Cerianya anak-anak ini mandi, namun penyakit mengintai. sbr gbr http://reyborneo79.blogspot.com |
Nah, apa yang jalani diatas, serupa dengan sisi kehidupan warga yang tinggal di beberapa daerah yang dialiri sungai laiinnya, yang pernah saya lihat. Dan ini adalah sedikit cerita dari banyaknya orang yang tak peduli dengan pentingnya menjaga lingkungan air dan air itu sendiri. Ehm,...mungkin, lebih tepatnya bukan tak peduli ya, tapi, memang mereka tak paham akan pentingnya menjaga kebersihan sungai. Padahal, dari air itulah, awal dari segala penyakit bermula. Dari muntaber, typhus, diare, penyakit kulit, paru-paru, hingga penyakit krusial lainnya, yang apabila tak ditangani dengan baik dan benar akan memperparah penyakit tersebut dan berujung pada kematian.
Air: Antara Kebutuhan dan Kesehatan
Tau sendirikan, kalau sudah ngomongin penyakit, berapa rupiah yang bakal keluar..? Sakit itu mahal..! Gak ada yang maukan memelihara penyakit..? Apalagi, kalau penyakit itu berasal dari apa yang kita konsumsi atau yang kita gunakan setiap hari.
Sbg gbr disini |
Ya, air itu erat
sekali dengan kehidupan kita. Coba, dalam sehari saja kita bisa minum
bergelas-gelas air, yang bisa menghabiskan 2 liter air perhari.
Darimana air yang kita konsumsi itu...? Ya, dari air yang ada di sungai, sumur dan mata air pegunungan.
Darimana air yang kita konsumsi itu...? Ya, dari air yang ada di sungai, sumur dan mata air pegunungan.
Bagi yang tinggal diperkotaan, mayoritas warga mengandalkan air dari
perusahaan-perusahaan yang mendistribusikan air ke rumah-rumah
warga. Air tersebut ya berasal dari sungai yang kotor, namun sudah mereka olah terlebih dahulu tentu, hingga
ketika sampai dirumah warga melalui sambungan pipa, warnanya sudah jernih. Meski terkadang masih ada sedikit kotoran yang terlihat dan berwarna coklat. Tapi, paling tidak kita bisa merasakan "air jernih" karena dikelola tadi.
Apa kabarnya warga yang tinggal dipedesaan, yang mungkin belum tersentuh air ledeng/PAM, hingga tetap mengandalkan air sungai sebagai pemenuh kebutuhan konsumsi air mereka, yang kondisinya sudah bercampur dengan bekas busa cuci baju dan tinja manusia yang buang air disungai.
Apa kabarnya warga yang tinggal dipedesaan, yang mungkin belum tersentuh air ledeng/PAM, hingga tetap mengandalkan air sungai sebagai pemenuh kebutuhan konsumsi air mereka, yang kondisinya sudah bercampur dengan bekas busa cuci baju dan tinja manusia yang buang air disungai.
Nah, dampak semua
ini.... ujung-ujungnya... akan sering terdengar teriakan kurang
air bersih disana dan disini. Dibeberapa cerita dari daerah di Indonesia, ada yang bisa mendapatkan air bersih,
tapi mesti jauuuuhh ngambilnya berkilo-kilo meter. Atau, mesti beli, dan
mahal! Ya ampun, air kita berlimpah tapi kok mesti pake beli sih. Ya,
itulah resikonya kalau sungai-sungai kita kotor dan tercemar.
Tak hanya di Kabupaten Belu yang mengalami krisis air bersih, Kabupaten Kupang, Ende, Sikka, Flores Timur dan Sumba Timur NTT, juga mengalami hal serupa. Sementara di Banjarmasin, Banjar, Kapuas, Palangkaraya, Pontianak dan Balikpapan masih kesulitan untuk mendapatkan pasokan dan akses air bersih.
Ya, ketersediaan dan akses terhadap air bersih menjadi salah satu persoalan yang dihadapi pemerintah dan masyarakat di Tanah Air. Bahkan, dari delapan target yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia masih kesulitan untuk mencapai target peningkatan akses terhadap air bersih dan kualitas sanitasi.
Seperti yang dialami oleh Warga
Dusun Halimuti, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten
Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan dengan Timor Leste,
terpaksa harus mengkonsumsi air sungai yang tercemar kotoran hewan,
lantaran belum memiliki akses ke air bersih.
Kondisi ini sudah berlangsung sejak bertahun-tahun lalu, namun perhatian serius dari pemerintah setempat tak kunjung datang. Akibatnya warga hanya bisa pasrah dan terpaksa mengkonsumsi air kotor meski mengancam kesehatan.
Dengan alat seadanya, warga dusun berpenduduk 520 jiwa itu menggali lubang kecil di pinggir sungai demi mendapatkan air resapan yang cukup bersih. Namun tetap saja air yang mereka peroleh sudah tercampur dengan kotoran hewan peliharaan warga.
Kondisi ini sudah berlangsung sejak bertahun-tahun lalu, namun perhatian serius dari pemerintah setempat tak kunjung datang. Akibatnya warga hanya bisa pasrah dan terpaksa mengkonsumsi air kotor meski mengancam kesehatan.
Dengan alat seadanya, warga dusun berpenduduk 520 jiwa itu menggali lubang kecil di pinggir sungai demi mendapatkan air resapan yang cukup bersih. Namun tetap saja air yang mereka peroleh sudah tercampur dengan kotoran hewan peliharaan warga.
Warga Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, mengambil air di kali yang sudah tercemar kotoran hewan, yang dipakai untuk keperluan minum, masak dan cuci. Sbr:http://regional.kompas.com |
Tak hanya di Kabupaten Belu yang mengalami krisis air bersih, Kabupaten Kupang, Ende, Sikka, Flores Timur dan Sumba Timur NTT, juga mengalami hal serupa. Sementara di Banjarmasin, Banjar, Kapuas, Palangkaraya, Pontianak dan Balikpapan masih kesulitan untuk mendapatkan pasokan dan akses air bersih.
