Bersama
ponakan
|
Jika lagi main kerumah kakak yang punya anak kecil, biasanya saya akan menemukan dinding rumah yang dihiasi dengan
noda bekas spidol atau tanah, hasil corat-coretnya anak-anaknya. Ya, corat coret
didinding biasanya adalah pelampisan anak-anak tuk menyalurkan hasrat
keingintahuan mereka terhadap sesuatu hal.
Entah itu menggambar,
atau memang ingin mencorat-coret saja yang dianggapnya itu adalah
sebuah ruang tuk mengekplor keinginannya sambil bermain-main.
Walau, apa yang mereka “lukis” itu hanyalah sebuah gambar yang tak
jelas, yang hanya mereka sendiri dan Tuhan yang tau apa itu maksudnya, hihiih.
Kadang berupa garis-garis acak, bulatan-bulatan tak beraturan, atau
mencoba menggambar bentuk tubuh orang dengan daya khayal mereka
sendiri.
Ya, hal-hal inilah
yang sering kita temui pada dinding rumah orang yang didalamnya ada
anak-anak berumur sekitar 2 hingga 8 tahunan. Tak jarang, para orang
tua, terutama emak-emak memarahi anaknya yang suka mengotori dinding
itu, dengan ekpresi wajah yang sewot dan ngotot. Bahkan ada yang
sampai memukuli anak gegara hal ini. Namun, hal yang dilarang itu
justru akan terulang lagi, terulang lagi. Dan orang tuapun akan marah
lagi, marah lagi. Yah, namanya juga anak-anak, hehehe...
Ehm, ternyata aksi
corat-coret dinding itu, menurut Ratih Ibrahim, seorang psikolog
ternama, adalah hal yang wajar. “Anak yang berumur sekitar 5-7
tahun akan mengekplor dirinya. Salahsatunya melalui aksi corat-coret
dinding. Nah, kenapa harus dinding yang menjadi incaran anak-anak?
Karena mereka mencari media yang lebih luas. Coba kalau kita ajak
anak-anak ke lapangan yang luas, mereka pasti akan berlari-berlari
mengelilingi lapangan, karena anak-anak suka dengan sesuatu yang
luas”, ujarnya bersemangat saat acara talkhsow dengan tema :
Forgiveness is Easy, di Chipmunks Playland, Mall Kota
Casablanca.
Suasana
Talkshow Forgiveness is easy, yang menambah wawasan
|
Wah, ia juga ya, saya jadi ingat ketika masa kecil dulu, sekitar usia 3 tahunan, sering berlari-lari dihalaman sekolah tempat ibu saya mengajar, ketika saya sedang diajak beliau ikut dengannya.
Oh, ya, ada yang
pernah merasa dongkol pake banget gak, ketika ternyata lipstik mahal
favorit anda juga menjadi korban yang dijadikan alat untuk
mencorat-coret dinding oleh anak anda? Nah, ini juga adalah hal yang natural, lo.
Bahkan, menurut Ratih corat-coret
itu adalah sebuah terapi. Terapi
yang memberikan ruang tuk anak agar berkembang. Kenapa..? “Ada
fungsi cognitif yang berkembang ketika anak sedang mencorat-coret.
Justru, anak-anak tidak dapat tumbuh secara optimal jika orang tua
tak mengizinkan mereka bebas berekplorasi”, kata Ratih.
Ratih Ibrahim,beberkan positifnya aksi corat-coret |
Sayangnya,
psikolog yang berambut pendek ini, menemukam fakta, bahwa 54 persen
orang tua saat ini keberatan kalau anak- anak mereka membuat rumah
kotor. Padahal, masih menurut Ratih, wajar kalau rumah yang ada anak
kecilnya penuh coretan, justru aneh kalau rumahnya terlihat bersih
tanpa ada coretan sedikitpun. Bearti, ada “sesuatu” terhadap
anaknya yang patut dicurigai, ya, hehehe...
So, kalau ternyata
aksi corat-coret didinding adalah sebuah terapi positif bagi
anak-anak, bearti, orang tua tak perlu memarahi atau sewot ketika
dinding rumahnya kotor karena berhamburan bekas noda-ini dan noda
itu. Maafkanlah kesalahan anak. Karena memaafkan itu adalah hal yang
gampang, ketika kita tau dampak positif yang akan ditimbulkan dari
sebuah kenakalan anak. Forgiveness is easy.
Anak-anak
sedang persembahkan dance
|
Ya, melihat anak
atau keponakan yang suka mencorat-coret dinding, justru kita harus
mengarahkan anak dengan kepedulian, bukan memarahi. Dengan cara
apa..?
