Meski
sudah 11 hari menapaki 2013, namun belum telat rasanya, kalau saya
menuliskan sedikit pengalaman tentang malam pergantian Tahun baru
yang baru saja berlalu sebelas hari itu.
Yach, masih
terbayang dibenak saya betapa jalan utama dan Bundaran Hotel
Indonesia, menjadi lautan manusia malam itu. Sungguh saya merasakan
kepadatan, sesak, bergumul dan bergerombol bersama manusia yang sama-
sama juga ingin merayakan tahun baru dijantung Ibu Kota Jakarta. Ya,
hari itu saya dan dua orang sohib saya, Dyta dan Ali, memilih untuk
menghabiskan malam tahun baru di Bundaran Hotel Indonesia. Dan untuk
menikmati itu, harga yang kami bayarpun, mahal ! Hanya untuk sebuah
keramaian sorak sorai tahun baruan semata.
Ya, malam itu,
kami harus rela berjuang melawan kemacetan. Bukan kemacetan kendaraan
lalu lintas, tapi kemacetan manusia, karena medan yang telah
penuh dan terbatas. Bahkan harus melawan arus balik kepadatan
manusia. Melawan arus? Maksudnya? Yah, dikala ingin pindah ke satu
sisi ke tempat lain, maka arus manusialah yang ditemui.
Bersama dua teman saya yang malam itu kompakan ingin melihat suasana
Car Free Night plus hiburannya, jadi, ya, harus berani melawan arus masa, yang
ketika mereka ingin balik kanan, kita justru ingin balik kiri. Hadeh
!
Selama ini,
beberapa kali saya sudah pernah sih merasakan bertahuan baruan
dijalanan Ibukota Jakarta tercinta. Nongkrong di kemayoran, tempat
yang sepi lalu lintas dikala hari biasa, namun dikepung dengan
apartemen, sampai ngetem di bundaharan HI, yang kala itu, belum ada
yang namanya Car Free Night, alias mobil dan motor tak boleh melintas
di sepanjang koridor jalan Thamrin-Sudirman dan Merdeka barat. Namun
sebelum ngetem di HI, kami jalan-jalan dulu ketempat lain,
walau harus terjebak macet. Maklumlah, semua
orang Jakarte ingin keluar rumah malam itu, pengen lihat keramaian dan kembang api.
Jadi, sekitar 4
tahun lalu, saya hanya menikmati tahun baru sambil berdiri di trotoar
tepat di depan Plaza Indonesia sambil menghadap bundaran HI tentunya.
Ya, ketika itu, menghabiskan malam pergantian tahun baru di satu
titik itu, sambil melihat lalu lalang kendaran lain yang juga
terjebak macet, karena tumpukan manusia di titk yang sama, apalagi
kalau bukan titik HI. Sampai akhirnya bermunculanlah kembang api,
yang menandakan pergantian tahun 2009, kala itu.
Namun pengalaman
pergantian tahun baru 2013 ini, meski "titik"nya sama
seperti yang pernah saya lalui 4 tahun lalu, tapi kali ini emang
sungguh- sungguh dahsyat.
Dahsyatnya ?
Nah, gini....Dari
pukul 6 sore, saya yang naik angkot dari arah karet, ketika sampai di
dukuh atas, harus dipaksa turun oleh kernetnya karena
jalan menuju HI dan Monas rupanya telah ditutup. Beberapa polisipun
telah berjaga-jaga diarea pembatas itu. So, saya dan penumpang satu
angkot bersama-sama dengan sesama penumpang angkot lainnyapun harus
rela jalan kaki menuju HI atau mall Grand Indonesia, yang jaraknya
kurang lebih 300 meter. Tapi,.. it's oke, alias gak masalah ! Kapan
lagi menikmati jalan utama sambil berleha-lehaan, kalo gak malam
tahun baru, hehehe. Namun, tak semuanya menuju HI malam itu, karena
saya terdengar ada pejalan kaki yang ingin menikmati tahun baru
nyeletuk "Wah, lumayan jauh nih kita jalan ke Monas", ujar
salah satu ABG yang sedang berjalan kaki juga bersama teman-temannya.
Selama perjalanan
saya menuju Mall Grand Indonesia (GI), mall yang berdekatan dengan HI,
terlihat tata panggung dan panggung telah berdiri sombong dititik
yang telah ditentukan untuk memberikan hiburan kepada masyarakat.
