Es, No! Sayur Plus Ikan, Yes!





Beruntuung banget, ketika kecil saya tak dimanjakan ibu dengan minum es atau dibelikan es. Baik itu es bungkus, es campur atau jenis es-es lainnya.

Ternyata, setelah saya perhatikan ibu memang jarang mengkonsumsi es. Jadi, tak mengangetkan kalau saya tak maniak dengan air yang dingin ini. 

Ehm, rupanya dibalik "ogahnya" ibu untuk membelikan saya air es, ada hikmahnya, lo.

Ya, usut punya usut ternyata saya menderita radang tenggorokan, kata dokter yang memeriksa saya. Ouw, pantesan kalau saya minum es, tenggorokan langsung terasa panas. Dan kalau saya masih bandel dengan cuek saja melanjutkan mengkonsumsi minuman dingin itu, maka, gak usah nunggu keesokan harinya, tapi malam itu juga badan saya akan demam, lesu, dan sakit kalau menelan. Komplit sekali bukan..?

Ketika ibu saya mengetahui hal ini, ia langsung mewanti-wanti saya agar jangan pernah mencicipi minuman nikmat itu lagi, oh… Malah, beliau pake ngancam lo, hehehe.."Awas ya kalau ibu lihat kamu minum es lagi!!“  Sambil mata melotot, hahaha..

Sejak kena ancaman itu, saya memang jadi kapok minum es. Pernah sih diam-diam beli es bungkus yang berwarna-warni,(merah, kuning,hijau kayak pelangi gitu deh, hihihi) karena kepengen. Yah, namanya juga anak kecil, masih kelas 4 SD kala itu. Eh, lagi asyik-asyiknya ngemut itu es disekitar komplek rumah, gak sengaja ketemu ibu dijalan, sontak, langsung saya lempar itu es yang ada digenggaman saya. Dan sambil berjalan berlagak pilon. Seolah gak terjadi apa-apa, hehehe...

Hidiiw, saya takut sama amarah beliau. Jadi, mending ngambil jalan aman aja deh, hahaha....

Sampai sekarang hal itu masih berlaku bagi saya. Gak boleh minum es.!! Hindari beli es. Jangan nekaaaaad...!!!!  Apapun jenisnya. Mau itu es krim, es campur, es kelapa muda atau es-es lainnya. SAYA ALERGI ES. Saya alergi meneguk minuman yang nikmat dan menyejukkan itu...oh... Jadi, emang harga mati gak bisa bermesraan  dengan sesuatu yang dingin-dingin. Ah…
 
Namun, kalau lagi kepengen, ya saya cicipi juga. Tapi, hanya sedikit saja. Misalnya, ngiler ngeliat teman memesan es kopi, dengan tetesan embun dingin yang meleleh digelasnya....#horny.  Ya, terpaksa... saya cicipilah seteguk dua teguk pakai sedotan plastik, hehehe. Atau, jika saya memesan jus, maka saya akan wanti-wanti kepada si abang tukang buat jusnya, agar bongkahan batu es nya, sedikiiittt saja di cemplungin kedalam adonan jus  saya. Kalau gak…wah…sama aja saya menyedot es secara totally. Walaupun itu adalah jus. Intinya, asal ada rasa dingin aja, udah deh, bagi saya itu cukup. Tapi, jangan dingiiiin sekali....Bisa kalang kabut saya. Karena sudah paham sekali dengen efek sampingnya. 

Dan kini..you know what..? Efek dari minum es berlebihan, ternyata sudah merambah ke penyakit lain lagi. Kalau, dulu, efeknya cuma bikin badan lesu/gak bergairah, tenggorokan panas dan sakit kalau menelan, kini......nambah satu efek lagi..Apakah itu..? Batuk...yup, saya akan teruhuk-uhuk  berhari-hari jika  minuman tersebut telah bereaksi dalam tubuh saya. Duh, bertambahlah penderitaan.... haduuuhh....
Tapi, ada hikmahnya juga sih saya gak boleh bar-bar dengan es. Terutama sama bongkahan batu es, karena sejumlah efek negarifnya. Apalagi  kalau kita belinya diluaran, yang belum terjamin kebersihannya. Seperti yang kita tau, kalau kita beli minuman yang dicampur dengan es batu, tentu kita gak tau kan kualitas bongkahan batu transparan itu. 



Apakah proses pembuatannya menggunakan  pakai air masak atau tidak. Trus pake air sungai atau sumur, atau air....??? iih...Kalau itu terjadi, dan air tersebut masuk kedalam tubuh kita, yah...tau dong dampaknya pada kesehatan kalau air yang kita teguk gak steril dan mengandung bakteri. 

