Beruntuung banget, ketika kecil saya tak dimanjakan ibu dengan minum es atau dibelikan es. Baik itu es bungkus, es campur atau jenis es-es lainnya.
Ternyata, setelah saya perhatikan ibu memang jarang mengkonsumsi es. Jadi, tak mengangetkan kalau saya tak maniak dengan air yang dingin ini.
Ehm, rupanya dibalik
"ogahnya" ibu untuk membelikan saya air es, ada hikmahnya, lo.
Ya, usut punya usut ternyata saya
menderita radang tenggorokan, kata dokter yang memeriksa saya. Ouw, pantesan
kalau saya minum es, tenggorokan langsung terasa panas. Dan kalau saya masih
bandel dengan cuek saja melanjutkan mengkonsumsi minuman dingin itu, maka, gak
usah nunggu keesokan harinya, tapi malam itu juga badan saya akan demam, lesu,
dan sakit kalau menelan. Komplit sekali bukan..?
Sejak kena ancaman itu, saya
memang jadi kapok minum es. Pernah sih diam-diam beli es bungkus yang
berwarna-warni,(merah, kuning,hijau kayak pelangi gitu deh, hihihi) karena
kepengen. Yah, namanya juga anak kecil, masih kelas 4 SD kala itu. Eh, lagi
asyik-asyiknya ngemut itu es disekitar komplek rumah, gak sengaja ketemu ibu
dijalan, sontak, langsung saya lempar itu es yang ada
digenggaman saya. Dan sambil berjalan berlagak pilon. Seolah gak terjadi
apa-apa, hehehe...
Hidiiw, saya takut sama
amarah beliau. Jadi, mending ngambil jalan aman aja deh, hahaha....
Sampai sekarang hal itu masih
berlaku bagi saya. Gak boleh minum es.!! Hindari beli es. Jangan
nekaaaaad...!!!! Apapun jenisnya. Mau
itu es krim, es campur, es kelapa muda atau es-es lainnya. SAYA ALERGI ES. Saya
alergi meneguk minuman yang nikmat dan menyejukkan itu...oh... Jadi, emang
harga mati gak bisa bermesraan dengan
sesuatu yang dingin-dingin. Ah…
Dan kini..you know what..?
Efek dari minum es berlebihan, ternyata sudah merambah ke penyakit lain lagi.
Kalau, dulu, efeknya cuma bikin badan lesu/gak bergairah, tenggorokan panas dan
sakit kalau menelan, kini......nambah satu efek lagi..Apakah itu..?
Batuk...yup, saya akan teruhuk-uhuk
berhari-hari jika minuman
tersebut telah bereaksi dalam tubuh saya. Duh, bertambahlah
penderitaan.... haduuuhh....
Tapi, ada hikmahnya juga sih saya
gak boleh bar-bar dengan es. Terutama sama bongkahan batu es, karena
sejumlah efek negarifnya. Apalagi kalau
kita belinya diluaran, yang belum terjamin kebersihannya. Seperti yang kita
tau, kalau kita beli minuman yang dicampur dengan es batu, tentu kita gak tau kan kualitas bongkahan
batu transparan itu.
Apakah proses pembuatannya menggunakan pakai air masak atau tidak. Trus pake air sungai atau sumur, atau air....??? iih...Kalau itu terjadi, dan air tersebut masuk kedalam tubuh kita, yah...tau dong dampaknya pada kesehatan kalau air yang kita teguk gak steril dan mengandung bakteri.
Apakah proses pembuatannya menggunakan pakai air masak atau tidak. Trus pake air sungai atau sumur, atau air....??? iih...Kalau itu terjadi, dan air tersebut masuk kedalam tubuh kita, yah...tau dong dampaknya pada kesehatan kalau air yang kita teguk gak steril dan mengandung bakteri.
Belum lagi, kalau airnya diberi kaporit (pemutih) misalnya,
iihh...kalau terminum, tentu itu akan berpengaruh terhadap kesehatan kita.
Bahkan, suara, tenggorakan dan paru-paru kitapun akan terkena dampaknya. Gak mau kan, gara-gara nikmat sesaat, tapi
sakit belakangan, hehehe..
Ah,
untunglah ibu saya lebih senang menyediakan air putih biasa hasil masakan
sendiri untuk diminum setelah selesai menyantap makanan apapun. Selain baik
untuk tubuh, kita juga tau kebersihan air yang dikonsumsi.
Sampai
sekarangpun, saya “tak terlalu peduli” dan tak bersahabat dengan es. Karena
dari kecil sudah dibiasakan seperti itu, ya jadi gak terlalu mencari-cari air
yang digilai banyak orang itu. Pokoknya, setelah makan, saya selalu hajar
tenggorokan dengan air putih biasa. No, ice ! Meski teman-teman disekitar saya,
biasanya kalau usai makan siang, es lah yang akan diincar. Namun, karena minum
air putih biasa adalah lebih baik dan sehat, so..saya menomorsatukannya sampai
saat ini.
