Hidup
ini pernuh warna. Ada warna yang indah dan menyejukkan mata. Tapi,
ada juga yang buram, tak enak dipandang. Warna yang indah dan tak
akan terlupakan itu, adalah hal yang ingin saya bagikan disini.
Mudah-mudahan, warna-warni indah lainnya akan segara menghampiri.
Amin...
Namun, sembari menunggu rainbow yang indah itu menghampiriku, saya akan berbagi dulu warna-warni lain yang sudah saya nikmati dalam hidup ini.....
Cekidot!
1.
Menghadapi ujian “sakral” nan menentukan
Ah,
kalau mengingat masa-masa beberapa tahun silam, dimana saya gak bisa
tidur karena harus menghadapi yang namanya sidang skripsi sebagai
syarat untuk meraih gelar sarjana strata satu. Ups..buku tulis, buku
cetak, dan makalah berantakan dikamar. Semuanya dipelototin. Eh, gak
cuma diplototin aja ding, dibaca juga dong pastinya, hehehe.
Bayangkan, saudarah-saudarah.... ketika kita harus mengulang atau
mengaduk-ngaduk lagi pelajaran yang sudah lama kita makan dari
semester satu sampai jelang akhir ujian, pasti banyak yang sudah
terlupakan.
Yang bikin tensi darah naik lagi, ya kita gak tau,
pelajaran atau hal mana yang akan jadi pertanyaan ketika sudah
berhadapan dengan tiga orang dosen senior kampus. Haduh, was-was,
deg-degan dan galau tingkat kabupaten, cuy (meski dulu belum rame
istilah galau, hehehe) . Ehm, menjelang detik-detik hari H, semua
fokus saya pada bahan skripsi dan buku kuliah. Mulut komat-kamit
menghafalkan pelajaran yang dikira-kira akan jadi bahan pertanyaan.
Siang malam tak pernah lepas berdoa, berharap yang terbaik dan lancar
jaya. Cerita-cerita “menyeramkan” yang didengar dari
orang-orang yang pernah ujian komprehensifpun, membayangi setiap
saat. Pikiran negatifpun muncul: “Waduh, aku bakal lulus gak ya?”
Malu euy, kalau harus ngulang lagi ujiannya. Turun deh pasaran,
hahahha..
Sebenarnya, apa yang dijadikan bahan pertanyaan lebih condong kepada
tulisan skripsi yang kita tulis, namun tetap saja saya harus punya cadangan
ilmu-ilmu yang lain. Supaya gak bodoh-bodoh amat didepan tiga penguji
itu.
Ya, setelah deg-degan sepanjangan dirunag tunggu, melalui nama demi nama yang
dipanggil satu persatu tuk masuk kedalam ruangan special itu,
akhirnya...jeng-jeng..... tibalah waktu yang dinanti. Giliran saya yang harus duduk manis
didepan dua pria paruh baya dan satu wanita berjilbab. Cercaranpun
langsung meluncur. Sebisa mungkin saya jawab sebaik-baiknya, meski
saya juga gak tau jawabannya saya benar atau salah, hahahhaha... Yang
penting kita harus menjawab, jangan diam saja, karena akan terlihat
bodoh dimata penguji. Usahakan dijawab. Itu prinsip saya. Bersilat
lidah dikit atau ngeles-ngeles halus, sah sah saja, sih, wkwkwkwk....
#janganditiru. Syukurlah tak sampai 30 menit, saya dipersilahkan
keluar dari ruangan yang bersekat itu. Dan diantara sekat-sekat
lainnya ada juga tim penguji yang sudah bersiap dengan “korban”
lainnya juga, hihihiihi...
Namun, setelah usai melaluinya dan mendapatkan nilai yang baik, ah...., berasa habis melahirkan baby...... legaaaaaaa rasanya. Serasa kepala saya disiram pakai air dingin yang efeknya langsung menyegarkan seluruh badan. Ah,.....