Apalagi, panggung utamanya yang menghadap ke Plaza Indonesia. Wuih,
panggung besar, dimana semua orang pastinya ingin ngetem ditempat itu
dan berjuang supaya bisa menembus barisan depan agar bisa melihat
lebih dekat acara utamanya. Karena, nantinya band gokil
The The Changchuters, presenter beken Indra Bekti dan Gubernur DKI,
Pak Jokowi, yang baru 3 bulan menjabat itu, akan berada dipanggung
utama tuk menghibur sekaligus merayakan pergantian tahun
baru bersama. Gimana orang gak merapat dan mendekat memenuhi sudut- sudut
HI, hingga tak bersisa?
Namun,
sayangnya...saya tak langsung menuju mendekat ke panggung utama,
karena harus menemui dua teman saya yang gaul dan keren itu, Dita dan
Ali, yang sudah menunggu di GI agar bisa barengan nantinya tuk
melihat acara persembahan malam itu.
Di Mall
megah yang berada di jantung kota Jakarta itu, kami nongkrong santai
bersama dan sengaja memesan makan malam dulu, sambil menunggu jam
yang terus berputar, hingga ketika waktunya dirasa tepat tuk keluar
menuju HI, barulah kami akan keluar. Rencananya sih begitu, hihihi...
Nongkrong di Food Court GI sembari nunggu hujan reda |
Gak
terasa hampir 3 jam kami ngetem di GI, sambil menunggu hujan gerimis
tuk reda. Namun, tak kunjung reda juga. Semakin hujan, semakin orang
memutuskan untuk berlama-lama dulu di GI, sampai-sampai antrian di
beberapa gerai makanan di Food Court GI pun memanjang dan mengular.
Woow, sepertinya kalau hari biasa tak akan terjadi sepanjang itu.
Saya yang hanya memesan baksopun, harus rela setengah jam berdiri,
begitupun teman saya Dita yang memesan Steak, juga harus berdiri
pegal karena harus menunggu antrian. Waduuuhh, berkah dan banjir rezeki
banget orang yang jualan di Food court GI. Sampai pelayannya
kewalahan, halaah.!
Ketika waktu sudah
menunjukkan pukul 21.30. barulah kami beranjak dari kursi kayu Food Court
namun dengan sentuhan design spesial itu.
Ketika telah sampai di lantai dasar.....
O..ow....Ya ampyun....
Beginilah suasana pelataran GI malam itu. |
Mall GI malam itu tak ubahnya seperti pasar malam. Banyaaaaak sekali orang lesehan sambil bersandar di
tembok mall elit itu. Duduk berjejer dipelataran GI, dari dalam mall, hingga ke teras. Seperti mau menunggu acara karapan sapi atau kuda lumping. Dari orang
tua sampai anak-anak. Bahkan ada yang membawa bayi dan anak anak
kecil, hingga para orang tua menidurkan mereka dipelataran GI karena
kecapekan. Para bapak ibu, oma-opa, otomatis tak bisa kemana-mana, dong
karena harus menjaga anak/cucu meraka yang telah pergi kepulau kapuk.
Lah, trus, niatnya mau melihat The Changcuters? Mau menikmati tahun baruan? Gagal dong ?..
Ya, mereka, tentu
saja sama seperti saya, juga Dita dan Ali, yang juga ingin menikmati
tahun baru bersama. Mungkin, merekapun kaget dengan suasana yang
sungguh ramai nan padat itu. Ditambah hujan gerimis pula, tentu
semakin tumpek-bleklah areal pelataran mall, karena semua orang ingin
berteduh.
Berfoto di pelataran GI. Backgroundnya, manusia semua! |
Tak
peduli dengan ramainya orang yang berteduh, kami terus merangsak
mendekati bunderan HI, seperti tujuan kami semula, walau gerimis
terus membasahi. Payung yang saya bawapun, sepertinya tak mampu tuk
melindungi diri dari percikan hujan, selain mesti santuk-santukan
dengan yang lain juga. Ah, akhirnya saya rela deh kehujanan. Rempong
juga kalau mesti pake payung di tengah kepadatan manusia seperti itu.
Ketika
mendekati tempat yang dituju, ternyata tak seperti yang dibayangkan.
Lautan manusia sudah lebih dulu memenuhi tempat yang diincar semua
orang itu. Bah..baru kali ini ngerasainnya. Ya ampun, kepala manusia semua di seputaran HI. Tumpah ruah mahluk Tuhan yang paling sexy itu ingin melihat langsung
panggung utama yang berada menghadap ke Plaza Indonesia.