Belum lagi, kalau airnya diberi kaporit (pemutih) misalnya, iihh...kalau terminum, tentu itu akan berpengaruh terhadap kesehatan kita. Bahkan, suara, tenggorakan dan paru-paru kitapun akan terkena dampaknya. Gak mau kan, gara-gara nikmat sesaat, tapi sakit belakangan, hehehe.. 

Ah, untunglah ibu saya lebih senang menyediakan air putih biasa hasil masakan sendiri untuk diminum setelah selesai menyantap makanan apapun. Selain baik untuk tubuh, kita juga tau kebersihan air yang dikonsumsi. 

Sampai sekarangpun, saya “tak terlalu peduli” dan tak bersahabat dengan es. Karena dari kecil sudah dibiasakan seperti itu, ya jadi gak terlalu mencari-cari air yang digilai banyak orang itu. Pokoknya, setelah makan, saya selalu hajar tenggorokan dengan air putih biasa. No, ice ! Meski teman-teman disekitar saya, biasanya kalau usai makan siang, es lah yang akan diincar. Namun, karena minum air putih biasa adalah lebih baik dan sehat, so..saya menomorsatukannya sampai saat ini. 


Sayur, adalah Wajib!


Meski harus mengatakan “TIDAK” pada air es, namun kami harus mengatakan: “YA”, pada sayur. 

Ssayur adalah makanan favorit keluarga saya hingga kini. Kalau ditanya sayur apa sih yang tak saya suka? Jawabannya: Tidak ada!

Semua sayur-mayur yang berlimpah di Nusantara ini, saya doyan! Mau sayur daun kek, sayur buah seperti tomat, terong atau wortel, sampai lalapan, saya suka! Yup, saya dan keluarga sudah terbiasa mengkonsumsi ragam sayuran sejak masih kecil.

Di meja makan, Ibu saya selalu menghidangkan sayur-mayur ketika tiba waktu makan. WAJIB! Tanpa sayur, rasanya gimana gitu ya. Seperti ada yang kurang dan kering, lho. Kalau sudah terbiasa makan sayur setiap hari, kok rasanya gak maknyus tanpa mengunyah-nguyah dedaunan yang nikmat itu. Lebih baik tak makan mewah, tak ada daging, tak ada ayam daripada tak ada sayur. Bagi kami, hanya makan tumis kangkung plus sambal itu sudah membuat kami lahap.

Saya bersyukur sekali mencintai yang namanya sayuran. Itu artinya tubuh saya tercukupi kebutuhan gizi dan vitamin. Karena, pasti sudah tau dong, sayuran hijau seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya, selada, sawi dan brokoli memiliki beragam kandungan zat gizi alami. Selain kaya dengan vitamin A dan C, sayuran enak ini juga mengandung berbagai unsur mineral seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan fosfor. 



Bahkan, Klorofil (zat hijau daun) pada sayuran hijau dapat dimanfaatkan untuk merangsang pembentukan sel darah merah pada penderita anemia. Dan juga, enzim protease inhibitor yang terdapat dalam sayuran hijau dapat berfungsi sebagai pencegah timbulnya kanker, terutama kanker pada usus.
Yang tak kalah penting, kandungan antioksidan dan serat alami dalam sayuran hijau akan menjaga kesehatan dan melancarkan saluran pencernaan.
Tuh, banyak bangetkan manfaat sayur. Sayangnya, banyak orang gak suka sama sayur-sayuran. 

Menurut analisis saya (cek ileh, udah kayak pengamat sayuranisasi aja), kebanyakan cowok nih yang gak demen sama dedaunan sehat ini. Dua orang mahluk laki-laki yang merupakan teman akrab saya, misalnya, ternyata mereka tak suka sama sayur. Dari rasanya yang aneh sampai gak suka baunya. Begitu alasan mereka. Itu karena, mereka tidak dibiasakan makan sayur sejak kecil.

Bahkan, ketika saya pernah “numpang” makan dibeberapa rumah teman, ada juga lo yang tak menyediakan sayur dimeja makannya sebagai pelengkap lauk-pauk. Itu artinya, tak semua keluarga mengkonsumsi atau memasak sayur.

Oh, Jadi, beruntunglah saya yang telah “direcoki” sayur sejak kecil. Bahkan, kalau sehari saja gak makan sayur, besoknya saya pasti langsung mencari sayur. Sepertinya tanaman bermanfaat ini, sudah lengket dan bikin saya ketagihan.

Kalau lagi kondangan, trus hidangannya berlimpah lauk sayuran..ehm... jangan kaget kalau saya akan kalap mengambil sayur-mayur itu hingga memenuhi piring saya, hahahha.....Teman saya bilang saya kayak kambing, doyan banget sama sayuran. Gak papa deh, yang penting sehat., heheh..