Nah, Ratih memberikan contoh, misalnya ia sering berkata pada anak-anaknya : “Nak, kalau mau corat-coret, diarea dinding yang sebelah sini saja, ya, tapi didinding yang bagian ruang tamu atau dinding dirumah tante sebelah, jangan.” Kitapun harus menjelaskan disertai alasannya dengan ekspresi yang tegas, supaya anak paham bahwa hal yang ditekankan itu benar-benar tidak boleh dilakukan. Karena ekpresi wajah atau sorot mata seorang ibu, akan benar-benar diperhatikan oleh anak. Ibarat spons, anak-anak gampang menyerap semua apa yang dilihat dan dirasakannya.
Nah, jangan pula menegur anak memakai ekpresi sambil bercanda/main-main, karena justru anak akan mengulanginya lagi, karena anak tau, bahwa saat itu ibunya bercanda atau tidak sedang serius.
Nah, Ratih memberikan contoh, misalnya ia sering berkata pada anak-anaknya : “Nak, kalau mau corat-coret, diarea dinding yang sebelah sini saja, ya, tapi didinding yang bagian ruang tamu atau dinding dirumah tante sebelah, jangan.” Kitapun harus menjelaskan disertai alasannya dengan ekspresi yang tegas, supaya anak paham bahwa hal yang ditekankan itu benar-benar tidak boleh dilakukan. Karena ekpresi wajah atau sorot mata seorang ibu, akan benar-benar diperhatikan oleh anak. Ibarat spons, anak-anak gampang menyerap semua apa yang dilihat dan dirasakannya.
Nah, jangan pula menegur anak memakai ekpresi sambil bercanda/main-main, karena justru anak akan mengulanginya lagi, karena anak tau, bahwa saat itu ibunya bercanda atau tidak sedang serius.
Mona Ratuliu,
seorang artis dan ibu bagi 3 orang anak, turut berbagi pengalaman
diacara tersebut. Dulu, ketika ia melihat anak-anaknya suka mencorat-coret atau mengotori dinding, wanita cantik ini mengaku kesal dan kerap memarahi anaknya,
terutama ketika ia baru mempunyai anak pertama. "Kecappun disemprotkan ke dinding, trus dijilati, karena mereka ingin tau gimana rasanya kecap kalau dicicip dari dinding", ujar Mona geram, hihihi... Memang sich, siapa yang tak geram kalau melihat dinding yang bersih, eh, tiba-tiba jadi amburadul.
Saking seringnya Mona memarahi anak-anaknya gegara aksi corat-coret ini, ia malah sempat "dibenci" oleh anaknya. “Anak pertama saya Davina, ketika dia berumur 7 tahun, pernah bilang pada saya, kalau dia gak suka punya ibu seperti saya yang sering memarahi anaknya. Setelah dia bilang begitu, saya sampe menelpon suami buat curhat, sambil nangis-nangis", ujar Mona sedih.
Namun, hal tersebut perlahan berubah setelah ia sering mengikuti seminar atau campaign tentang hal ini, pikirannyapun terbuka. Kini, ia membolehkan anak-anaknya melakukan apa saja, asal bisa dipertanggungjawabkan (dibersihkan).
Saking seringnya Mona memarahi anak-anaknya gegara aksi corat-coret ini, ia malah sempat "dibenci" oleh anaknya. “Anak pertama saya Davina, ketika dia berumur 7 tahun, pernah bilang pada saya, kalau dia gak suka punya ibu seperti saya yang sering memarahi anaknya. Setelah dia bilang begitu, saya sampe menelpon suami buat curhat, sambil nangis-nangis", ujar Mona sedih.
Namun, hal tersebut perlahan berubah setelah ia sering mengikuti seminar atau campaign tentang hal ini, pikirannyapun terbuka. Kini, ia membolehkan anak-anaknya melakukan apa saja, asal bisa dipertanggungjawabkan (dibersihkan).
Duh,
serunya mona berbagi cerita...
|
Nah, apakah anda
juga mengalami hal serupa yang dialami Mona ? Yang selalu kesal
melihat aksi-corat coret didinding dari buah hati kesayangan anda..?
Aha... Ternyata itu adalah hal yang wajar, ya sobs...Namanya juga
anak-anak, kita dulu ketika masih kecil, kan, seperti itu juga kali..
Menyimak Talkshow dengan serius
|
Untunglah,
sekarang ada solusi agar orang tua tak perlu bawel lagi kalau melihat anak-anaknya corat-coret dinding. Ya, kini ada cat dinding yang memberi kemudahan untuk membersihkan
bekas noda yang menempel pada dinding atau lapisan cat. Tujuannya, tentu untuk mendorong orang tua
agar membiarkan ruang bagi anak- anak tuk berekplorasi. Ya, Dulux Easy Clean.