Lantas,
ketika kami hendak sampai menuju bundaran HI, arus manusia berbalik
arah justru yang kami temui. Rupanya, mereka juga mendapat arahan
dari petugas, bahwa areal bundaran HI sudah penuh, jadi tak mungkin
untuk ikut bergabung juga disana. Akhirnya kamipun ikut balik kanan
dan memilih memutar melalui samping mall GI, dengan harapan dan
dugaan bahwa di sana tak seperti ketika berada di ruas jalan simpang
HI. Ternyata benar, ketika melalui samping mall GI, justru terlihat
jarang orang berlalu lalang, Tapi, setelah keluar kembali dari
pengkolan simpang GI dan masuk ke Sudirman, ya ampyuuun, rame lagi deh.
Orang-orang sudah memadati wilayah panggung utama. Tentu kami tak
bisa jelas melihat panggungnya kalau posisinya dari jalan Sudirman.
Akhirnya, cari akal lagi, kami bertiga memutar melewati belakang
jalan dan belakang gedung apa gitu deh, pokoknya bangunan yang ada di
depannya gedung BCA deh. Duh saya bingung mesti nyebutnya apa.hihih..
Eh.
pas sampai disana, rupanya manusiapun telah padat, bahkan mentok.
Kami terjebak beberapa saat. Jalanan yang kami tuju, rupanya telah
dipenuhi mobil-mobil para pengisi acara dan pawai. (Sepertinya tempat
itu,emang dijadikan basecampnya para pengisi acara, duh! ) Nah,
ketika kami hendak menerobos mendekati panggung, justru para pengisi
acara, (rombongan pawai, Finalis Abang None, Finalis Cici-Koko, para penari, dll) yang
telah selesai berpawai ria, justru menuju kearah kami, karena mereka
ingin pulang dan mencopot pakaian yang begitu riweh. Karena, toh, emang
mobil mereka diparkir disana. Haduuuhhh...
Akhirnya
panggung utama yang ingin dilihatpun, lagi-lagi...hanya terlihat
dari belakang saja. Ngok! Hanya terdengar suara teriakan The Changchuters menyanyikan lagu andalannya "Racuun" ketika
memulai membuka acara. Tapi, itupun sayup sayup cin... #nasib deh..
Suasana kepadatan manusia di malam tahun baru (Sumber:Google) |
Meski
'terjebak" di jalan tembus (yang kami kira bisa lolos tuk
mendekati panggung utama), namun kami bertiga tak patah semangat.
Ketika ada kesempatan dan situasi tak seramai arus manusia
sebelumnya, kamipun merengsek mendekati bundaran HI. Tapi, itupun tak
mudah.
Eh, ditengah
kekalutan.....
Tak sengaja, saya melihat ada laki-laki lumayan tampan *uhuk* memakai baju coklat satpol PP, yang juga hendak
melawan arus, sama seperti kami. Tak mau menghilangkan
kesempatan, sayapun langsung menyusulnya, dan mengambil posisi tepat dibelakang tubuhnya yang
berperawakan sedang itu. Ali dan Dyta, membuntuti saya dari belakang. Yah, yang namanya SatPol PP, pasti ahli dong
dalam hal terobos-menerobos, makanya ketika saya berada persis di
belakangnya, bahkan nyaris berdempetan dan tak ada celah diantara
kami, jalanpun sangat lancar. Dalam hati, jago juga nih Pol PP
'membimbing' saya dan temen-temen. Apa orang takut sama dia, ya, atau
kebetulan saja ?? Hehehe... Yang pasti, gara-gara berhasil ngintil dibelakang Satpol PP, akhirnya kami bisa bergerak menuju
ketengah Bundaran HI. Agak sedikit lega rasanya. Namun, tetap padat.
Inginnya sih, naik ketanjakan bunderan yang mengelilingi air mancurnya, namun
takut jatuh, dan sepertinya tak memungkinkan. Karena mereka yang
posisinya berada di tanjakan/ cincin beton HI, justru
pada mau turun, hadeh..
Berfoto di pohon natal putih GI. |
Usut
punya usut, ternyata mereka-mereka yang beruntung bisa berdiri di
depan panggung utama, ternyata sudah merapat atau berada disana sejak
jam 6 sore, sebelum manusia mulai ramai. Oh.. begitu toh...