Ya, ketersediaan dan akses terhadap air bersih menjadi salah satu persoalan yang dihadapi pemerintah dan masyarakat di Tanah Air. Bahkan, dari delapan target yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia masih kesulitan untuk mencapai target peningkatan akses terhadap air bersih dan kualitas sanitasi.
Di
Indonesia, 119 juta rakyat belum memiliki akses terhadap air bersih.
Baru 20 persen, itu pun kebanyakan di daerah perkotaan, sedangkan 82
persen rakyat Indonesia mengkonsumsi air yang tak layak untuk
kesehatan. Menurut badan dunia yang mengatur soal air, World Water
Assessment Programme, krisis air memberi dampak yang mengenaskan:
membangkitkan epidemi penyakit, seperti kolera, hepatitis, polymearitis, typoid, disentrin trachoma,
malaria, yellow fever, dan penyakit cacingan.
Tanpa akses air minum yang bersih,
menurut organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO), 3.800 anak
meninggal tiap hari oleh penyakit. Badan kesehatan dunia (WHO)
memperkirakan 2 miliar manusia perhari terkena dampak kekurangan air
di 40 negara, dan 1,1 miliar tak mendapat air yang memadai.
Trus, kalau begitu....bisa gak
kita hemat air...? Harus bisa..! Misalnya, membilas baju gak usah terlalu
bar-bar airnya. Ketika mandi, diusahkan pake shower, bukan gayung,
dan saat gigi atau cuci tangan, jangan lupa kerannya ditutup.
Tapi, kalo tuk
kesehatan tubuh, wah, kita "gak bisa" menghemat air.
Kenapa...?
Setiap hari kita harus mengkonsumsi air minimal 8-10 gelas perhari. Karena 70% tubuh manusia terdiri dari cairan, sehingga kita harus menjaga asupan cairan dalam tubuh agar tidak terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan, yang bisa menganggu keseimbangan dan metabolisme dalam tubuh. Ada banyak lagi alasan kenapa kita "gak bisa" menghemat air tuk diminum. Air itu, bisa membuat pencernaan kita lancar. Dengan air juga, fungsi ginjal dan hati baik, sehingga dapat membuang racun-racun dalam tubuh yang dapat menyebabkan aneka penyakit. Air, juga bisa menjaga keseimbangan tubuh, jika jumlah air dalam tubuh manusia berkurang maka fungsi organ-organ tubuh juga akan ikut menurun dan lebih mudah terganggu oleh bakteri dan virus. Tuh, banyak, kan fungsinya.
Kenapa...?
Setiap hari kita harus mengkonsumsi air minimal 8-10 gelas perhari. Karena 70% tubuh manusia terdiri dari cairan, sehingga kita harus menjaga asupan cairan dalam tubuh agar tidak terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan, yang bisa menganggu keseimbangan dan metabolisme dalam tubuh. Ada banyak lagi alasan kenapa kita "gak bisa" menghemat air tuk diminum. Air itu, bisa membuat pencernaan kita lancar. Dengan air juga, fungsi ginjal dan hati baik, sehingga dapat membuang racun-racun dalam tubuh yang dapat menyebabkan aneka penyakit. Air, juga bisa menjaga keseimbangan tubuh, jika jumlah air dalam tubuh manusia berkurang maka fungsi organ-organ tubuh juga akan ikut menurun dan lebih mudah terganggu oleh bakteri dan virus. Tuh, banyak, kan fungsinya.
Dengan begitu banyaknya fungsi air dan kehidupan, maka standar
kelayakan kebutuhan air bersih adalah 49,5 liter/kapita/hari. Kalau dari data Badan dunia UNESCO, menetapkan hak dasar manusia atas
air yaitu sebesar 60 ltr/org/hari. Bahkan, untuk yang tinggal di
kota metropolitan, Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum menyebut standar kebutuhan air bisa mencapai 110-130
liter/per kapita/hari.
Ah, saya baru ngeh, ini toh kaitannya dengan dampak meledaknya jumlah penduduk maka berdampak pula pada kebutuhan air, dan air bersih, plus kebutuhan sandang, pangan dan papan juga pastinya. Ulalala, capek ya membayangkannya. Tapi, andai dari dulu ada kesadaran tuk tidak menjadikan sungai sebagai tempat buang sampah, buang hajat dan buang limbah, tentu tak akan begini ceritanya.
Coba, kita sedikit main hitung-hitungan.
Andaikan tuk orang yang tinggal di Jakarta ini saja, setiap hari membutuhkan sekitar 130 liter air per orang, dan kalau kota metropolitan ini isinya ada 9 juta orang, maka diperlukan sekitar 1,170 juta meter kubik perhari. Sedangkan, perusahaan air minum baru bisa memenuhi kebutuhan 50 persen lebih, itu pun kalau tidak ada masalah. Nah, jika didalam rumah anda ada 5 orang misalnya, kalikan saja berapa jumlah liter air yang harus dikonsumsi dan digunakan setiap hari. Ini baru itung-itungan di Jakarta saja, belum di daerah lain.
Andaikan tuk orang yang tinggal di Jakarta ini saja, setiap hari membutuhkan sekitar 130 liter air per orang, dan kalau kota metropolitan ini isinya ada 9 juta orang, maka diperlukan sekitar 1,170 juta meter kubik perhari. Sedangkan, perusahaan air minum baru bisa memenuhi kebutuhan 50 persen lebih, itu pun kalau tidak ada masalah. Nah, jika didalam rumah anda ada 5 orang misalnya, kalikan saja berapa jumlah liter air yang harus dikonsumsi dan digunakan setiap hari. Ini baru itung-itungan di Jakarta saja, belum di daerah lain.