Nah, karena seringnya makan sayur, selain tubuh menjadi prima, kulit sayapun jadi sehat dan terksturnya bagus. "Ah, makasih, Ibu, sudah mengenalkan dengan sayur sejak diri ini masih imut-imut"

Ikan. Ini juga wajib !


Selain sayur, ikan juga harus selalu tersedia di meja makan. Ikan apapun itu. Maksudnya ikan yang biasa kita temui di pasar ya...

Dari ikan patin, bandeng, gabus, pari, tongkol dan sebagainya (asal bukan jenis ikan laut yang dilindungi). Kalau lagi gak terbeli ikan-ikan tersebut, karena harganya yang lagi mahal, misalnya, maka ikan murah-meriah yang banyak ditemui di pasar, seperti ikan cuek, sarden atau ikan sungaipun, hajar aja. 


 

Ya, seperti sayur yang banyak manfaatnya, ikan juga berjuta gizinya.

Sekarang, makan ikan malah dianjurkan, karena menurut penelitian, rutin mengkonsumsi daging ikan, dapat mencegah gangguan jantung, lo. 
 
Kenapa begitu? 
Karena daging ikan memiliki kandungan asam lemak omega-3 yang berperan dalam melindungi jantung. Daging ikan ini mampu menurunkan kolesterol dalam darah, memperbaiki fungsi dinding pembuluh darah.menurunkan tekanan darah,mencegah terjadinya penggumpalan darah, dan sangat diperlukan untuk pembentukan otak.

Asal saja, ikannya harus segar. Kalau bisa kita dapat ikan yang masih hidup, wah, itu lebih bagus lagi, karena rasanya manis dan lebih segar.

Saya dan keluarga suka ikan. Apalagi ayah saya. Mau dipindang, digulai, atau digoreng, lahap-lahap aja deh makannya. Begitu juga dengan sayur, mau direbus atau ditumis/digulai, ya tetap berselera mengunyahnya.
 
Rajin berkebun dan menanam pohon buah

Dua kali pindah rumah, dua kali pula ibu saya membuka kebun. Kebetulan ada lahan kosong dibelakang rumah kami. Disitulah ibu saya menyalurkan hobi bercocok tanamnya. Dari tanam cabe, tomat, terong, kacang-kacangan sampai ubi-ubian (maklum, keluarga pencinta sayur, hehehe). 

Sedangkan, dihalaman depan rumah, ibu menanam pohon jambu air dan buah nangka. Asyik banget lo bisa menikmati sayur dan buah hasil dari kebon atau tanaman sendiri. Apalagi ketika berhasil mencabut batang ubi kayu/singkong dengan tenaga sendiri secara bersusah payah, tapi ketika batang tersebut telah tercabut bersamaan dengan munculnya ubi kayu yang besar nan montok, wah, tenaga yang susah payah dikeluarkan tadi, terbayar sudah. Sementara pucuk daun singkongnya, dipetik untuk dijadikan rebusan. Puas rasanya menuai hasil tanaman sendiri. Bisa kita nikmati dan dibagi dengan tetangga, supaya lebih barokah.

Jangan Mubazir


Uwak saya (kakak prempuan Ibu), selalu mengingatkan saya, kalau memasak sesuatu, entah itu nasi, sayur atau lauk-pauk lainnya, harus melihat sikon. Maksudnya, ada berapa jumlah keluarga yang saat itu ada dirumah atau berapa orang yang akan menyantap masakan .

Kalau didalam rumah hanya ada 4 orang saja, maka masaklah nasi dan lauk sesuai takaran untuk jumlah tersebut. Jangan terlalu berlebihan, karena jika tak termakan, maka akan terbuang. Sayangkan?

Selain itu, jika kita memilih tuk mengupas bawang merah, cabe, atau bumbu dapur lainnya, DAHULUKAN  bawang atau bumbu dapur yang kondisinya sudah mulai kecut, karena jika tak segera digunakan, maka bahan tersebut akan segera membusuk.

Sementara kalau bawang yang masih segar dan bagus, masih bisa bertahan lebih lama daripada bumbu dapur yang sudah agak lama ngetem didapur kita. Supaya, semuanya terpakai dan tak ada yang terbuang percuma, alias mubazir. 


Nah, itu cerita saya tentang hubungan yang jaga jarak dengan yang namanya minuman dingin alias es. Tapi, untunglah, saya tak berpantang makanan lainnya. Untung juga, saya penggila sayuran dan ikan, yang sangat menyehatkan dan banyak nutrisi itu. 

Ah, setiap kekurangan pasti ada hikmahnya, ya.

No comments

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..