Ups...kami
bertiga yang belum pernah dan tak bisa menebak situasi kepadatan
seperti itu, justru sebelumnya malah berleha-leha nongkrong dan
ngobrol di Food Court GI, sejak pukul 7 malam. Eh, kita juga malah asyik
menikmati kerumunan orang di GI dan sempat-sempatnya berfoto lagi. Duh ! Bukannya mempercepat tujuan, hahaha ! Ah, andaikan
lebih awal kami bergerilya dan merebut tempat eksklusif itu, mungkin
tak sesengsara itu kali ya, hihihi...
Apalagi, situasi
disekitar Bundaran HI, saat satu jam jelang tahun baru, semakin
padat dan berdesakan, ditambah jalanan becek akibat hujan, gak ada ojek pula..#eh.. Jalurnyapun kurang tertata, orang kerap tabrakan karena ada
yang masuk dan keluar, hingga terjadi dorong-dorongan. (Aduh,
rupanya bukan cuma antrian di halte busway yang dorong- dorongan ya,
hihihi...)
Belum lagi, ada pengendara sepeda dan para pedagang, ikut membuat suasana semakin padat sehingga membuat pengunjung harus rela berdesakan. Aparatpun kewalahan dalam mengatur serbuan manusia bahkan terkesan menyerah, dan hanya duduk saja di dalam mobil atau di base campnya.? So...
Maklum, ini adalah
Jakarta Night Festival yang pertama, yang membidik Bundaran HI
sebagai panggung utama tahun baru, sejak Gubernur baru DKI Jakarta, Jokowi
menjabat. Jadi, ya belum tertata rapi, persiapan juga belum matang.
Jadinya, begitulah.. Tak ada arahan-arahan dari petugas yang bisa
meminimalisirkan keadaan yang parah itu..
Lihatlah lautan manusia memenuhi HI (Sumber :Google) |
Lama
berjalan dan menerobos masa, e..eh.. justru kami berada kejauhan dari
panggung. Yaelaah.. Justru tak terlihat panggungnya karena ketutupan
badan manusia. Suara musik dari pengisi acarapun tak terdengar. Damn!
Tapi gak papa, paling tidak, kami sudah berada di pusat titik yang
kami inginkan. Di tengah bundaran HI. Yes ! Walau tak sampai di
bundarannya amat sih, hehehe..
Setelah
3 jam lama berdiri, berjuang dan begah, sampailah akhirnya momen yang
ditunggu. Letusan kembang api mewarnai langit Jakarta, sepuluh menit
sebelum memasuki tahun baru. Suara terompetpun mulai berisik
menggangu telinga. Wajah orang-orangpun terlihat sumringah menyembut
moment pergantian tahun baru. Reporter TVpun sibuk, melaporkan langsung suasana pergantian tahun baru di HI.
Percikan kembang api di Bundaran HI (Sumber:Google) |
Yah, yah....
Jadilah kami tahun baruan ditengah keramaian manusia. Meski
rencana awalnya sih, ngebet banget tuk melihat aksi panggung The
Changcuters, dan pengen teriak teriak didekat air mancurnya, namun tak
terkabul. Bahkan guyonan Ali, untuk menyuruh Dyta agar mencari
"perhatian" Jokowipun, boro-boro terjadi, hahahha...
Rambut mantan Walikota Solo itupun bahkan tak terlihat. Eits, nogomong-ngomong...."perhatian" apa
sih maksudnya?? Ehm, sepertinya cuma kita bertiga ya yang tau,
hahaha...
Namun.....seru-seru! Yah, pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup. Kalau tak begitu, tak tahun baruan namanya, hahahha...
Namun.....seru-seru! Yah, pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup. Kalau tak begitu, tak tahun baruan namanya, hahahha...
Dan
ehm,, secara kita bertiga ini pada banci foto semua, maka kami tak
mau melewatkan kesempatan malam itu untuk berfoto berlatarkan patung
khas HI dan air mancur indah tentunya. Ini nih foto-fotonya. Keren kan.. ? *Muji sendiri*
Usai pesta, sumringah mengabadikan moment ! |
Tetap gaya ditengah keramaian |
Eksis di HI |
Setelah
pesta usai, satu persatu manusiapun bubar. Namun, karena malam itu
masih berlaku Car
Free Night sampai
jam 2 malam, maka banyak orang yang tak memakai kendaraan, terjebak
dan tak bisa mencari angkutan umum.. Akhirnya mereka memilih tetap
nongkrong disana, sampai jam buka/bebas kendaraan diberlakukan.
Kamipun, menghabiskan waktu sembari menunggu pagi, di Burger and King
Sarinah, yang lokasinya tak jauh dari HI. Yach, dimana lagi
nongkrongnya kalau bukan disana. Secara itulahpusat perbelanjaan yang
masih buka 24 jam.