Namun, proses tuk menghadapi sidang sakral itu, plus
kecemasannya, hingga berlagak sok tau dan pintar di depan penguji,
adalah moment-moment yang tak terlupakan dalam hidup saya, sampai sekarang.
2.
On air pertama kali diradio dan On Cam di lensa kamera
Ketika
on air pertama kali diradio, alamaaaaak, gemetaran sekaliii......
Padahal, ini adalah hal yang paling saya tunggu. Bercuap-cuap diudara! Suara
indah saya didengar banyak orang. Bisa interaksi dengan orang-orang
diseberang sana, dan sebagainya. Yess! Namun, ketika hal itu benar-benar
terjadi, saya justru kagok, ngeblenxs tingkat kelurahan dan kaku
menghadapi tik tok lawan duet. Padahal, ketika itu, karena saya penyiar baru, jadi
ditandemkan dulu sama penyiar senior. Tapi, meski siarannya berdua, ketegangan, menemani saya sepanjang siaran perdana dihari itu.
Alamak, deg-degannya gak nahan cuy. Padahal, gak ada yang ngeliat,
lo. Cuma ada 3 orang dalam studio. Cuma, secara psikologis, saya
membayangkan kalau suara saya didengar oleh ratusan bahkan ribuan
orang. Jadi, itu yang membuat saya tegang sepanjangan. Dan ketegangan
itu masih bisa saya rasakan hingga saat ini, dan tak terlupa......
Siap-siap ya, mau on air nih, hehe |
Ehm,.......menjadi
penyiar radio, adalah cita-cita saya sejak SMU. Saya sering ngoceh
sendiri didepan cermin, layaknya sedang bersiaran diudara. Senang
rasanya mendengar suara "cerewet" penyiar-penyiar yang mengudara di beberapa stasiun radio berkomat-kamit di udara.
Ih, seru ya.
Keinginan saya terkabul. Pasca menamatkan pendidikan S1, saya bekerja di stasiun radio swasta. Sebenarnya, ngelamarnya sih jadi bagian administrasinya gitu, tapi akhirnya dipakai juga tuk jadi penyiar karena diradio ditempat saya bekerja kurang tenaga penyiar. Begitulah awal kisahnya, hehehe....
Keinginan saya terkabul. Pasca menamatkan pendidikan S1, saya bekerja di stasiun radio swasta. Sebenarnya, ngelamarnya sih jadi bagian administrasinya gitu, tapi akhirnya dipakai juga tuk jadi penyiar karena diradio ditempat saya bekerja kurang tenaga penyiar. Begitulah awal kisahnya, hehehe....
Nah, kegrogian ketika on air pertama kali di udara, terjadi juga pada saat mesti ngomong/ laporan dilensa kamera
tuk pertama kali. Yang kelak on cam saya itu, akan ditayangkan di
televisi. Alamak, ini juga bikin saya tegang dan salah tingkah.
Ngomongnya jadi blepotan didepan kamera. Padahal, skripnya sudah
dihafalin. Tapi,..... karena saya kagok, akhirnya harus dilakukan
pengambilan gambar berkali-kali oleh kameramennya, supaya lebih oke. Hiihihi... emang
ya, kalau baru pertama kali itu, semuanya pasti selalu kagok dan tak
sempurna. Hal inipun masih terekam dalam ingatan saya.
3.
Pertama kali bertemu dengan Surya Saputra.
Saya dan Surya saputra..Aih mak... |
Gak nyangka banget bisa
ketemu sama laki-laki gagah ini. Bertemu dan janjian dirumahnya
lagi..
Duh, ketika ia keluar dari kamar pribadinya, saat saya dan dua
orang teman, telah duduk di sofa yang ada didalam rumah mungilnya.
Ow...saya kaget, melihatnya.
Sesosok tubuh yang besar dan tinggi, langsung menyapa kami dengan ucapan “Assalamualaikum. " Lah, harusnya kami ya yang bilang duluan ke dia begitu, hihihi. Tapi, itulah salah bentuk bentuk keramahan dan penghormatannya kepada tamu. Kepada kami.
