Banyak orang tak
mau dianggap sebagai cadangan dalam suatu kesempatan atau tawaran.
Bahkan, tak sedikit meremehkan peran cadangan, baik untuk status atau
sesuatu barang yang harus kita punyai cadangannya. Sebagian besar
orang menganggap cadangan itu adalah nomor dua atau tak terlalu
diutamakan. Mungkin anggapan itu betul. Tapi, andaikan yang dianggap
sebagai si "pemeran utama" itu tak ada atau hilang, si
cadanganlah yang akan menambal yang raib itu.
Contoh sebuah kisah,
Beberapa
waktu lalu, seorang gadis cantik, bernama Ria, sejak pagi sudah mempersiapkan diri dari rumah untuk hadir di
suatu acara resmi. Bangun lebih cepat dari biasanya karena acara yang dihadiripun
juga sangat
pagi. Dandan cantik, baju licin
dengan makeup
tebal.
Ia sudah siap ngemci hari itu. Sesuai dengan permintaan temannya yang
menjadi panitia acara, agar ia bersedia menjadi MC. Tapi,
hanya
berstatus MC cadangan. Karena
MC utamanya, yang ketika mendekati hari H, mengaku tak enak badan,
namun tak membatalkan kesediaannya tuk menjadi MC. Nah, karena
panitia tak mau ambil resiko, maka dicarilah seorang MC lain, buat
jaga-jaga kalau MC yang ngaku gak enak badan itu, tak hadir.
So,
bisa
ditebakkan
nasib gadis ini?
Iya, kalau MC utamanya gak dateng, bisa tersenyum lebar tuh gadis yang berstatus MC cadangan. Tapi, kalau 'saingannya' datang...
yo wes, harus terima konsekwensi tuk jadi penonton saja diacara
tersebut, berbaur dengan undangan yang lain. Begitulah nasib si
cadangan.
Tapi, ria beruntung hari itu. Si
MC utama tak menampakkan batang hidungnya jua. Hingga dimenit-menit
terakhir, akhirnya MC yang ditunggu itu
mengabarkan sedang terjebak kemacetan parah, hingga tak bisa datang
tepat waktu seperti permintaan panitia. Sementara acara yang sudah
dipadati oleh tamu itupun, juga tak bisa menunggu lama untuk segera
dimulai. Akhirnya, wanita yang berstatus MC cadangan itulah,
yang akhirnya "menyelamatkan"acara sampai selesai.
Nah,
coba
kita sama-sama buka mata ....
Betapa luar
biasanya peran si cadangan ini. Iya kan? Ia menambal sesuatu yang
bolong, sesuatu yang "tidak sempurna", hingga acara
tersebut berjalan lancar... Tanpa orang-orang yang hadir disana tahu,
bahwa ia hanyalah MC cadangan yang hampir saja ia berstatus sama
seperti para undangan lainnya, "Tamu"!
Ternyata,
yang namanya cadangan itu penting, lo. Walau orang menganggap
cadangan itu adalah nomor dua. Tapi, meski dinomorduakan,
si nomer satu tak akan sempurna ketika ia tak bisa melakukan
kewajibannya secara sempurna kalau tak ditutupi oleh si nomor dua.
Ada kisah lain
lagi, yang baru-baru ini terjadi disekitar saya.
Teman
satu kost saya, Nari, mahasiswa semester
akhir disalah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Sekarang dia
lagi puyeng mikirin skripsinya yang hampir rampung.
Dan ketika skripsi itu hampir jadi...eh..
dia dapat musibah.
Data
bab 4 pada skripsinya yang ia simpan di notebook, yang belum sempat
ia pindahkan di
flash
disc atau tempat lain, raib. Duh! Kebayangkan betapa kesalnya dia.
Tapi mau nyalahin siapa coba?? Usut punya usut, kata salah seorang
temannya yang lumayan jago IT, bilang ke dia, kalau orang
yang
menginstall notebooknya tempo hari itu, gak sempurna
penginstalannnya, jadi itu yang membuat datanya 'kacau' dan
menghilang.
