Lebaran
tahun ini, saya bertemu dengan Harley
Davidson
dan Sasando....
Eits....,
apa ada yang kurang familiar dengan kedua istilah di atas...??
Baiklah,
sebelum saya cerita lebih jauh tentang hubungan dua benda cantik dan
keren ini, mari kita kulik sama-sama yuk di mbah google tentang keduanya, hehehe ….
Berdasar petualangan browsing, Harley-Davidson,
adalah merk sepeda motor besar yang tangguh nan jantan asal Amerika Serikat yang
didirikan oleh William
Harley
dan Arthur
Davidson.
Jadi, Harley Davidson itu, adalah gabungan dari dua nama pendirinya,
toh...
Tahun
1903, mereka mendirikan Perusahaan Sepeda Motor dengan nama
Harley-Davidson Motor Company.
Kini, tak hanya Publik Amerika yang kenal dengan merk ini, tapi juga kita, warga Indonesia.
Nah,
itulah sekilas info tentang Harley Davidson, yang (biasanya) bentuknya
besar dan khas. Ada banyak lagi jenis/model motor besar ini, tapi yang saya tampilkan di sini, saya pilih yang rada -rada mirip dengan Harley Davidsonnya saya , hehehe...
Kalau
Sasando..?
Nah,
Sasando ini bukan nama makanan atau tempat wisata lho, tapi
nama alat musik tradisional khas pulau Rote, Nusa
tenggara Timur. Di Pulau Rote, istilah Sasando sering
disebut sasandu yang berarti alat yang bergetar atau berbunyi. Cara
memainkan alat musik ini dengan dipetik.
Konon,
Sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad
ke-7. Sekilas bentuk sasando mirip alat musik petik lainnya, seperti
gitar, biola, dan kecapi. Namun, uniknya Sasando memiliki
bunyi merdu khas yang berbeda.
Sasando
terbuat dari daun lontar dan bambu. Sedangkan dawainya terbuat
dari kawat halus seperti senar string.
Miniatur Sasando ukuran sedang |
Trus,
apa hubungan antara keduanya..?
Ni
dia nih, gara-gara pulkam kemarin, kakak ipar saya berberes rumah dan
menemukan kardus kecil yang masih tertutup rapat dengan lakban dan
terikat rapi dengan tali rapia. Ia tahu, kalau itu adalah barang
kepunyaan saya, yang saya titipkan beberapa tahun lalu...
Nah,
karena kardusnya diletakkan di bawah meja, jadi, sering
terinjak-injak. Akhirnya ia menyodorkan kardus itu pada saya, dan
disuruh dibuka. Dia juga penasaran apa isinya. Saya sendiri malah
sudah lupa, apa sih yang tersembunyi di dalam kardus imut itu..??
So,
di hari ke 5 Idul Fitri, aksi bongkar-bongkar pun terjadi.
Setelah
kardus dibuka, ulalala..... rupanya isinya adalah miniatur motor gede
yang bentuknya mirip dengan model Harley Davidson, terbuat dari
kayu. Selain motor, ada juga terselip 4 miniatur Sasando didalamnya.
Keduanya, saya beli sekitar 7 tahunan lalu, saat liputan di dua
daerah di Indonesia yang berbeda, saat masih aktif jadi wartawan dulu.
My Harley Davidson... Antik dan unik... |
Motor kayu yang saya sebut sebagai Harley
Davidson ini, saya beli di daerah Bandung, di Toko Old & New. Dua kali
saya bolak balik ke toko yang menjajakan barang baru maupun bekas
itu. Setiap masuk ke dalamnya, mata saya selalu tertuju pada motor
keren ini. Hari pertama melihatnya, saya masih bisa manahan nafsu
untuk tak merampasnya dari etalase pajangan.
Eh, hari kedua, iman saya mulai meleleh, gak kuat menahan kegagahan dan bentuk body motornya yang bahenol namun gagah itu. Yah, akhirnya saya beli, deh. Masih murah lho harganya kala itu, cuma Rp. 67.000. Masih nyantol tuh kertas harganya di body motornya, hehehe. Tapi, kalau sekarang, walah... sudah di atas seratus ribu kali ya.