Ah, saya baru ngeh, ini toh kaitannya dengan dampak meledaknya jumlah penduduk maka berdampak pula pada kebutuhan air, dan air bersih, plus kebutuhan sandang, pangan dan papan juga pastinya. Ulalala, capek ya membayangkannya. Tapi, andai dari dulu ada kesadaran tuk tidak menjadikan sungai sebagai tempat buang sampah, buang hajat dan buang limbah, tentu tak akan begini ceritanya.
Komplek ya kalau
ngomongin benang merahnya air dan kehidupan kita. Padahal, kalau air
dan lingkungan kita bersih dan sehat, tentulah kita juga sehat.
Kalau sudah sehat, kita bisa menghemat trilyunan rupiah, yang selama ini terbuang hanya untuk urusan berobat doang. Gak percaya
sampe trilyunan rupiah..?
Nih, Asian
Development Bank (2008) menyebutkan pencemaran air di
Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun. Biaya akibat
pencemaran air ini mencakup biaya kesehatan, biaya penyediaan air
bersih, hilangnya waktu produktif, citra buruk pariwisata, dan
tingginya angka kematian bayi. Nah... Itu angka ditahun 2008 lalu,
lo. Apa kabar angkanya ketika kita sudah hampir menginjak tahun 2015
ini...? Plus, mengingat kondisi sungai masih begitu parahnya. Padahal, sungai itu penunjang
siklus kehidupan.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Apa yang perlu dilakukan..?
Kalau alasan warga membuang sampah ke sungai itu adalah karena kurangnya tempat pembuangan sampah, berarti ini pe-er tuk pemerintah agar segera menyediakan tempat pembuangan sampah yang lebih banyak lagi, terutama tuk warga yang berada dipinggiran sungai. Oh, ya terkait ini, saja jadi ingat beberapa waktu lalu, saya main kerumah teman yang rumahnya tinggal didekat atau tepatnya didepan sungai, didaerah Sumatera. Rumahnya berhadapan dengan sungai, hanya dipisahkan oleh jalan raya. Saya kaget ketika melihat ada tulisan pada papan yang berada dipinggir sungai berbunyi "Dilarang buang sampah di Sungai. Jika melanggar akan dikenakan denda".
Saya nyegir sekaligus senang melihatnya. Bertahun-tahun saya sering main kesana, tak pernah terlihat tulisan itu. Bertahun-tahun pula saya melihat warga sekitarnya membuang sampah di sungai. Tapi, dalam dua tahun ini, tulisan itu sudah terpampang nyata. Artinya, pemerintah disana sudah mengajak warga agar tak buang sampah disungai. Dengan adanya tulisan "peringatan" itu, wargapun menaruh sampahnya dengan cara digantung/ dikaitkan pada tonggak kayu yang memang dikhususkan tuk mengaitkan kantung sampah. Tentu ini sangat menolong kebersihan sungai. Namun, sayang, aktifitas cuci , mandi dan buang hajat/BAB masih dilakukan di sungai, padahal, beberapa rumah yang ada disana sudah menyediakan sumur.
World Bank Water Sanitation Program (WSP) pada 2013 lalu menyebutkan, Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sanitasi buruk. Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melansir data bahwa 63 juta penduduk Indonesia tidak memiliki toilet dan masih buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan tanah.
Yah, memang tak mungkin sih merubah kebiasaan masyarakat secara cepat, mesti perlahan-lahan. Mudah-mudahan nanti semua penduduk diwajibkan harus mempunyai WC dan sumur sendiri, agar aktifitas MCK (manci cuci kakus) bisa dilakukan di area rumah, dengan sistem pembuangan/penyaluran limbah yang baik, bukan disungai lagi.
Begitu pula dengan oknum-oknum yang membangun gedung atau hunian yang berada didekat aliran sungai. Ini juga harusnya ditindak tegas, karena akan merusak DAS, selain akan mengurangi wilayah resapan air, yang bisa sebabkan banjir.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Apa yang perlu dilakukan..?
Kalau alasan warga membuang sampah ke sungai itu adalah karena kurangnya tempat pembuangan sampah, berarti ini pe-er tuk pemerintah agar segera menyediakan tempat pembuangan sampah yang lebih banyak lagi, terutama tuk warga yang berada dipinggiran sungai. Oh, ya terkait ini, saja jadi ingat beberapa waktu lalu, saya main kerumah teman yang rumahnya tinggal didekat atau tepatnya didepan sungai, didaerah Sumatera. Rumahnya berhadapan dengan sungai, hanya dipisahkan oleh jalan raya. Saya kaget ketika melihat ada tulisan pada papan yang berada dipinggir sungai berbunyi "Dilarang buang sampah di Sungai. Jika melanggar akan dikenakan denda".
Saya nyegir sekaligus senang melihatnya. Bertahun-tahun saya sering main kesana, tak pernah terlihat tulisan itu. Bertahun-tahun pula saya melihat warga sekitarnya membuang sampah di sungai. Tapi, dalam dua tahun ini, tulisan itu sudah terpampang nyata. Artinya, pemerintah disana sudah mengajak warga agar tak buang sampah disungai. Dengan adanya tulisan "peringatan" itu, wargapun menaruh sampahnya dengan cara digantung/ dikaitkan pada tonggak kayu yang memang dikhususkan tuk mengaitkan kantung sampah. Tentu ini sangat menolong kebersihan sungai. Namun, sayang, aktifitas cuci , mandi dan buang hajat/BAB masih dilakukan di sungai, padahal, beberapa rumah yang ada disana sudah menyediakan sumur.
World Bank Water Sanitation Program (WSP) pada 2013 lalu menyebutkan, Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sanitasi buruk. Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melansir data bahwa 63 juta penduduk Indonesia tidak memiliki toilet dan masih buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan tanah.