Akhirnya, temanku
yang sedang mengejar target "cepat wisuda" ini, harus
mengerjakan dari awal lagi tulisan bab 4 nya. Sejumlah kata dan
kalimat sudah pasti ia rangkai kembali, yang tentu tak sama dengan
kalimat-kalimat yang ia rangkai pada tulisan yang terdahulu. Bahkan,
hasil wawancara dengan nara sumber yang berkaitan dengan
skripsinyapun, ia tulis lagi dan mesti dijahit dengan rapi.
Nari,beruntung simpan kertas oret2an. |
Disinilah
pentingnya menyimpan data cadangan. Andaikan naskah skripsi teman
saya yang nyambi jadi guru TK ini, disimpan juga di Flash disc atau
tempat lain, mungkin dia gak akan keliyengan kayak gini, kan?
Kini, ia harus
berjibaku lagi menulis ulang tulisan yang telah raib itu. Kusut
wajahnya. Capek, sudah pasti. Sampai ia jadi sensi karena memporsir
tenaganya untuk menggenjot itu tulisan, karena deadline yang
semakin mendekat.
Ehh...Baru
sehari saya dengar kabar "duka cita" dari Nari yang hilang
data bab 4 nya. upss..teman kos saya yang lain, Wida, yang juga
berstatus mahasiswa, juga ngadu kalau data di flash disc-nya hilang
semua. OMG! Sama seperti Nari, ia juga tak mempunyai simpanan
cadangan data dilaptop atau di perangkat elektronik lainnya. Jadi,
ketika itu flash disc bermasalah, ya, "habislah".
Data
itu memang bukan skripsi sih, tapi itu adalah data bahan kuliah dan
proposalnya yang ia buat semenjak semester 1 sampai sekarang ia
sudah menginjak semester 7. Gara gara, ia sering membuka flash
disc-nya di warnet. Nah, malam itu, benda kecil tapi berharga itu,
sering dicopot, dimasukin lagi, trus dicopot lagi dan dicolokin lagi.
Karena terlalu keseringan melakukan aktifitas copot-coblos tadi, maka
raib lah itu data. Nangis bombay kan?? "Waduh,
aku kayak bukan orang kuliahan deh kalau gak punya data itu",
begitu gerutu Wida yang kuliah dijurusan Seni tari, di salah satu
Universitas Negeri Jakarta ini.
Mungkin, cerita
dua teman saya yang mengalami kisah "sial' itu, memberikan kita
pelajaran, bahwa pentingnya mempunyai data atau benda cadangan, yang
harus kita taruh juga ditempat lain.
Untunglah,
saya termasuk orang yang tak malas untuk membuat data cadangan.
Sayapun menyarankan dua teman saya ini, agar dilain
waktu
jangan ragu untuk selalu menyimpan data diberbagai tempat. Apalagi
itu data penting ya, seperti CV, dokumen atau laporan-laporan penting
lainnya.
Kalau saya,
biasanya "tulisan" yang saya anggap penting, selain
disimpan di Flash Disc, saya juga menyimpannya di kompi kantor, CD,
email, atau inbox FB. Supaya lebih aman. Gak masalah kita punya
simpanan cadangan yang banyak. Agar, ketika satu data terhapus atau
hilang, kita masih bisa senyum manis, karena masih ada cadagannya.
Siap menyimpan salah satu file penting di kompi |
Walaupun jaman
saya kuliah dulu, ketika masanya membuat skripsi, belum menjamur tuh
yang namanya laptop/notebook, atau flash disc yang sekarang harganya
sudah murah, bahkan jejaring sosialpun dulu masih langka. Email? ah,
awal tahun 2000-an belum familiar saya, hehehe.
Meski begitu, saya
tetap menyimpannya di dua tempat. Di komputer dan di disket/diskette,
tempat penyimpanan data tahun 90 hingga 2000-an awal, plus kertas
orek-orekan hasil sambung-menyambung kalimat sebelum diketik
dikomputerpun, saya simpan buat jaga-jaga. Nah, kalau sekarang mah,
dengan semakin modern dan lengkapnya tempat penyimpanan data, tentu
tak ada alasan untuk malas menyimpan data diberbagai tempat.