Sayur,
adalah Wajib!
Meski
harus mengatakan “TIDAK” pada air es, namun kami harus
mengatakan: “YA”, pada sayur.
Ssayur adalah makanan favorit keluarga saya hingga kini. Kalau ditanya sayur apa sih yang tak saya suka? Jawabannya: Tidak ada!
Ssayur adalah makanan favorit keluarga saya hingga kini. Kalau ditanya sayur apa sih yang tak saya suka? Jawabannya: Tidak ada!
Semua
sayur-mayur yang berlimpah di Nusantara ini, saya doyan! Mau sayur
daun kek, sayur buah seperti tomat, terong atau wortel, sampai
lalapan, saya suka! Yup, saya dan keluarga sudah terbiasa
mengkonsumsi ragam sayuran sejak masih kecil.
Di
meja makan, Ibu saya selalu menghidangkan sayur-mayur ketika tiba
waktu makan. WAJIB! Tanpa sayur, rasanya gimana gitu ya. Seperti
ada yang kurang dan kering, lho. Kalau sudah terbiasa makan sayur
setiap hari, kok rasanya gak maknyus tanpa mengunyah-nguyah dedaunan
yang nikmat itu. Lebih baik tak makan mewah, tak ada daging, tak ada ayam daripada tak ada sayur. Bagi kami, hanya makan tumis kangkung plus sambal itu sudah membuat kami lahap.
Saya bersyukur sekali mencintai yang namanya sayuran. Itu artinya tubuh saya tercukupi kebutuhan gizi dan vitamin. Karena, pasti sudah tau dong, sayuran hijau seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya, selada, sawi dan brokoli memiliki beragam kandungan zat gizi alami. Selain kaya dengan vitamin A dan C, sayuran enak ini juga mengandung berbagai unsur mineral seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan fosfor.
Bahkan, Klorofil (zat hijau daun) pada sayuran hijau dapat dimanfaatkan untuk merangsang pembentukan sel darah merah pada penderita anemia. Dan juga, enzim protease inhibitor yang terdapat dalam sayuran hijau dapat berfungsi sebagai pencegah timbulnya kanker, terutama kanker pada usus.
Saya bersyukur sekali mencintai yang namanya sayuran. Itu artinya tubuh saya tercukupi kebutuhan gizi dan vitamin. Karena, pasti sudah tau dong, sayuran hijau seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya, selada, sawi dan brokoli memiliki beragam kandungan zat gizi alami. Selain kaya dengan vitamin A dan C, sayuran enak ini juga mengandung berbagai unsur mineral seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan fosfor.
Bahkan, Klorofil (zat hijau daun) pada sayuran hijau dapat dimanfaatkan untuk merangsang pembentukan sel darah merah pada penderita anemia. Dan juga, enzim protease inhibitor yang terdapat dalam sayuran hijau dapat berfungsi sebagai pencegah timbulnya kanker, terutama kanker pada usus.
Yang
tak kalah penting, kandungan antioksidan dan serat alami dalam
sayuran hijau akan menjaga kesehatan dan melancarkan saluran
pencernaan.
Tuh,
banyak bangetkan manfaat sayur. Sayangnya, banyak orang gak suka sama
sayur-sayuran.
Menurut analisis saya (cek ileh, udah kayak pengamat sayuranisasi aja), kebanyakan cowok nih yang gak demen sama dedaunan sehat ini. Dua orang mahluk laki-laki yang merupakan teman akrab saya, misalnya, ternyata mereka tak suka sama sayur. Dari rasanya yang aneh sampai gak suka baunya. Begitu alasan mereka. Itu karena, mereka tidak dibiasakan makan sayur sejak kecil.
Menurut analisis saya (cek ileh, udah kayak pengamat sayuranisasi aja), kebanyakan cowok nih yang gak demen sama dedaunan sehat ini. Dua orang mahluk laki-laki yang merupakan teman akrab saya, misalnya, ternyata mereka tak suka sama sayur. Dari rasanya yang aneh sampai gak suka baunya. Begitu alasan mereka. Itu karena, mereka tidak dibiasakan makan sayur sejak kecil.
Bahkan,
ketika saya pernah “numpang” makan dibeberapa rumah teman, ada
juga lo yang tak menyediakan sayur dimeja makannya sebagai pelengkap
lauk-pauk. Itu artinya, tak semua keluarga mengkonsumsi atau memasak
sayur.
Oh,
Jadi, beruntunglah saya yang telah “direcoki” sayur sejak kecil.
Bahkan, kalau sehari saja gak makan sayur, besoknya saya pasti
langsung mencari sayur. Sepertinya tanaman bermanfaat ini, sudah
lengket dan bikin saya ketagihan.