Yah, memang tak mungkin sih merubah kebiasaan masyarakat secara cepat, mesti perlahan-lahan. Mudah-mudahan nanti semua penduduk diwajibkan harus mempunyai WC dan sumur sendiri, agar aktifitas MCK (manci cuci kakus) bisa dilakukan di area rumah, dengan sistem pembuangan/penyaluran limbah yang baik, bukan disungai lagi.
Nah,
perbaikan sanitasi di masing-masing wilayah yang ada di
Indonesia ini, juga perlu menjadi perhatian pemerintah. Sisihkan
anggaran tuk membantu warga yang tidak mampu tuk membangun tempat MCK dan sumur yang berjarak kurang lebih 10-12 meter dari septic tank. Bila perlu, ada dana khusus yang digelontorkan
setiap bulannya ke masing-masing RT/RW agar warga bisa
menata tempat tinggal dan hidup mereka kearah yang lebih baik lagi.
Kalau mereka sudah punya sanitasi yang baik, tentu, kegiatan buang
hajat di sungaipun akan berkurang. Dan itu akan berpengaruh terhadap kualitas sungai.
Pengelolaan
sungaipun harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah, agar
semuanya berjalan dengan optimal.
Untuk impelementasi atau penyempurnaan dari semua ini, tentu perlu ketegasan dari para penegak hukum agar menjalankan disiplin penegakan sanksi yang nyata dan diberlakukan, agar pengelolaan sungai bisa berjalan dengan baik dan efektif. Untuk Jakarta, harusnya awal tahun 2014 ini sudah dimulai peraturan dari Pemprov DKI Jakarta untuk memberikan denda Rp.500.000 bagi warga yang ketahuan buang sampah disungai, atau di tempat umum. Sedangkan tuk perusahaan yang kedapatan membuang limbah di sungai, dikenakan sanksi Rp.50.000.000. Tapi, saat ini saya belum mendengar ada warga yang dikenakan sanksi tersebut, alias tidak efektif. Apa perlu dipasang CCTV ya, agar bisa melihat siapa yang sering buang sampah di sungai. Jangan hanya modal tulisan atau gertak saja. Jika ada orang yang dihukum atau terbukti kena denda jika ketahuan buang sampah atau mencemari sungai, maka ini akan memberikan efek jera terhadap warga. Sanksi tegaspun harus diterapkan.
Pun dengan penertiban dan pengawasan terhadap pabrik-pabrik yang keberadaannya ada didekat sungai. Limbah yang mereka buang seenak jidad itu sangat jahat sekali tuk kelanjutan ekosistem dan kualitas air. Parah sekali. Berkali-kali diusut, kok ya, terjadi lagi, sih. Haduh... ya, kalau hukumnya hanya main-main saja, ya warga dan oknum tertentupun juga akan tetap saja tak menghargai sungai.
Pun dengan penertiban dan pengawasan terhadap pabrik-pabrik yang keberadaannya ada didekat sungai. Limbah yang mereka buang seenak jidad itu sangat jahat sekali tuk kelanjutan ekosistem dan kualitas air. Parah sekali. Berkali-kali diusut, kok ya, terjadi lagi, sih. Haduh... ya, kalau hukumnya hanya main-main saja, ya warga dan oknum tertentupun juga akan tetap saja tak menghargai sungai.
Begitu pula dengan oknum-oknum yang membangun gedung atau hunian yang berada didekat aliran sungai. Ini juga harusnya ditindak tegas, karena akan merusak DAS, selain akan mengurangi wilayah resapan air, yang bisa sebabkan banjir.
Inilah sungai kita Sbr gbr : http://www.antaranews.com/ |
Banyaknya pemukiman atau warga yang tinggal di bantaran sungai, selain membuat sungai kotor akibat aktivitas warga, juga memperparah tata guna sungai. Untuk itu, diharapkan ada peraturan yang melarang tegas mendiami daerah aliran
sungai sejauh 1 km dan berhenti mengeluarkan
Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB) untuk seluruh bangunan yang akan
didirikan di sempadan
sungai.
Lalu, tuk diri kita sendiri, apa yang harus kita lakukan...?
Aksi bersih sungai dan tanam pohon
Kita bisa melakukan aksi bersih-bersih sungai, dengan bergabung bersama kelompok/komunitas pencinta lingkungan. Sebut saja seperti Komunitas Peduli Ciliwung, yang beberapa kali melakukan kegiatan Susur sungai, sambil memunguti sampah. Kita juga bisa ikut melakukan hal ini, sekalian ajak juga teman-teman, saudara juga tetangga tuk menggerakkan hatinya ikut membersihkan sungai.
Aksi bersih sungai dan tanam pohon
Kita bisa melakukan aksi bersih-bersih sungai, dengan bergabung bersama kelompok/komunitas pencinta lingkungan. Sebut saja seperti Komunitas Peduli Ciliwung, yang beberapa kali melakukan kegiatan Susur sungai, sambil memunguti sampah. Kita juga bisa ikut melakukan hal ini, sekalian ajak juga teman-teman, saudara juga tetangga tuk menggerakkan hatinya ikut membersihkan sungai.
Aksi bersih-bersih Ciliwung. Sbr gbr http://www.tribunnews.com/ |
Beberapa waktu
lalu, sayapun terlibat dalam acara pembersihan kali pesanggarahan di
Jakarta ini. Bersama dengan adik-adik pelajar, dan tim dari Sanggabuana, kami bergerilya “nyemplung”
kesungai Pesanggrahan tuk membersihkan sampah dan membuang bibit ikan-ikan
kecil di sungai. Bibit ikan ini sengaja dilempar kesungai, agar mereka bisa
leluasa hidup dihabitatnya, setelah sebelumnya sempat diternakkan dalam kolam. Kehadiran ikan-ikan ini juga bisa
membantu menjernihkan sungai. Selain itu, kami juga menanam pepohonan disekitar kali, agar bisa menyerap air yang berlebihan jika sungainya meluap, sekaligus tuk merimbunkan kawasan sungai.
