“Siapa yang mau pesan sayur..? Ada wortel, labu, sawi, lobak, terong, dan banyak lagi deh...” begitu kata salah rombongan kami, saat kami hendak menginggalkan Sarongge.
Ya, setiap kali kami kesini, oleh-oleh sayur dari petani Sarongge, tak pernah luput. Sayur itu dari perkebunan organik bebas pestisida yang dikelola warga. Segar, hijau dan montok dan begitulah penampakan sayur yang kami bawa.
Oh ya, pernah mendengar nama desa ini..?
Desa Sarongge adalah salah satu tempat kawasan wisata yang ada di Cianjur, Jawa Barat, dekat dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGGP. Tempat ini adalah salah satu kawasan favorit kantor saya saat mengadakan jalan-jalan atau ghatering khusus karyawan kantor.
Tujuan utama kami setiap datang kesini, selain berkemping ria di kaki Gunung Gede Pangrango dan mandi air terjun, kami juga selalu menanam pohon. Saat beberapa bulan lalu ke tempat ini bersama teman kantor, itu adalah kunjungan saya kali ke dua. Sedangkan, temen teman yang lain, sudah lebih dari 6 kali bolak balik ke desa yang adem ini. Bahkan ada yang sudah tak terhitung berapa kali mereka menginjakkan kaki ke desa ini.
Tujuan utama kami setiap datang kesini, selain berkemping ria di kaki Gunung Gede Pangrango dan mandi air terjun, kami juga selalu menanam pohon. Saat beberapa bulan lalu ke tempat ini bersama teman kantor, itu adalah kunjungan saya kali ke dua. Sedangkan, temen teman yang lain, sudah lebih dari 6 kali bolak balik ke desa yang adem ini. Bahkan ada yang sudah tak terhitung berapa kali mereka menginjakkan kaki ke desa ini.
Lho...ngapain jauh-jauh kami datang ke sini untuk tanam pohon...?
Kami kan tinggal di Jakarta..?!
Eits, antara satu provinsi dengan provinsi lainnya, saling berkaitan, Kisanak.
Alam, tak bisa dipisahkan.
Maka, di mana pun kami berinvestasi untuk bumi dengan menanam pohon, itu adalah tempat kami juga, tempat kita. Jika kelak pohon yang kami tanam itu telah besar, maka ia akan menghijaukan lahan, menghasilkan oksigen, menyerap air dan berpartisipasi mencegah banjir.
Satu pohon yang kami tanam, dampaknya luar biasa untuk menyelamatkan bumi dan manusia. Bukan hanya untuk warga Sarongge saja, tapi juga untuk manusia yang ada Jakarta, Bogor, Tangerang, Banten dan semuanya. Tau kan, kalau selama ini Jakarta, disebut-sebut sering mendapat kiriman banjir dari Bogor saat musim penghujan? Nah, itu dia, di manapun kita berada, alam tempat kita tinggal saling berhubungan.
Untuk menanam pohon-pohon ini, kami harus menanjaki bukit. Capek memang, tapi seru. Jalan-jalan setapak yang licin dan kecil membuat kami terpeleset. Tapi itulah letak kebahagiannya....
Alam, tak bisa dipisahkan.
Maka, di mana pun kami berinvestasi untuk bumi dengan menanam pohon, itu adalah tempat kami juga, tempat kita. Jika kelak pohon yang kami tanam itu telah besar, maka ia akan menghijaukan lahan, menghasilkan oksigen, menyerap air dan berpartisipasi mencegah banjir.
Satu pohon yang kami tanam, dampaknya luar biasa untuk menyelamatkan bumi dan manusia. Bukan hanya untuk warga Sarongge saja, tapi juga untuk manusia yang ada Jakarta, Bogor, Tangerang, Banten dan semuanya. Tau kan, kalau selama ini Jakarta, disebut-sebut sering mendapat kiriman banjir dari Bogor saat musim penghujan? Nah, itu dia, di manapun kita berada, alam tempat kita tinggal saling berhubungan.
