Banyak sekali cerita yang saya dengar dari orang sekitar, dan juga dari pengalaman sendiri.
Misalnya, ada teman yang kita kenal di masa kuliah atau sekolah, yang pada saat itu ia terlihat biasa saja, tak pintar/ menonjol dikelas, tapi sekarang sudah sukses dan jadi pengusaha, misalnya. Mungkin dalam hati berkata, “Kok bisa ya? Padahal, dia dulukan waktu sekolah/ kuliah bla..bla...bla.....”
Saya pun punya teman yang sekarang sudah sukses bekerja di jajaran instansi pemerintahan di salah satu kota. Malah, sudah punya jabatan. Rumah tangganyapun mulus-mulus saja dibalut dengan kemapanan dan kemandirian. Padahal, dulu, ketika masa kuliah, ia termasuk mahasiswa yang tidak pintar. Sorry to say, ujian komprehensifpun tak lulus, (dan harus ngulang, baru kemudian lulus. Itupun nilainya C).
Awalnya, saya dan temen-teman kampus yang sampai sekarang masih aktif berhubungan, cukup terkejut ketika mendengar kabar tersebut. Sempat berseloroh, gimana bisa, ya dia jadi pemimpin? Wong, waktu kuliah saja, nilainya jelek, skripsinyapun 100 persen dibikinin sama teman kampusnya, bukan karena hasil otaknya.
Tapi, seiring berjalannya waktu, bisa saja, teman saya itu, meski kemampuan akademiknya kurang menonjol, namun ia punya kelebihan lain yang tak terlihat dimata kami. Lantas, dengan kelebihannya itulah ia berkembang ketika menjajaki masa-masa beinteraksi dengan teman sejawatnya di kantor pemerintahan, tempat ia bekerja. Sehingga berhasil mengasah kepribadian atau kemampuannya lebih baik dan matang, hingga ia dipercaya memegang jabatan. Kalau gak, gimana cerita coba, ia bisa punya jabatan dan punya anak buah yang mesti diatur..?
Ada lagi cerita dari teman kantor saya.
Dulu, ketika SMU, teman saya ini punya teman cowok satu kelas yang sangat cupu atau unyu-unyu gitu, deh. Satu tahun sekelas bersamanya, si cowok tadi terlihat kuper dan pendiam. Sampe-sampe cewekpun gak ada yang mau mendekati dia. Tapi, sekarang, si cowok cupu itu ia sudah berhasil mengambil sekolah S2 di luar negeri dan dapat pekerjaan keren pula di negara luar.... See...?
Ya, bisa jadi, temennya teman kantor saya tadi, ketika SMU, boleh saja ia pendiam dan cupu. Tapi, ketika memasuki bangku kuliah dengan pergaulan yang semakin luas, maka kepribadiannyapun ikut berkembang. Sehingga bisa menggiring dirinya tuk mendapat pekerjaan elit di luar negeri pula.
Bahkan, tak jarang, ada orang yang dulunya berprofesi sebagai Offiice Boy OB (pembantu dikantor) sekarang justru di berikan pekerjaan yang layak setara dengan staff lainnya. Bahkan, ada yang sudah punya jabatan di kantor tempat ia bekerja. Ya, ini terjadi pada teman kantor saya sendiri, (kantor sebelumnya). Di awal bekerja, ia menjadi OB, lantas, karena ketekunan dan kesabarannya, bos saya memberikan penilaian lain dengannya. Lantas diberikan tugas baru untuknya. Bahkan, baru dua tahun ia menjalankan tugasnya, ia sudah dinobatkan sebagai karyawan teladan. Eh, kini sudah punya jabatan pula. Wow.. “Guling-giling.”...Keren sekali bukan...?
Kita tak ada yang tau memang nasib orang.
Untuk itu, tak bijak rasanya kalau melihat dan menilai orang hanya pada saat ini saja, atau hanya pada saat lalu saja.