Diacara tersebut, kami juga menghimbau warga agar tak buang sampah ke sungai dan menggalakkan gerakan pengelolaan limbah rumah tangga secara komunal. Seperti melakukan daur ulang sampah dan menggunakan kembali bekas wadah plastik kemasan tuk keperluan rumah tangga.
Ajakan menghemat airpun, terus dilakukan. Salah satunya dengan cara selalu rajin mengecek kran air yang bocor, menutup kran air saat sikat gigi dan cuci tangan, dan perbanyak lubang biopori.
Mengatasi kondisi kesulitan air bersih untuk mandi dan mencuci baju misalnya, kita bisa mensiasatinya dengan membuat sumur resapan. Pembuatan sumur resapan, bisa meningkatkan resapan air, selain agar kita tak terlalu mengandalkan sungai yang tak sehat lagi.
Sederhana kok prinsip kerjanya. Sumur resapan itu berfungsi menyimpan (untuk sementara) air hujan dalam lubang yang sengaja dibuat, selanjutnya air tampungan akan masuk ke dalam tanah sebagai air resapan (infiltrasi). Air resapan ini selanjutnya menjadi cadangan air tanah.
Banyak pihak yang bergerak..
Terkait permasalahan sungai ini, beberapa pihak sudah bergerak. Karena saya tinggal di Jakarta, saya pun tak menutup mata kalau sudah terlihat usaha dari pemerintah DKI Jakarta untuk menangani sungai ciliwung yang mengalir di ibu kota ini. Mulai dari pengelolaan air secara struktural, seperti menormalisasi sungai, sudetan, memperbaiki situ, yang diharapkan bisa meningkatkan resapan air ke tanah. Selain itu, pembenahan pintu air serta menambah armada truk sampah tuk angkut sampah yang teronggok dipintu air, juga dilakukan. Semua ini bertujuan agar bisa membuat sungai lebih baik dan mencegah banjir.
Di era kepemimpinan Gubernur Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yang merelokasi warga yang tinggal di bantaran sungai di Jakarta, lantas memberikan mereka rumah susun sebagai solusinya, merupakan langkah baik untuk menyehatkan sungai dari aktivitas warga yang kurang peduli akan kebersihan sungai.
Tak hanya gerakan dari pemerintah, beberapa perusahaan ternama yang peduli lingkunganpun, bergerak bersama untuk berjuang menyelamatkan sungai. Program AQUA Lestari misalnya, yang digagas oleh Perusahaan Danone, juga direalisasikan untuk melaksanakan berbagai inisiatif sosial dan lingkungan yang mencakup wilayah sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) secara terintegrasi dari wilayah hulu, tengah, dan hilir di lokasi AQUA Group beroperasi yang disesuaikan dengan konteks lokal.
Berbagai inisiatif tersebut berada di bawah empat pilar, yaitu: Pelestarian Air dan Lingkungan, Praktik Perusahaan Ramah Lingkungan, Pengelolaan Distribusi Produk, serta Pelibatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Diacara tersebut, kami juga menghimbau warga agar tak buang sampah ke sungai dan menggalakkan gerakan pengelolaan limbah rumah tangga secara komunal. Seperti melakukan daur ulang sampah dan menggunakan kembali bekas wadah plastik kemasan tuk keperluan rumah tangga.
Ajakan menghemat airpun, terus dilakukan. Salah satunya dengan cara selalu rajin mengecek kran air yang bocor, menutup kran air saat sikat gigi dan cuci tangan, dan perbanyak lubang biopori.
Sumur
Resapan..
Mengatasi kondisi kesulitan air bersih untuk mandi dan mencuci baju misalnya, kita bisa mensiasatinya dengan membuat sumur resapan. Pembuatan sumur resapan, bisa meningkatkan resapan air, selain agar kita tak terlalu mengandalkan sungai yang tak sehat lagi.
Sederhana kok prinsip kerjanya. Sumur resapan itu berfungsi menyimpan (untuk sementara) air hujan dalam lubang yang sengaja dibuat, selanjutnya air tampungan akan masuk ke dalam tanah sebagai air resapan (infiltrasi). Air resapan ini selanjutnya menjadi cadangan air tanah.
Banyak lo manfaat sumur
resapan ini. Berkatnya, banjir bisa dikendalikan.
Juga berguna tuk melindungi serta memperbaiki kualitas air tanah,
menekan laju
erosi dan dalam jangka waktu lama dapat memberi cadangan air tanah
yang cukup. Tapi, air dari sumur resapan ini tak bisa dipakai untuk
diminum, karena rasanya payau. Tapi, paling tidak, kita bisa memanfaatkannya tuk mandi dan cuci baju. Kehadiran sumur resapan juga bisa
meringankan ketakutan kita dari dampak pencemaran air karena sungai
yang kotor.
Sumur resapan. Sbr gbr: disini |
Banyak pihak yang bergerak..
Terkait permasalahan sungai ini, beberapa pihak sudah bergerak. Karena saya tinggal di Jakarta, saya pun tak menutup mata kalau sudah terlihat usaha dari pemerintah DKI Jakarta untuk menangani sungai ciliwung yang mengalir di ibu kota ini. Mulai dari pengelolaan air secara struktural, seperti menormalisasi sungai, sudetan, memperbaiki situ, yang diharapkan bisa meningkatkan resapan air ke tanah. Selain itu, pembenahan pintu air serta menambah armada truk sampah tuk angkut sampah yang teronggok dipintu air, juga dilakukan. Semua ini bertujuan agar bisa membuat sungai lebih baik dan mencegah banjir.