Seusai mengucapkan salam dari balik pintu kamarnya, ia langsung berjalan menghampiri kami. Semakin dekat terlihat, ah, wajahnya segar dan bersih, namun matanya terlihat seperti baru bangun tidur. Bisa jadi, ia baru saja membersihkan tubuhnya di kamar mandi, berbenah dikit, lantas menemui kami. Ah, terima kasih mas Surya, kami disambut dengan bersih dan baik. Hehehe....
Ow...saya kaget, melihatnya.
Sesosok tubuh yang besar dan tinggi, langsung menyapa kami dengan ucapan “Assalamualaikum. " Lah, harusnya kami ya yang bilang duluan ke dia begitu, hihihi. Tapi, itulah salah bentuk bentuk keramahan dan penghormatannya kepada tamu. Kepada kami.
Seusai mengucapkan salam dari balik pintu kamarnya, ia langsung berjalan menghampiri kami. Semakin dekat terlihat, ah, wajahnya segar dan bersih, namun matanya terlihat seperti baru bangun tidur. Bisa jadi, ia baru saja membersihkan tubuhnya di kamar mandi, berbenah dikit, lantas menemui kami. Ah, terima kasih mas Surya, kami disambut dengan bersih dan baik. Hehehe....
Asal
tau saja, sepanjang perjalanan saya menuju rumahnya, jantung saya
tak pernah berhenti berdetak kencang. Teman yang duduk disebelah saya
dalam mobil kantor yang membawa kami menuju kerumah sang artis, tak
tau tentang perasaan saya itu. Dia juga gak tau kalau saya ngefans
sama Surya Saputra. Maka, ketika dia mengajak saya untuk menemaninya
ke rumah aktor yang sudah membintangi beberapa film ini, untuk
keperluan wawancara, tentu tak mungkin saya tolak. Ya, singkat
cerita, bertemulah saya dan idola saya hari itu. Oh, God, laki-laki
yang selama ini cuma bisa saya lihat di layar TV dengan badanya yang
gagah, idaman setiap wanita itu, kini hadir dihadapan saya. Rasanya
saya mau jumpalitan. Tapi, tak mungkinlah yauw...hihihi...
Ramah,
lo orangnya, gak jaim. Ngobrol sama saya dan dua teman yang
mengajak saya, gayanya biasa saja, kok.. Tak ada gap atau ngerasa
ekslusif, seperti banyak dilakukan oleh artis lainnya. Menyenangkan
sekali hari itu. Dan, ketika waktunya saya harus pulang dari rumah
doi, dua orang teman sayapun, masih tak tau tentang adrenalin yang
memicu darah saya ketika berada di dalam rumah artis sinetron itu. Mereka tak tau, betapa sumringahnya hati saya ketika mata indah saya dan dia saling bertemu, betapa riangnya jiwa ini ketika duduk berdekatan dengan sang idola. Dan mereka tidak tau kalau saya...............
Ah.......Saya
memang tak memberitahukan hal ini kepada mereka. Biarlah kenangan
ini saya simpan dalam hati saja. Dan hari ini, tuk pertama kalinya
saya publish mengenai letupan-letupan kecil hati saya ketika itu, di
dalam laman hijau ini.
Ehm.... setahun setelah itu, akhirnya saya ada kesempatan tuk ngobrol bersamanya via
telepon, juga untuk urusan janjian wawancara (nah, kali ini giliran
saya yang wawancara doi, horeeehh..), pembicaraanpun mengalir, layaknya seperti
teman. Lagi, tak ada sisi sok ngartis yang ia tonjolkan, haduh.....gue
tambah suka sama nih cowok. Pun, semakin tambah tak bisa melupakan moment
permoment ketika bertemu dan berbincang dengan suaminya Dewi Sandra ....eeh..udah
gak lagi ya...maksudnya... Chintia Lamusu ini, hehehe....
4.
Nonton konser tuk pertama kali...