Karena semua orang itu pasti melalui tahap-tahap perkembangan yang berbeda-beda. Bagi yang merasa sudah cukup matang dan pintar ketika di masa sekolah dulu, ya tak perlu sombong. Pun, sebaliknya, yang merasa sering diejek dan dihina orang karena dianggap bodoh ketika masa seragam putih abu-abu atau putih biru, juga tak perlu merasa kecil hati dan minder. Karena, masing-masing sudah ada jalannya. Dan karena jalan itulah kita menemukan sesuatu hal yang bisa membuat kita berkembang dan lebih maju dari sebelumnya. Betul, tidak..?
Ya, boleh saja ketika sekolah dulu kita serba kekurangan, ortu yang gak mampu buat biayain sekolah, jalan menuju kesekolahpun berliku dan susah. Seperti yang sering kita lihat beritanya ditelevisi, banyak anak-anak sekolah di daerah pedalaman yang terpencil yang harus menyebrang jembatan "darurat" agar bisa sampai disekolah. Apa kita tahu nasib mereka nanti...? Siapa, tahu anak-anak itu bakal jadi pejabat, pengusaha, menteri, atau Presiden barangkali. Who knows..?
Pun, jangan menilai orang hanya saat ini saja, ini berlaku juga bagi orang-orang yang suka mengecap atau mengejek orang hanya dari penampilan atau casingnya saja.
Ada wanita muda yang terlihat memakai baju seksi super ketat nan pendek ketika belanja di swalayan, lantas dibilang cewek nakal. Apa kita tahu dan kenal dia siapa..? Apa kita tahu kenapa alasannya dia memakai baju seksi..?. Mungkin saja ia baru pulang dari suatu acara formal yang mengharuskannya memakai baju seperti itu, setelahnya, ia pergi ke swalayan terdekat dan ketemu Anda. Lantas, langsung menilai negatif itu cewek? Harga diri bukan dilihat dari sehelai kain, bung. Harga diri, juga bukan berdasarkan ucapan mulut cowok!
Tak ada orang yang sempurna memang, namun tak ada pula orang yang mau dihakimi hanya karena pada saat itu ia memakai baju seksi.
Dulu, ketika SMU, teman saya ini punya teman cowok satu kelas yang sangat cupu atau unyu-unyu gitu, deh. Satu tahun sekelas bersamanya, si cowok tadi terlihat kuper dan pendiam. Sampe-sampe cewekpun gak ada yang mau mendekati dia. Tapi, sekarang, si cowok cupu itu ia sudah berhasil mengambil sekolah S2 di luar negeri dan dapat pekerjaan keren pula di negara luar.... See...?
Ya, bisa jadi, temennya teman kantor saya tadi, ketika SMU, boleh saja ia pendiam dan cupu. Tapi, ketika memasuki bangku kuliah dengan pergaulan yang semakin luas, maka kepribadiannyapun ikut berkembang. Sehingga bisa menggiring dirinya tuk mendapat pekerjaan elit di luar negeri pula.
Bahkan, tak jarang, ada orang yang dulunya berprofesi sebagai Offiice Boy OB (pembantu dikantor) sekarang justru di berikan pekerjaan yang layak setara dengan staff lainnya. Bahkan, ada yang sudah punya jabatan di kantor tempat ia bekerja. Ya, ini terjadi pada teman kantor saya sendiri, (kantor sebelumnya). Di awal bekerja, ia menjadi OB, lantas, karena ketekunan dan kesabarannya, bos saya memberikan penilaian lain dengannya. Lantas diberikan tugas baru untuknya. Bahkan, baru dua tahun ia menjalankan tugasnya, ia sudah dinobatkan sebagai karyawan teladan. Eh, kini sudah punya jabatan pula. Wow.. “Guling-giling.”...Keren sekali bukan...?
Kita tak ada yang tau memang nasib orang.
Untuk itu, tak bijak rasanya kalau melihat dan menilai orang hanya pada saat ini saja, atau hanya pada saat lalu saja.