Di era kepemimpinan Gubernur Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yang merelokasi warga yang tinggal di bantaran sungai di Jakarta, lantas memberikan mereka rumah susun sebagai solusinya, merupakan langkah baik untuk menyehatkan sungai dari aktivitas warga yang kurang peduli akan kebersihan sungai.
Tak hanya gerakan dari pemerintah, beberapa perusahaan ternama yang peduli lingkunganpun, bergerak bersama untuk berjuang menyelamatkan sungai. Program AQUA Lestari misalnya, yang digagas oleh Perusahaan Danone, juga direalisasikan untuk melaksanakan berbagai inisiatif sosial dan lingkungan yang mencakup wilayah sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) secara terintegrasi dari wilayah hulu, tengah, dan hilir di lokasi AQUA Group beroperasi yang disesuaikan dengan konteks lokal.
Berbagai inisiatif tersebut berada di bawah empat pilar, yaitu: Pelestarian Air dan Lingkungan, Praktik Perusahaan Ramah Lingkungan, Pengelolaan Distribusi Produk, serta Pelibatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Pelestarian air
dan lingkungan, bagi Aqua memang merupakan upaya terhadap manajemen
sumber daya air yang berkelanjutan, baik untuk operasional bisnis
maupun sosial-lingkungan, melalui keseimbangan neraca air,
pengendalian kualitas air, dan pengelolaan sumber daya air. Upaya
tersebut dimulai dengan mengeluarkan "Kebijakan DANONE AQUA
terhadap Perlindungan Sumber Daya Air". Kebijakan ini menjadi
dasar dari program-program yang dilaksanakan, diantaranya penelitian-penelitian terkait sumber daya air, pendidikan lingkungan
hidup, rehabilitasi saluran irigasi, penanaman pohon, pembuatan sumur
resapan, biopori, dan lain-lain.
AQUA
peduli dengan kebaikan hidup masyarakat Indonesia. Program "Dari Kita untuk
Indonesia” merupakan salah satu wujud kepedulian AQUA untuk
berkontribusi terhadap peningkatan akses air bersih dan penyehatan
lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat dan kemitraan multipihak
Salahsatu yang dibidik AQUA adalah lingkungan sungai, karena AQUA peduli terhadap kesehatan warga dan penyelamatan lingkungan sekitarnya, agar masyarakat yang berada disekitarnya bisa menikmati kehidupan yang bersih dan terkendali. Apa yang dilakukan oleh perusahaan ini, tentu sejalan dengan misi pemerintah, para penggiat lingkungan dan juga masyarakat. Dan semua itu bertujuan tuk Indonesia yang lebih baik dan sehat, juga tuk mewujudkan kondisi sungai yang terawat, agar peningkatan air bersih bisa dicapai, seperti gambar dibawah ini,
Beuh, sungainya indah sekali.. Sbr gbr http://kotakitaku.blogspot.com |
Bersih, jernih, dan jadi tempat wisata dan transportasi kota yang keren nan modern. Ini adalah salah satu sungai yang ada di Osaka, Jepang. Sungainya berfungsi dengan baik, dan menjadi objek wisata.
Ingin dong kita pastinya dengan suasana dan kondisi keren pada penampakan gambar diatas. Ya, kalau mau sungai kita indah, kita harus menghargai dan menjaga sungai. Itu saja sih kuncinya... Semoga saja, ditahun-tahun mendatang, tak ada lagi cerita sungai berwarna merah, biru, hitam ataupun coklat yang mengalir di Indonesia.
Namun, memang, tak semudah mengedipkan mata dan menyunggingkan senyuman untuk membuat kondisi sungai dan lingkungan disekitarnya membaik. Kondisi yang begitu parah, akan memerlukan waktu panjang tuk membuatnya pulih, itupun tak akan bisa pulih hingga seratus persen, mengingat dampak kualitas air yang sudah tercemar berat.
AQUA memberikan cita rasa air jernih
So, jika, hal-hal diatas tadi masih belum cukup memberikan kepuasan atau belum nampak membaik, karena perlu waktu yang tak sebentar tuk memulihkannya, setidaknya, sampai saat ini kita masih punya air dari sumber yang bersih, jernih dan layak di konsumsi.
Air itu berasal dari sumber mata air pegunungan. Jauuuh, mesti kesana..? Saya gak mengajak anda tuk kesana kok, tapi kalo mau juga gak papa, hehhe.. Tapi, ini adalah air kemasan AQUA, yang berasal dari mata air pegunungan. Kita bisa kemanapun ditemani oleh air yang menyehatkan dan menyejukkan ini, tanpa harus takut terkontaminasi.
Di kantor sayapun, selalu sedia air galon Aqua, karena kami
percaya kualitasnya. Dari tiga lantai gedung kantor, semuanya menggunakan air Aqua. Setiap dua minggu sekali, mobil truk Aqua menyambangi kantor kami mengantarkan puluhan galon tuk persediaan selama 2 hingga 3 minggu. Kantor kami sudah langganan sejak lama.
Bahkan, sebagai anak kos, sayapun memilih
Aqua, jika persediaan air di kamar kos habis.
Bekas kemasan botol Aqua yang sudah habis airnya, salahsatunya saya jadikan celengan uang koin. Atau bisa juga dijadikan tempat wadah pulpen, gunting, dan barang printilan lainnya.
Selain hemat, karena gak perlu beli celengan atau wadah baru lagi, tapi itu juga bearti sudah termasuk penerapan re-use, menggunakan kembali, dan reduce, mengurangi sampah plastik kemasan, yang sulit diurai oleh alam. Dan kecenya lagi, celengan saya jadi transparan, alias kelihatan recehnya, seperti gambar yang ada disebelah kanan anda.