Kalau
lagi kondangan, trus hidangannya berlimpah lauk sayuran..ehm... jangan kaget kalau saya
akan kalap mengambil sayur-mayur itu hingga memenuhi piring saya,
hahahha.....Teman saya bilang saya kayak kambing, doyan banget sama
sayuran. Gak papa deh, yang penting sehat., heheh..
Nah,
karena seringnya makan sayur, selain tubuh menjadi prima, kulit
sayapun jadi sehat dan terksturnya bagus. "Ah, makasih, Ibu, sudah
mengenalkan dengan sayur sejak diri ini masih imut-imut"
Ikan.
Ini juga wajib !
Selain
sayur, ikan juga harus selalu tersedia di meja makan. Ikan apapun
itu. Maksudnya ikan yang biasa kita temui di pasar ya...
Dari
ikan
patin, bandeng, gabus, pari, tongkol dan sebagainya (asal bukan
jenis ikan laut yang dilindungi). Kalau lagi gak terbeli ikan-ikan
tersebut, karena harganya yang lagi mahal, misalnya, maka ikan
murah-meriah yang banyak ditemui di pasar, seperti ikan cuek, sarden
atau
ikan sungaipun, hajar aja.
Ya,
seperti sayur yang banyak manfaatnya, ikan juga berjuta gizinya.
Sekarang,
makan ikan malah dianjurkan, karena menurut penelitian, rutin
mengkonsumsi daging ikan, dapat mencegah gangguan jantung, lo.
Kenapa
begitu?
Karena daging ikan memiliki kandungan asam lemak omega-3
yang berperan dalam melindungi jantung. Daging ikan ini mampu
menurunkan kolesterol dalam darah, memperbaiki fungsi dinding
pembuluh darah.menurunkan tekanan darah,mencegah terjadinya
penggumpalan darah, dan sangat diperlukan untuk pembentukan otak.
Asal
saja, ikannya harus segar. Kalau bisa kita dapat ikan yang masih
hidup, wah, itu lebih bagus lagi, karena rasanya manis dan lebih
segar.
Saya
dan keluarga suka ikan. Apalagi ayah saya. Mau dipindang, digulai,
atau digoreng, lahap-lahap aja deh makannya. Begitu juga dengan
sayur, mau direbus atau ditumis/digulai, ya tetap berselera
mengunyahnya.
Rajin
berkebun dan menanam pohon buah
Dua
kali pindah rumah, dua kali pula ibu saya membuka kebun. Kebetulan
ada lahan kosong dibelakang rumah kami. Disitulah ibu saya
menyalurkan hobi bercocok tanamnya. Dari tanam cabe, tomat, terong,
kacang-kacangan sampai ubi-ubian (maklum, keluarga pencinta sayur, hehehe).
Sedangkan, dihalaman depan rumah, ibu menanam pohon jambu air dan
buah nangka. Asyik banget lo bisa menikmati sayur dan buah hasil dari
kebon atau tanaman sendiri. Apalagi ketika berhasil mencabut batang
ubi kayu/singkong dengan tenaga sendiri secara bersusah payah, tapi
ketika batang tersebut telah tercabut bersamaan dengan munculnya ubi
kayu yang besar nan montok, wah, tenaga yang susah payah dikeluarkan
tadi, terbayar sudah. Sementara pucuk daun singkongnya, dipetik untuk dijadikan
rebusan. Puas rasanya menuai hasil tanaman sendiri. Bisa kita
nikmati dan dibagi dengan tetangga, supaya lebih barokah.
Jangan
Mubazir
Uwak
saya (kakak prempuan Ibu), selalu mengingatkan saya, kalau memasak
sesuatu, entah itu nasi, sayur atau lauk-pauk lainnya, harus melihat
sikon. Maksudnya, ada berapa jumlah keluarga yang saat itu ada dirumah atau berapa orang
yang akan menyantap masakan .
Kalau
didalam rumah hanya ada 4 orang saja, maka masaklah nasi dan lauk sesuai takaran untuk jumlah
tersebut. Jangan terlalu berlebihan, karena jika tak termakan, maka
akan terbuang. Sayangkan?
Selain
itu,
jika kita memilih tuk mengupas bawang merah, cabe, atau bumbu dapur
lainnya, DAHULUKAN bawang atau bumbu dapur yang kondisinya
sudah mulai kecut, karena jika tak segera digunakan, maka bahan
tersebut akan segera membusuk.
Sementara
kalau bawang yang masih segar dan bagus, masih bisa bertahan lebih
lama daripada bumbu dapur yang sudah agak lama ngetem didapur kita. Supaya,
semuanya terpakai dan tak ada yang terbuang percuma, alias mubazir.
No comments
Hai,
Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..