Pematangan Bukan Pembakaran

Chef tommy sedang berinteraksi dg Host Acara

Jelang lebaran..,...

Ehmm.... Anda pasti memilih daging atau ayam yang akan diajadikan menu special di hari raya, yang sudah ada di depan mata. Iya, kan?

Nah, rupanya, kalau kita memasak daging, ada tehniknya juga lho. Tak sembarangan! Kalau ingin hasilnya maksimal, tentu ada beberapa cara atau ritual wajib yang harus kita patuhi, supaya hidangan menu daging sapi yang kita hadirkan dihari special nanti, rasanya lebih maknyus dan manjah.


Nah, beruntung sekali saya ikut dan hadir dalam acara Tren Usaha Boga dan demo masak, yang diselenggarakan Femina dan Bank Mandiri, dalam rangkaian Festival Wanita Wirausaha 2013.

Setelah saya dengan seorang teman yang saya ajak di acara tersebut bergerilya melihat-lihat ragam stand dengan ciri khasnya masing-masing, acara selanjutnya adalah melihat demo masak  oleh  Chef Tommy Sugiarto, yang menghadirkan masakan steak daging sapi. 

Oh ya, pengen tau stand apa saja yang hadir dalam acara tersebut? Silahkan ceritanya, bisa dibaca di sini. Cantik-cantik lho produknya.. bikin ngileerr, hehehe ...

Nah, sambil memasak, koki yang ke mana-mana selalu ditemani oleh sepatu roda ini, memberikan beberapa tipsnya untuk para undangan yang hadir di Lotte Mall Shoping Avenue, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu, 27 Juli 2013.


Kata Chef Tommy: 
Ketika memasak daging panggang yang telah dilumuri dengan bumbu tentunya, pastikan panci harus panas agar hasil masakan kita jadi maksimal. Kalau pancinya kurang panas, warna dagingnya coklat dan tekstur juga kurang bagus.

Namun, panasnya juga harus ideal, agar kematangan juga normal. Maksudnya, jangan sampai kegosongan juga. Jadi, hancur minah dong ntar hehehe....

Chef Tommy, in action 

Nah, untuk memastikan panci tersebut sudah panas atau belum, chef Tommy menggunakan indikator dengan menuangkan sedikit minyak pada panci yang  digunakan untuk memanggang steak. So, kalau minyak tersebut mengeluarkan asap, maka itu artinya panci sudah panas, dan siap untuk memanggang daging, khususnya untuk daging yang akan dimasak setengah matang.

Oh ya,  kalau kita ingin memasak daging setengah matang, maka tak tak sampai 2 menit, harus diangkat, lo. Namanya juga setengah matang, hehehe..

Tetapi, kalau memang ingin dagingnya ingin dimasak matang, tak harus pancinya mesti panas (sekali).

Harus diperhatikan juga, bahwa untuk memastikan daging telah matang, bukan berarti daging tersebut seolah-olah harus seperti terbakar hasilnya. Jadi, pematangan  bukan pembakaran! Dan ini harus dibutuhkan controlling atau pengawasan.



Daging yang sedang dipanggang
Oh, ya, jangan juga sering dibolak- balik, lho, bisa hancur juga tuh daging, Ya,  samalah seperti kalau kita menggoreng ikan, kalau sering dibolak balik, hancurkan ujung-ujungnya..?

Nah, untuk tahu kalau daging yang kita masak sudah matang atau tidak, kita bisa merasakan dagingnya yang kering dan rasanya yang enak. Ehmmm.....yummyy...

Jangan lupa, setiap kita ingin memasak daging yang baru, pastikan pancinya harus bersih, karena kalau kotor, keraknya akan menempel di daging dan itu akan menguragi rasa.

Nah, meski Chef Tommy memberikan contoh atau tips untuk daging sapi yang dimasak setengah matang pada acara tersebut, namun, tak  semua daging boleh dimakan mentah atau setengah matang, lho.  Seperti daging ayam, dan daging babi, menurut Chef Tommy, harus dimasak matang. Terutama daging babi, yang cacing pitanya luar biasa ganas. Sementara untuk daging sapi, dan ikan tak mengapa mentah, seperti layaknya makanan Jepang.