Air adalah Nafas Kehidupan
Dalam
Rencana Umum Pemulihan Kualitas Lingkungan Sungai Ciliwung 2010-2030, Menteri Pekerjaan
Umum Djoko Kirmanto mengatakan, diperkirakan butuh dana sekitar Rp5,7 triliun guna mendukung program
tersebut selama jangka waktu 20 tahun.
Dana yang tak sedikit itu, diproyeksikan bagi program pengendalian pencemaran air dan
pengendalian kerusakan lingkungan seperti pembangunan WC komunal,
pengelolaan sampah, fasilitas biogas, sumur resapan, rehabilitasi
lahan, dan pembangunan dam (bendungan).
Wow, begitu dahsyatnya biaya dan waktu yang harus ditunggu tuk memulihkan keadaan kualitas sungai dan lingkungan sekitarnya. Namun, tak perlu berkecil hati, sedikit apapun yang kita lakukan untuk perbaikan sungai dengan cara yang saya katakan tadi, tentu akan membantu kemajuan pemulihan kualitas sungai.
Wow, begitu dahsyatnya biaya dan waktu yang harus ditunggu tuk memulihkan keadaan kualitas sungai dan lingkungan sekitarnya. Namun, tak perlu berkecil hati, sedikit apapun yang kita lakukan untuk perbaikan sungai dengan cara yang saya katakan tadi, tentu akan membantu kemajuan pemulihan kualitas sungai.
AQUA memberikan cita rasa air jernih
So, jika, hal-hal diatas tadi masih belum cukup memberikan kepuasan atau belum nampak membaik, karena perlu waktu yang tak sebentar tuk memulihkannya, setidaknya, sampai saat ini kita masih punya air dari sumber yang bersih, jernih dan layak di konsumsi.
Air itu berasal dari sumber mata air pegunungan. Jauuuh, mesti kesana..? Saya gak mengajak anda tuk kesana kok, tapi kalo mau juga gak papa, hehhe.. Tapi, ini adalah air kemasan AQUA, yang berasal dari mata air pegunungan. Kita bisa kemanapun ditemani oleh air yang menyehatkan dan menyejukkan ini, tanpa harus takut terkontaminasi.
Galon Aqua di kantorku.. |
Aqua nongkrong dikamar. |
Bekas kemasan botol Aqua yang sudah habis airnya, salahsatunya saya jadikan celengan uang koin. Atau bisa juga dijadikan tempat wadah pulpen, gunting, dan barang printilan lainnya.
Selain hemat, karena gak perlu beli celengan atau wadah baru lagi, tapi itu juga bearti sudah termasuk penerapan re-use, menggunakan kembali, dan reduce, mengurangi sampah plastik kemasan, yang sulit diurai oleh alam. Dan kecenya lagi, celengan saya jadi transparan, alias kelihatan recehnya, seperti gambar yang ada disebelah kanan anda.
Air adalah Nafas Kehidupan
Air itu nafas kehidupan. Sungai
adalah urat nadi kehidupan. Dan kebersihan sanitasi adalah jiwanya. Jika jiwanya baik, maka nafas yang keluarpun akan sehat, dan nadipun akan berdenyut normal. Andai air tak dihargai, kepada
siapa kita akan mengemis tuk melangsungkan kehidupan ini. Kepada siapa pula kita mengadu karena kekurangan air, hingga menyebabkan tubuh tidak fit lagi..? Air dan kehidupan, tak kan pernah lepas
dari lingkungan yang ada disekitarnya.
Namun, kita tak mungin membeli air kemasan setiap hari, atau pergi jalan-jalan ke daerah pegunungan setiap pekan, demi mendapatkan air besih nan jernih. Nah, ujung-ujungnya, air yang ada disekitar lingkungan juga yang akan kita cari dan manfaatkan, bukan..? Namun sayang, air bersih sudah jarang ditemui.
So, andai sungai yang harusnya menjadi nafas kehidupan, hanya dijadikan tumbal pembuangan segala hajat dan limbah, entahlah pada siapa lagi kita akan bergantung agar bisa terus melanjutkan hidup, karena pada kenyataannya, banyak orang yang bisa menahan lapar, namun tak bisa menahan haus. Ekosistem lain seperti pertanian, hutan dan lahan basah, yang bergantung pada sungaipun, tentu akan rapuh. Ikan-ikanpun, tak akan bisa hidup kalau air sungainya keruh. Mereka juga akan "haus", sama seperti kita, manusia.
Sanggupkah kita haus dalam jangka waktu lama?
Maukah kita sakit gara-gara air kotor dan mengeluarkan uang yang tak sedikit..?
Kalau tak mau dan tak sanggup, maka, hemat dan peliharalah air, selamatkan sungai dari segala hal yang merusaknya. Karena jika sungai bersih dan sehat, Indonesia akan lebih sehat.
So, andai sungai yang harusnya menjadi nafas kehidupan, hanya dijadikan tumbal pembuangan segala hajat dan limbah, entahlah pada siapa lagi kita akan bergantung agar bisa terus melanjutkan hidup, karena pada kenyataannya, banyak orang yang bisa menahan lapar, namun tak bisa menahan haus. Ekosistem lain seperti pertanian, hutan dan lahan basah, yang bergantung pada sungaipun, tentu akan rapuh. Ikan-ikanpun, tak akan bisa hidup kalau air sungainya keruh. Mereka juga akan "haus", sama seperti kita, manusia.
Sanggupkah kita haus dalam jangka waktu lama?
Maukah kita sakit gara-gara air kotor dan mengeluarkan uang yang tak sedikit..?
Kalau tak mau dan tak sanggup, maka, hemat dan peliharalah air, selamatkan sungai dari segala hal yang merusaknya. Karena jika sungai bersih dan sehat, Indonesia akan lebih sehat.