Eh, hari kedua, iman saya mulai meleleh, gak kuat menahan kegagahan dan bentuk body motornya yang bahenol namun gagah itu. Yah, akhirnya saya beli, deh. Masih murah lho harganya kala itu, cuma Rp. 67.000. Masih nyantol tuh kertas harganya di body motornya, hehehe. Tapi, kalau sekarang, walah... sudah di atas seratus ribu kali ya.
Sedangkan,
Sasando, saya beli di Kupang, NTT, juga ketika sedang bertugas
liputan di sana. Saya membeli yang berukuran sedang dan kecil. Satu
ukuran sedang dihargai Rp. 50.000, saya beli satu buah. Sedangkan
ukuran kecil, harganya Rp.15.000, saya bungkus 3 buah. Sasando yang
kecil ini, maksudnya, mau dibagikan ke temen-temen sih. Cuma...., ya itu
tadi, kelamaan dalam kardus, jadi kelupaan deh. Yo weslah, mending
semuanya saya taruh di dalam lemari hias sederhana di rumah kakak
saya. Kebetulan setiap pulkam, saya menginap di rumah beliau.
Sasando ukuran sedang dan kecil |
Sasando yang saya beli ini, tentu gak bisa dong dipakai unuk bermain musik, karena ini cuma miniatur atau pajangan saja. Alat petik/talinya pun sudah mulai mengendor dan mengat-mengot, hihiih.... Yah, namanya juga hiasan... :)
Oh
ya, kok bisa dua benda itu saya bawa ke kampung..??.
Salah
satu alasannya, karena kamar kos saya di Jakarta ini, ruangnya
terbatas dan hampir penuh oleh barang-barang berharga maupun
barang tidak berharga, hasil hadiah menang kuis, lomba, dan goody
bag dari mengikuti berbagai acara. Jadi, daripada numpuk di kamar,
mending beberapa diantaranya, ya saya bawa ke kampung. Maksudnya ya,
buat dipajang gitu di lemari hias, biar bisa terlihat indah,
hahaha...
Akhirnya..kecapaian
juga, meski harus menunggu tujuh tahun lamanya, barulah dua benda keren
itu bisa dipajang di lemari.
Nah, sasandonya sudah mejeng di lemari |
Harley Davidsonnya juga dah betah di lemari |
Ih,
jadi kepengen liputan lagi kemanaaa gitu ya, supaya bisa beli
oleh-oleh benda-benda unik dan cantik, khas suatu daerah. Dengannya,
bisa menambah wawasan, sekaligus menjadi pajangan rumah yang antik. Tapi sekarang pekerjaan saya menuntut untuk sering berada di dalam kantor.
Ah, jadi pengen mainin sasando, sambil naik Harley Davidson, ih, keren kali ya..
Ah, jadi pengen mainin sasando, sambil naik Harley Davidson, ih, keren kali ya..
Kalaiu enggak salah, Sasando Rote itu yang ada di gambar uang kertas pecahan Rp5 ribu, ya?
ReplyDeleteYup, betul Mas Lutfi... Sasando ini ada di gambar uang kertas pecahan lima ribuan. Tapi, uang kertas edisi jadul, bukan yg sekarang, hehehe. Wah, mas Lutfi teliti sekali nih, masih mengingatnya, hehehe
DeleteKalau uang yang sekarang saya malah belum tahu, soalnya sudah lima tahun ini saya tinggal di negara orang, he-he.
DeleteO iya, kamu nun jauh di Yaman sana, ya, hehehe. Kalau warna uang kertas limaribuan yg sekarang sih, kurang lebih sama aja dg yg jadul, cuma gambar yg ada dihelai kertasnya aja yg berbeda. :)
DeleteIya, Mbak. Doakan semoga bisa cepat pulang dan menyentuh uang rupiah, he-he.
DeleteAmin...rupiah juga kangen kok sama kamu, krn dah lama gak kamu pegang, hehehe
Deleteemang enak bingits ya mba, bisa jalan2... bikin liputan... :-)
ReplyDeleteTentunya mbak...hehehe...kerja nyambi jalan-jalan itu wajib dinikmati, hehehe..
Delete