Hasil jadi.....Ehmmmmm...

Hey, di acara tersebut, hadir juga Lucy Wiryawan, wanita pengusaha suksse pemilik Hollycow steakhouse, by Chef Afit, suaminya, yang juga ikut berbagi "cara" berwirausahanya pada kami.

Menyantap steak, adalah tradisi keluarga Lusi. Namun sayang, banyak harga steak di beberapa resto menjualnya dengan harga mahal, yang tentu tak semua orang bisa mencicipinya. Nah, terinspirasi dari harga steak mahal dan juga hobi mengutak-atik bahan makanan di dapur,  maka berdirilah Holycow Steakhouse by Chef Afit, yang harganya hanya seperempat persen dari harga steak yang pernah mereka coba.


Lusi sedang berbagi pengalaman

Ide awal berdirinya outlet mereka yang yang terletak di Jalan Bakti, Senopati. adalah saat suaminya, Afit, mencoba steak wagyu di sebuah restoran, dengan harga satu porsi Rp750.00.000.

Harga tersebut, tentu menurut Lusi termasuk cukup mahal, hanya untuk satu porsi daging. "Mendingan uangnya saya beliin tas atau barang lain, daripada cuma buat beli steak doang", kata Lusi yang juga menjadi presenter acara Sport di salah satu Stasiun TV Swasta ini.

Dari situlah, akhirnya Lusi dan Suami membeli daging wagyu sendiri di supermarket dan mengolahnya. Nah, karena mereka merasa mampu mengolahnya, maka kepikiranlah untuk membuat bisnis ini. Steak dengan harga yang terjangkau, agar bisa dinikmati semua kalangan.

Awalnya mereka hanya  berbentuk warung tenda di emperan jalan. Namun, karena usaha mereka semakin laris dan banyak pelanggan, kini Hollycow steak sudah punya beberapa cabang baru. Seperti di daerah kelapa gading dan kebon jeruk.


Daging yang hampir matang

 Aw, keren mbak Lusi...

Meski awalnya, banyak pelanggan yang merasa curiga, kok steak mereka murah harganya dibanding steak restoran lain. Maka, ketika ada orang yang bertanya tentang kualitas daging yang mereka masak, Lusi pun mempersilahkan pelanggannya untuk masuk kedalam dapurnya, dan memperlihatkan seperti apa daging steak yang mereka masak dan sajikan kepada pengunjung restonya.
Nah, di acara tersebut, Lusi memberikan tips kepada kami.

Kata Lusi, jangan pernah mengakali konsumen. Misalkan, kalau kita menggoreng suatu masakan dengan minyak murah, tentu berbeda rasanya jika kita menggoreng dengan minyak yang mahal. "Minyak harga Rp.2000, beda dong dengan harga Rp.10.000.", ujarnya.

"Apalagi, jika ketahuan kebohongan kita, maka akan jelek dimata konsumen. Karena akan beredar cerita kebohongan itu dari mulut ke mulut", tambah ibu dua anak ini.

Nah, dalam memulai bisnis, modal jangan dijadikan patokan utama. Selain itu,  misalnya, kita ingin dalam satu piring yang disajikan untung 4 %, tapi menurut Lusi, gak bisa juga dipatok seperti itu.  Tapi, keseluruhan atau food costing harus dihitung secara serius.

Sebenarnya banyak lagi tips dan pengalaman yang dibagikan Lusi di hari itu, tapi ada beberapa yang terlewatkan oleh saya. Karena saya juga sibuk ngobrol sama teman, dan sesekali memperhatikan suasana yang ada dalam mall, hehehe....

Tapi, mudah-mudahan tips singkat yang saya tulis dari kegiatan yang saya ikuti ini, berguna untuk Anda.

Selamat memasak daging-dagingan....semoga rasanya maknyus....



No comments

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..