Belum
pernah nonton yang namanya konser artis didalam gedung tertutup dan
berbayar, eh, sekalinya nonton, langsung melihat penampilan boy band
luar negeri, Backstreet Boys, sekitar 7 tahun lalu. Gratisan pula.
Maklum, sebagai reporter, saya dapat jatah ID khusus agar bisa masuk
gratis tuk menikmati konser itu, sekalian liputan.
Backstreetboys |
Nonton
konser boyband adalah untuk pertama kalinya saya cicipi. Suasananya rameeeh, teriak-teriak dan loncat-loncat
kayak ABG. Suara saya sampe habis, gara-gara rebutan teriak dengan
sesama penonton lainnya.
Ehm, sebenarnya, saya teriak-teriak ketika
nonton konser itu, bukan karena histeris melihat wajah-wajah bulenya empat cowok (dulu berlima) yang populer ditahun 90-an ini. Tapi, teriakan tiu adalah pelampiasan atas beban hidup. Ya, mau jejeritan dipantai, kejauhan, jadi ya mumpung
ada kesempatan tuk menjerit tanpa harus dilihat orang karena
dianggap aneh, ya pada saat nonton konser itulah. Teman-teman
samping kanan kiri saya, mengira saya teriak karena histeris
melihat penampilan si om Boy band, padahal...... saya begitu karena
pengen melampiaskan kekesalan yang saya pendam selama ini,
hahahaha........
Dan
pasca itu, sampai saat ini saya tak pernah nonton konser lagi. Bukan
gak mau, tapi karena gak kebagian jadwal meliput acara konser lagi
dari kantor, (harus giliran sama teman-teman yang lain) dan juga gak
ada duit beli tiketnya yang super mehong itu. Kalau gratisan mah,
saya oke-oke saja,. Hahahhaa....
Menanti pesawat datang |
Serasa
jantung saya mau ikutan terbang juga, ketika kecepatan mesin pesawat
yang akan take off dari landasan pacu, begitu kencangnya. Adrenalinpun
berpacu kencang. Serasa mau jatuh.
Pas, pesawatnya udah separuh
naik, ngeliat kebawah takut......takut jatuh. Namun, rasa itu pudar,
ketika si burung terbang yang akan membawa saya ke Jakarta kala itu,
sudah berada diketinggian normal, jadi saya bisa melihat pemandangan
indah dari atas. Mengamati mobil-mobil yang berseliweran dijalan
layaknya semut beriring. Dan bisa melihat hamparan sawah terbentang.
Sungguh indah. Eh, bisa melihat sungai yang berliuk-liuk pula,
mirip badan ular yang sedang berjalan diam-diam mencari
mangsa, hehehhe.... Ah, sungguh pengalaman pertama yang tak
terlupakan.
Bisa
duduk dibangku pesawat, dan terbang kesuatu tempat bersama burung
besi itu, adalah salah satu impian saya yang kesampaian. Setelah,
selama ini sejak jaman SMU dan kuliah, saya hanya berharap dalam
hati, ketika melihat angkutan udara itu melintas diatas atap rumah
saya. “Kapan ya saya bisa naik pesawat?”, begitulah
kira-kira kata hati saya berkata kala itu. Alhamdullilah, kini tak
terhitung lagi berapa kali saya bolak balik naik pesawat, baik untuk
urusan kantor atau untuk keperluan lain. Thanks God. Semoga,
keinginan saya yang lainpun, akan tercapai.
Ya,
andaikan lima impian lain lagi tercapai, mungkin itu adalah rainbow hidup
yang juga tak pernah saya lupakan. Dan, InsyaAlloh,
jika saya berhasil menggapainya, saya akan membagikan sensasi rasa itu di laman hijau ini. Amiiinn...
Casinos in the UK - How to find good games - GrizzGo
ReplyDeleteSo, what gri-go.com do we mean by “casinos in the UK”? 메이피로출장마사지 to find a casino and live casino games https://sol.edu.kg/ on a mobile phone device in https://septcasino.com/review/merit-casino/ 2021.