Apa itu
Dulux Easy Clean?
Nah, produk yang baru saja diluncurkan pada Rabu,
19 Maret 2014, berbarengan dengan talkshow tersebut adalah
cat produk baru dari Dulux, yang mengandung tehnology formula
pelapis film khusus, yang diberi nama KidProof Technology. Dengan
tehnology ini, jika ada noda yang menempel, maka noda itu tak bisa
masuk kelapisan cat, karena ditahan oleh zat penahan cairan serta
penghilang noda. Jadi, lebih gampang dibersihkan. Noda apa
saja? Bisa bekas hasil corat coret yang menggunakan spidol atau
kapur. Bahkan, noda cair seperti saus tomat/cabai, kecap, lumpur, es
krim, bisa juga, lo. Pilihan warnanya juga bervariasi. Dari warna ngejreng, sempe warna lembut nan kalem. Ada merah muda, hijau, biru, kuning, orange, ungu dan masih banyak lagi.
Suasana
launching Delux Easy clean. Pak Mediko (baju orange) memencet tombol sirine.
|
Menurut Head of
Marketing PT. ICI Paint Indonesia, Medico Azwar, yang juga hadir
sebagai nara sumber diacara talkshow tersebut, dengan Dulux Easy
Clean, dinding rumah akan tetap cantik meski sudah beberapa kali
dibersihkan. Namun, disarankan tuk tidak membiarkan noda terlalu lama
menempel didinding, karena akan lebih sulit dibersihkan.Jangan
ditunda deh, intinya, hehee.. Cara membersihkannnya juga gampang.
Tinggal gunakan detergent dan spons/ kain halus, lantas dilap atau
digosokkan pada bagian dinding yang kotor. Simple, kan..? Cat inipun
tidak berbau menyengat, serta bebas timbal dan mercury, sehingga aman
untuk anak-anak.
Jadi, orang tua
sekarang sudah bisa menahan emosinya kalau melihat anak-anak sedang
“melukis” di dinding, karena sudah ada solusi yang ditawarkan.
Anak
cowok , lebih aktif !
|
Area yang dipenuhi
dengan lukisan-lukisan ala dongeng dan ragam permainan anak-anak
ini, dihadiri oleh Komunitas Emak-emak blogger, wartawan media cetak
dan online, serta sejumlah tamu undangan lainnya. Ketika MC
mempersilahkan para tamu mengajukan pertanyaan, hujan telunjukpun
banjir, semua berebut ingin bertanya, meski jumlah penanya dibatasi.
Salah satu perwakilan emak-emak blogger, mak Indah Nuria, ikut
sumbang pertanyaan pada acara tersebut. Dan karena pertanyaannya
dianggap menarik, maka diakhir acara, ia berhasil mendapat voucher
belanja senilai 500 ribu, bersama dengan dua orang penanya terbaik
lainnya. Asyiikk...
Mak
Indah Nuria, sedang mengajukan pertanyaan
|
Ehm ...tak lengkap rasanya kalau pada kesempatan
itu, kami tak disuguhi dengan pembuktian betapa mudahnya membersihkan noda jika dinding rumah kita memakai cat yang baru diluncurkan ini. So, ketiga nara sumber yang sudah berbagi cerita didepan puluhan tamu ini, langsung melakukan pembuktian kedahsyatan
Delux Easy Clean ini pada dinding tempat taman bermain anak.
Dan dinding yang
mereka jadikan percontohan pada tempat bermain anak-anak itu,
ternyata emang dinding yang dikhususkan untuk dijadikan tempat
pelampiasan anak-anak tuk berekplor, alias Kid Proof Wall.
Ratih
dan Mediko menyemprotkan noda cairan, seperti saus tomat dan kecap,
sementara Mona dan kedua anaknya yang ia ajak pada kesempatan
itu, mencoret dinding dengan kapur.
Ratih,
Mediko, dan Mona sedang uji bukti kemampuan Dulux Easy Clean
|
Pose
bareng usai corat-coret
|
Mona
&anak-anak ikut lap noda.
|
Hasilnya?...
Tinggal
dilap saja dengan spon basah, langsung hilang seketika.
Dindingpun kembali bersih dan kinclong, seolah tak
pernah terjadi pernodaan sebelumnya, hehehe.
Hem... saya yakin
sekarang para orang tua yang sudah mengetahui tehnology baru ini,
akan mudah memaafkan anak-anaknya...
Coz, now...Forgiveness is easy, jika kita tau manfaatnya.
Sbr Gambar :
Koleksi Pribadi
No comments
Hai,
Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..