Sumber
:
aqua(dot)com
www(dot)republika(dot)co(dot)id
nurju(dot)blogspot(dot)com
sindonews(dot)com
news(dot)detik(dot)com
alamendah(dot)org
aqua(dot)com
www(dot)republika(dot)co(dot)id
nurju(dot)blogspot(dot)com
sindonews(dot)com
news(dot)detik(dot)com
alamendah(dot)org
kompas(dot)com
atbbatam(dot)com
tempo(dot)co
atbbatam(dot)com
tempo(dot)co
acehvideo(dot)tv
nutrisiuntukbangsa(dot)org
anneahira(dot)com
anneahira(dot)com
bimbie(dot)com
kamusilmiah(dot)com
banyuwangikab(dot)go(dot)id
wahhh ini keren mbak Eka runtut dan bikin hati berdegup nambah cerita nambah wawasan tentang air...paling suka aksi penulisnya sama aernya di atas fotonya euyy hehe.... ^-^ sukses y mbak eka dtgu bagi" rejekinya hehe pizz
ReplyDeleteTengkyu Angkis..menulis tentang air, ini juga jadi sebagai pendidikan tuk kita semua. Ya tuk saya juga, yang akhirnya lebih mendalam lagi tau tentang seluk beluk kehidupan air dan manfaatnya tuk kehiduapan.
Deletewahhhh ngeri juga ya mak kalo airnya banyak sampahnya kayak gitu...wedew...
ReplyDeleteuntung ada aqua, yg peduli sama kebersihan sungai
sukses ya Mak :)
Bukan ngeri lagi mak, jijik....Tapi itulah pemandangan sehari -hari kita... Untung masih ada yang tergerak hatinya tuk membersihkan sungai...
Deletesungai yang banyak sampahnya itu menyeramkan... kebayang kalau banjir, sampahnya kemana-mana... hiyyyyy
ReplyDeleteIhiiiyyy...membayangkannya saja sudah malas ya..apalagi kalau itu terjadi di dekat rumah kita misalnya, walah..sumber penyakit akan menebar kemana-mana....
Deletedari alam kembali kealam, sebetulnya harus kembali kepada kesadaran diri kita masing masing, contohnya di kalimantan banyak pertambangan yang melupakan segi kebersihan lingkungan, limbah limbah membuat kontaminasi dan mencemari air di sekitarnya. dan untuk mandipun harus beli...kalau tidak segera di tanggulangin kemudian akan jadi apa.....
ReplyDeleteIya mas..limbah pertambangan itu juga parah sekali. Banyak sudah warga setempat dibantu dengan LSM lingkungan yang sudah berkoar -koar tuk menghentikan aktifitas pertambangan, tapi kadang pihak mereka "kalah" dan tak didengar. Entahlah kenapa dibiarkan begitu saja aktifitas yang membahayakan lingkungn dan warga itu bertahun-tahun.
Deletesaya juga bingung mbak, tetapi pernah saya mendengar, ketika seorang pengusaha batubara ingin membuka lahan baru dan mencari iji (iujp) ke dinas setempat, mereka harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk memuluskannya, nah contoh contoh seperti itulah yang membuat buah simalakama, mau menegur gimana sedangkan proses perijinanya aja tidak wajar. dan itu saya rasa tidak hanya di aktifitas itu saja. entahlah bagaiamana jika saya di posisi mereka mungkin iman saya bisa bisa goyah juga kali kalau ada uang satu karung di meja. Ya Allah mudah mudahan saja tidak, dan masih waras. dan masih diberi iman yang kuat. Aamiin.
DeleteNaaaahhh...itu Mas Yuli tau jawabannya, hehehe. Dan hal yang seperti itu atau aksi main mata antara pemerintah setempat dan perusahaan yang ingin melakukan kegiatan oprasionalnya di wilayah yang seharusnya tidak boleh, sudah menjadi rahasia umum agar memuluskan keinginan keduanya.Warga dan lingkungan sekitarpun kena imbasnya. .
DeleteInilah tantangan terberat bangsa yang sebenarnya kaya akan sumber alaminya... Tapi terkadang banyak di antara saudara kita yang egois dan merusak ekosistem penghasil air jernih itu snediri...
ReplyDeleteSalam kenal dari Pulau DOllar yang sudah tidak ada air jernihnya lagi...
Betul mas, negara kita kaya akan sumber alami, tapi dirusak oleh manusinya sendiri. Wow, ada Pulau yang namanya Dollar ya? Dimana itu..? Apa isinya duit semua...? hehehe... Salam kenal kembali Mas Iqrozen
DeleteSangat memprihatinkan sekali melihat keadaan sungai di sekitar kita yang tercemar akibat ulah manusia itu sendiri. Seolah-olah mereka tidak menyadari betapa pentingnya air bersih bagi kehidupan.
ReplyDeleteBetul Mas Lutfi...sungai di Indonesia parah sekali..karena kebiasaan buruk warga yang berakar sampai sekarang. Kalau tiba2 ngerasain kurangnya pasokan air bersih,..baru deh nyadar. Oh ya, bagaimana keadaan sungai di Yaman, tempatmu menuntut ilmu sekarang, apakah lebih baik kondisinya..?
DeleteSelama 5 tahun di Yaman, saya hanya menjumpai satu sungai, itu pun jarang ada airnya. Di tempat saya lebih banyak wadi daripada sungai.
DeleteYep. Sediiiih banget kalo lihat pencemaran lingkungan terutama sungai, yang marak banget di Indonesia. Di blog, aku juga berkisah soal sungai Sby sumber air minum warga, yang tercampuri limbah plus tinja! Hoeks banget, mak. Tengkiu buat sharingnya ya. Good luck ;-)
ReplyDeleteIya...sungai itu panjang dan luas..sumber kehidupan semua manusia...tapi sudah pada tercemar semua..kalau gak dijaga dan dipuluhin lagi walah dampaknya panjang...
Delete