Disket, salah satu tempat penyimpana data, tahun 90-an. Sbr foto;disini |
Pun,
dengan dokumentasi foto misalnya. Berhubung saya doyan sama yang
namanya jeprat jepret ini, maka dokumen fotopun, saya simpan
dibeberapa tempat, sama halnya seperti saya menyimpan data penting.
Bahkan, meng-upload foto di jejaring sosial, sebenarnya tak semata
untuk pamer kepada friend list, lo, tapi juga ada manfaat lainnya.
Paling tidak, kalau foto kita yang tersimpan ditempat lain
bermasalah, kita masih punya simpanan
lainnya.
Apalagi kalau itu
adalah foto kenangan penuh makna. Seperti pernikahan, ulang tahun,
kelahiran anak, sampai moment reuni. Coba bayangkan, kalau
dokumentasi tadi semuanya hilang, dan kita gak punya simpanan foto
tersebut ditempat lain? Wah, gimana cara kita tuk mengulangi lagi
peristiwa penting itu? Gak bisa lagi kan? Uh, bisa Nangis sampai
guling-guling deh.....
Banyak kisah
lainnya seputar "status cadangan" ini.
Misal,
seringkali kita melihat tulisan
"cadangan"
atau 'reserve' yang ditempel pada jejeran kursi tamu pada acara
resmi macam seminar, atau peresmian acara
tertentu.
Tulisan
itu dimaksudkan,
kalau
ternyata banyak tamu yang hadir dan tak kebagian tempat duduk, maka
kursi
berstempel cadangan itu
akan dimajukan untuk diduduki. Bahkan, makanan cadanganpun biasanya
disediakan, lo di acara hajatan atau pernikahan. Jaga-jaga kalau tamu
membludak tak terbendung. Walau biasanya kalau makanan cadangan,
tampilannya tak secantik makanan utama. Tapi paling tidak, ia telah
berperan tuk "menambal" meja makan agar tak kosong, untuk
menemani para tamu yang hadir belakangan.
Ada juga seseorang
atau perusahaan yang dalam perencanaannya terkesan serius, dengan
membuat istilah Plan A-Plan B. Yang maksudnya, kalau rencana A tak
berjalan sesuai harapan, maka rencana B, sebagai cadangan itulah lah
yang akan ditindaklanjuti.
Nah, kalau saya
yang kebetulan bekerja di media, juga seringkali mencari
narasumber cadangan untuk tema atau bahasan tertentu. Buat jaga-jaga
kalau nara sumber utama tak bisa dihubungi atau ditemui pada waktu
yang telah ditentukan, deadline gitu istilah kerennya, hehehe.. So,
sebenarnya fungsi cadangan itu penting. Walaupun kesannya si orang
cadangan tersebut seperti dinomorduakan ya, meski kita tak bermaksud
begitu.
PERNAH
JADI CADANGAN ??
Atau anda sendiri
mungkin pernah berstatus cadangan? Misalnya, ketika mengikuti
pertukaran pelajar atau mahasiwa dulu, nama anda tercantum sebagai
perserta yang berhasil lolos untuk ikut kegiatan tersebut, tapi
sayangnya nama anda hanya tercantum sebagai nama cadangan, seperti
yang dialami teman saya.
Tentu...si empunya
"nama cadangan" harus berlegowo tuk menerimanya. Karena
biasanya, kalau nama sudah didudukan dikursi cadangan, pasti yang
diutamakan adalah peserta utama. Namun, kalau salah satu dari peserta
utama tadi ada yang berhalangan berangkat atau ikut, barulah nama
cadangan dilirik, sebagai pengganti peseta yang tak bisa ikut, agar
kuota tetap terpenuhi.
So, lain kali
berbesar hati saja ya kalau kita ditunjuk sebagai "orang
cadangan". Narsum cadangan, peserta cadangan, penumpang cadangan
atau calon pemenang (kuis) cadangan, bahkan.
Asal...
Jangan sampai
bersedia dijadikan pacar cadangan apalagi istri cadangan.......!!!
ISTRI
CADANGAN?
NO!
No comments
Hai,
Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..