Untuk menanam pohon-pohon ini, kami harus menanjaki bukit. Capek memang, tapi seru. Jalan-jalan setapak yang licin dan kecil membuat kami terpeleset. Tapi itulah letak kebahagiannya....
begini jalan setapaknya |
Sekitar 40 menit perjalanan, kami sampai di area tempat menanam pohon...
Nah, sudah tiba di lokasi penanaman bibit pohon. yey! |
Rombongan kami membawa sekitar 50 bibit, rombongan lainnya pun tak kalah banyak. Nah, karena bibit pohonnya banyak, sedangkan
orangnya terbatas, jadi satu orang kebagian menanam 3 sampai 6 pohon. Pohon yang kami tanam, salah satunya adalah pohon rasamala.
Di tempat ini, dalam enam tahun belakangan, ada 38 hektar area yang berhasil ditanami dengan pohon endemic, hasil dari adopsi sekitar 1000 orang. Adopsi pohon ini sejak awal memang dimaksudkan untuk merehabilitasi areal taman nasional yang terlanjur menjadi kebun sayur.
Di tempat ini, dalam enam tahun belakangan, ada 38 hektar area yang berhasil ditanami dengan pohon endemic, hasil dari adopsi sekitar 1000 orang. Adopsi pohon ini sejak awal memang dimaksudkan untuk merehabilitasi areal taman nasional yang terlanjur menjadi kebun sayur.
Ya, dulu, area tempat kami menanam pohon ini adalah areal pertanian lho, tempat petani menaruh harapan akan bibit-bibit sayurnya. Namun, karena ini masuk area Taman Nasional, maka hal itu tak diperbolehkan lagi. Sebagai taman nasional, maka seharusnya areal tersebut dipenuhi aneka ragam tanaman sehingga menjadi hutan primer. Bumi pun jadi terjaga.
Petani-petani yang sudah puluhan tahun bertanam di kawasan tinggi itu pun harus rela turun gunung, dan menutup lahannya. Karena, jika lahan tersebut tetap dijadikan areal pertanian, maka ia tak mampu menahan bobot air. Hutan pun jadi tandus. Kini beberapa dari petani-petani itu, bertani dengan menanam tanaman organik. Hasilnya, ya itu tadi, sayur sayur yang kami beli untuk oleh-oleh pulang ke Jakarta.
Nah,
jika petani saja rela berkorban dan rela kehilangan lahannya demi
kelestarian bumi, mengapa kami tidak meneruskan perjuangan mereka dengan
ikut menanam pohon dan mengenal tempat ini lebih dekat..?
pertanian warga |
Usai menanam pohon, kami melanjutkan perjalanan untuk masuk ke hutan. Wow, siapa bilang hutan itu seram..? Gak lah, justru adem, dan bisa bertemu dengan pepohonan dan bunga cantik yang berkhasiat. Tau gak, dalam hutan ini kami bertemu pohon yang usianya sudah 200-250 tahun, lho.
Namanya pohon Ki Hujan. Ini adalah salah satu pohon endemik yang paling tua di hutan Sarongge. Saking besarnya diameter pohon, diperlukan 10 orang dewasa untuk memeluknya.
Kami pun membuktikannya, seperti gambar di bawah ini...
Kalau kawasan ini tak dikawal, bisa saja ada tangan-tangan iseng yang membabatnya. Untunglah teman-teman dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango selalu memantau kawasan ini, sehingga hutannya masih tetap terjaga. Ah, kangen dengan kanopi yang lebat, jejak kaki hewan, daun-daun kering berserakan, suara-suara jangkrik, dan libasan kadal yang bersembunyi. Semua itu cuma ada di dalam hutan.
Semakin ke dalam, semakin terasa oksigen yang luar biasa dan udara yang bersih. Saya baru menyadari, kenapa hutan disebut sebagai paru-paru dunia, ya, karena oksigennya yang begitu berlimpah. Tak heran, bagi yang suka menebang hutan, akan dihujat dan di cegah habis-habisan, karena sama saja dengan mematikan kehidupan alam, hewan dan manusia.