Ketika
menuju perjalanan ke Sarinah. Banyak sekali hal- hal unik yang kami
temui, yang mungkin tak bisa ditemui ketika hari biasa. Ya , selain
bisa berjalan santai di jalan utama Jakarta, yang kalau hari biasa
bisa, kata Ali, bisa ditabrak orang dong. Iya juga sih..*nyengir*.
Kami juga melihat ada ibu ibu yang jualan gorengan di jalan yang
biasa dilalui busway, lengkap dengan kompor dan wajan. Duh, dia pun
menggoreng jualannya di Jalan Sudirman. Coba kalau hari biasa? Mana
ada yang begitu. hihihi.. Emang malam itu berkah sekali buat penjaja
dagangan dan minuman. Pasti laris manis, ya, wong banyak orang yang
kelaparan dan kehausan, toh. Begitupun kami, yang akhirnya membeli air
mineral kemasan karena kehausan dan capek. Namun, air mineral ukuran
sedang yang biasanya harganya 3 ribuan jadi 4 ribu. Tp gak pa-palah.
Anggap aja amal...
Dipertengahan
jalan menuju Sarinah, rupanya ada juga dua panggung yang turut
memeriahkan malam tahun baru itu. Kami sempat berhenti sebentar di
salah satu panggung untuk melihat pertunjukan ala srimulat itu.
Namun, karena tak begitu seru, kami lanjutkan lagi perjalanan, sambil
berfoto dijalanan. Teteeupp ya, xixixx... Kebetulan, ada seorang fotografer yang mau kami
minta tolongi buat fotoin kita bertiga, biar komplit. So, karena yang
motoin adalah fotografer, jadi bagus deh hasil foto kita.
Nih,
coba lihat....
Foto bertiga ditengah Jalan Sudirman |
Eh
tragisnya, malam itu terlihat taman atau bunga bunga di pembatas
jalan, pada mati dan rusak karena diinjak-injak oleh orang. Duh,
sayangnya. Ya, mungkin orang orang itu pada males semua kalau
nyebrang pake jembatan, yang ada juga nyebrang langsung di jalan, dan
walhasil menginjak-nginjak tanaman. Belum lagi sampah yang
berhamburan dimana mana. Hemmm, tradisi setiap tahun baru, selalu
menyisakan sampah dimana-mana. Apalagi masih gerimis, tambah terlihat
becek dan kotorlah jalanan Ibukota malam itu. Sambil mikir, "Duh,
pasti berat sekali tugas pembersih sampah besok."
Santai berjalan di jalan protokol menuju Sarinah, usai pesta tahun baru |
Tak
sampai 20 menit perjalanan, plus foto-foto dijalan, dan ngetem
sebentar nonton ala srimulat, sampailah kami di resto Burger King
yang dituju. Eh, rupanya ramai juga orang disana. Untung masih dapat
tempat. Barangkali sama seperti kami, mereka juga ingin menunggu
waktu sampai pagi. Soalnya, takut euy kalau naik taxi di jam 2 atau
jam 3 malam, apalagi kita cewek.
Jadilah akhirnya ngobrol ngalor
ngidul di resto sampe pagi, sampe mata satu watt bener dah ampe gak
kuat. Sayapun tidur-tidur "tai ayam", sementara dua teman saya yang
keren dan serasi itu, masih kuat ngobrol. Sayup-sayup saya mendengar
pembicaraan mereka. Duh, apa sech yang diobrolin?? Ngobrolin tentang
masa depan kalian berdua ya?? Prikitiew.!!! *pura-pura tidur*
Dan...
Ketika jarum jam sudah meunujuk angka 5 pagi, barulah kita meninggalkan resto satu malam
itu. Capek bangeut-bangeut,dah.... Pulang ke kosan, bersih
bersih bentar, bersihin badan dan muka maksudnya, masak udah gempor
gitu masih mau bersihin rumah juga, hehehe... Setelah adegan
bersih-bersih, saya langsung peluk bantal dan berlayar kepulau kapuk.
Untung hari itu saya masuk kerja sore, jadi bisa molor sampai siang.
Sebelum
tidur, saya membayangkan di tahun baru 2014 nanti, seperti apakah
moment yang akan saya alami ???
IGT Gaming, Casinos, and Games for sale in Maricopa
ReplyDeleteFind your complete list casinosites.one of casinos, games and apr casino games at IGT Gaming in kadangpintar Maricopa, Arizona. 1. 바카라 Casinos in Casino at Residence