Karena semua orang itu pasti melalui tahap-tahap perkembangan yang berbeda-beda. Bagi yang merasa sudah cukup matang dan pintar ketika di masa sekolah dulu, ya tak perlu sombong. Pun, sebaliknya, yang merasa sering diejek dan dihina orang karena dianggap bodoh ketika masa seragam putih abu-abu atau putih biru, juga tak perlu merasa kecil hati dan minder. Karena, masing-masing sudah ada jalannya. Dan karena jalan itulah kita menemukan sesuatu hal yang bisa membuat kita berkembang dan lebih maju dari sebelumnya. Betul, tidak..?
Ya, boleh saja ketika sekolah dulu kita serba kekurangan, ortu yang gak mampu buat biayain sekolah, jalan menuju kesekolahpun berliku dan susah. Seperti yang sering kita lihat beritanya ditelevisi, banyak anak-anak sekolah di daerah pedalaman yang terpencil yang harus menyebrang jembatan "darurat" agar bisa sampai disekolah. Apa kita tahu nasib mereka nanti...? Siapa, tahu anak-anak itu bakal jadi pejabat, pengusaha, menteri, atau Presiden barangkali. Who knows..?
Pun, jangan menilai orang hanya saat ini saja, ini berlaku juga bagi orang-orang yang suka mengecap atau mengejek orang hanya dari penampilan atau casingnya saja.
Ada wanita muda yang terlihat memakai baju seksi super ketat nan pendek ketika belanja di swalayan, lantas dibilang cewek nakal. Apa kita tahu dan kenal dia siapa..? Apa kita tahu kenapa alasannya dia memakai baju seksi..?. Mungkin saja ia baru pulang dari suatu acara formal yang mengharuskannya memakai baju seperti itu, setelahnya, ia pergi ke swalayan terdekat dan ketemu Anda. Lantas, langsung menilai negatif itu cewek? Harga diri bukan dilihat dari sehelai kain, bung. Harga diri, juga bukan berdasarkan ucapan mulut cowok!
Tak ada orang yang sempurna memang, namun tak ada pula orang yang mau dihakimi hanya karena pada saat itu ia memakai baju seksi.
Jika kita baru kenal sama orang, tak pernah tahu kisah ia sebelumnya atau tak pernah menemukan bukti bahwa ia begitu dan begini, jangan main-main ah untuk menghakimi atau menghujat orang. Emangnya kita ini siapa..? Kok, berani-beraninya menilai orang hanya dari sekali waktu saja. ..?? Hellowww.. ..
Coab deh dibalik, kalau kita yang diperlakukan atau dicap seperti itu, mau gak...? Pasti mangkel , kan..?
Ya, banyak sekali cerita dalam kehidupan ini, yang jika dianggap tak selaras, maka akan berbuah ejekan, umpatan atau cacian yang berujung fitnah dan buruk sangka. Semua ini, adalah hal yang biasa menghiasi warna pergaulan masyarakat.
Hanya karena melihat cewek ABG sering keluar malam, lantas dicap cewek nakal? Atau istilah jaman sekarang sih, cabe-cabean. Yang berarti cewek yang “bisa dipake.” (Apanya yang bisa dipake? Sandalnya, ya..?).
Hei, apa kita tau, dari mana saja ia hingga akhirnya sampai di rumah larut malam? Apa kita tau alasannya kenapa ia sering pulang/keluar malam? Kalau gak tau kronologisnya, jangan main asal cap saja dong ah.!
Atau...hanya sekedar ada orang yang gagap ketika pertama kali presentase di depan umum, lantas dibilang tolol..? Hallo, apa kita tau apa saja hal yang selama ini telah ia lakukan..? Kita mungkin gak tahu, dibalik kegugupannya, ternyata orang tadi punya prestasi yang luar biasa misalnya..? Gugup, bukan bearti bodoh atau lemot. Kemampuan orang beda-beda, cuy..!
Mengapa tak melihat dari sisi lainnya juga,..?
Ah, sudahlah....
Jangan Menilai Orang Hanya Saat Itu Saja.
No comments
Hai,
Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..