Namun sayang, sekitar 50 meter menjelajah hutan, kami menemukan beberapa sampah, seperti plastik mi kemasan, du..du..du...masih ada yang buang sampah di dalam hutan. Kata Pemandu kami, itu adalah sampah orang-orang yang berburu, jadi mereka masaknya di dalam hutan. Nah, karena gak mau hutan jadi kotor, kami punguti lho sampahnya, biar hutannya bersih. Karena kami merasa ikut memiliki.
Semakin ke dalam, semakin terasa oksigen yang luar biasa dan udara yang bersih. Saya baru menyadari, kenapa hutan disebut sebagai paru-paru dunia, ya, karena oksigennya yang begitu berlimpah. Tak heran, bagi yang suka menebang hutan, akan dihujat dan di cegah habis-habisan, karena sama saja dengan mematikan kehidupan alam, hewan dan manusia.
Namun sayang, sekitar 50 meter menjelajah hutan, kami menemukan beberapa sampah, seperti plastik mi kemasan, du..du..du...masih ada yang buang sampah di dalam hutan. Kata Pemandu kami, itu adalah sampah orang-orang yang berburu, jadi mereka masaknya di dalam hutan. Nah, karena gak mau hutan jadi kotor, kami punguti lho sampahnya, biar hutannya bersih. Karena kami merasa ikut memiliki.
Saat keluar dari hutan, kabut menyambut... |
Semakin sering kami kesini, semakin erat hubungan dengan warga Sarongge. Kami bisa ngobrol dengan warga saat mengunjungi saung tempat warga berkumpul. Saung ini sering mengadakan kegiatan. Dari rembug warga, talkshow bersama pejabat daerah, dan pelatihan ketrampilan warga. Hasil pelatihan itu, dipajangkan atau dijual di saung. Salah satu bentuk kerajinaan itu, misalnya kerajinan tangan membuat bros dari kain perca, celengan dan asbak dari batok kelapa, tas dari bekas plastik kemasan, bunga dari bekas botol plastik dan sebagainya.
Saat kesana sekitar 4 bulan lalu, sebelum kembali ke Jakarta, kami mampir ke saung dan ikut membantu ibu ibu sarongge menganyam plastik bekas kemasan untuk dijadikan tas dan tikar. Ternyata susah bro menganyam itu, hihihi..
Ya, tempat ini bukan hanya sekedar untuk jalan-jalan semata, tapi ada unsur edukasi, pertemanan dengan warga dan petani, mengenal alam lebih dekat dan ada rasa ikut memiliki. Ada rasa di mana bumi di pijak, di situ langit dijunjung.
Tumbuh rasa menghargai, menghormati, mencintai dan memiliki ketika berada di kawasan yang bukan tempat kita tinggal. So, mensupport apa yang dilakukan oleh warga setempat, dan ikut membantu menggerakkan perekonomian mereka, di situ lah rasa bahagia menggeliat...
------------
“Nah, ini sayurnya sudah datang. Wah, segarnya,” celetuk salah satu rombongan kami.
Usai membayar sayur segar yang diwadahi dengan anyaman bambu itu, kami pulang kembali ke Jakarta dengan membawa hasil bumi dari Sarongge. Suatu saat nanti, jika kami kembali lagi ke tempat ini, mudah-mudahan pohon yang kami tanam sudah semakin meninggi. Dan InsyaAlloh, kami akan menanam pohon lagi, karena bumi Sarongge adalah bumi kami, juga bumi Anda.
Saat turun dari Gunung Gede Pangarango... |
ikut melestarikan alam ya mbak, seomga tidak di rusak olehtangan-tangan jahil
ReplyDeleteYoi mbak..segarnya main di alam sekaligus melestarikan alam..:))
DeleteGilaakkk! Asyik banget nih acaranya :D
ReplyDeleteYoi...capeknya menaiki bukit, terbayar....hehehe ;)
DeletePohonnya gede banget haaaa
ReplyDeleteSemakin gede semakin tua, dan semakin kudu dijaga :)
Deleteseru acaranya ya mbak eka he
ReplyDeleteyoi...seru dan dingiiinn...hehehe...
Deleteliat fotonya aja ikutan kedinginan mba, kebayang segernya udara gunung pangrango....
ReplyDeletebeuw,,,dingiiin banget mbak, tapi iya.. segar dan alami banget....
Deleteembunnya masih tebal, pasti digin banget disana
ReplyDeleteyoih....dingin beud..beud....
Deletewiiihh... itu kabutnya... suka di tempat begini, enaknya pake selimut terus hihi
ReplyDeletehahaha, iya betul...pake selimut dan tiduuurrr..nyenyak tentunya, hehehe
Deletewiiiih seru banget ya mba acara nya :) aku baru denger loh mba nama tempat wisata nya ternyata deket ya di cianjur kok aku gak tahu sih kan sama di jawa barat :D yaaah ketinggalan jaman banget ya aku hihihihihi
ReplyDeleteNah, hayo,,kalo gitu sambangin gih Saronggenya, hehehe... asik, lho..:)))
Deletenanti deh mba kalo ke cianjur mampir ke sana insya alloh hehehe
Deletesampe saiki saya belom pernah kemping ke gunung
ReplyDeletepaling sering lewat gunung agung sama gunung sahari :)
he he he
eh ya, foto yang pertanian kol sama bawang keren mbak, miring2 gitu
Aku juga kemping di kaki gunung, itu aja ngos-ngosan bingit, hehehe....
DeletePertaniannya emeng miring, jadi fotonya juga mrirng, hehehe
Yuk, kapan-kapan kita ke gunung agung, #eh..
seru ya kemping gitu ,, mau jugaa .. seneng kemping daripada naik gunung :D
ReplyDeletehayuk....klita kemping barneg, hehehe
DeleteWah seru ya, alamnya bersahabat sekali dengan kita, asik sekali
ReplyDeleteyoi...alam yang adem dan hijau...,meski dingiiiinn...hehehe
Deletewah ada cara nanam pohon segala seru tuh
ReplyDeletehoo.oh..untuk investasi bumi...:))
DeleteWah wah wah... Kegiatan yg sangat menyenangkan. Rekreasi sambil beramal
ReplyDeleteyooi..hadiah jalan jalan ini plus plus deh, hehehe
Deletembak alamnya kok keren banget, jada mau kesana saya mbak, belum lagi makanannya enak juga :((. aaahhh kerasa sampe sini sejuknya alam sana
ReplyDeleteTau aja kalau makannnya enak, hehhe...makananya di masak oleh ibu-ibu sarongge juga, masakan ndeso, tapi lezat maknyus...:;)))
Deleteternyata tulisannya SARONGGE, sepintas saya membacanya SINGAPORE. hehehehehe
ReplyDeletegara gara silap mata, jadi ngebuka artikel ya mas...hehehe
Deleteindah banget, masih banyak kabutnya....
ReplyDeleteho oh..;)))
Deleteiya, sayang banget kalau tempat seindah itu maish ada aja yang coba untuk gak jaga kebersihan. Semoga semakin banyak yang peduli seperti ini, ya :)
ReplyDeleteAsri banget alamnya..walaupun saat naik ke atas untuk camping dan masuk hutan, ngos-ngosan habes, karena daku jarang olahraganya, hahaha
DeleteAh, aku baru tahu tentang kegiatan nanam pohon dan kegiatan lainnya di Sarongge. Bahkan nama ini aku juga baru dengar, Betapa kudetnya aku... hiks. Mauuuu diajak nanam pohon dan ke sini, mbaaak.
ReplyDeleteHalah, kalau mbak Dona kudutnya cuma di bbrp tempat doang, tapi sdh banyak sekali uddatenya di tempat lain, hehehe.
DeleteMari, kapan kita ke Sarongge mbak..? hehehe...
wuiiihh... enak banget sepertinya kalau punya rumah di Sarongge ini ya, badan sehat karena lingkungan sehat, jiwa pun sehat karena disuguhkan pemandangan yang keren :)
ReplyDelete