Pernah marah dan kesal sama hasil pengumuman kuis yang diselenggarakan oleh jejaring sosial sebuah brand?
Kenapa
kesal.?
- Trus, kalau kuis atau lombanya berbentuk foto, peserta lain yang gak menang sering juga heran kenapa kok foto begitu bisa dimenangin? Padahal biasa saja... “Bagusan juga foto gue”!, biasanya kita suka nyolot gitu, ya? hehehe...
Banyak
alasan lain lagi yang sering bikin kita kesal.
- Merasa paling pertama atau cepat ngirim jawaban dibanding peserta lain, dengan hashtag yang ditentukan di akun twitter, jadi mudah terlacak siapa yang duluan ngirim jawaban.
- Merasa paling banyak kirim jawaban lewat tweet yang dimention ke akun penyelenggara kuis.
- Merasa sudah kreatif bikin foto secantik dan sekeratif mungkin, banyak pula.. Eh, tapi tetep aja gak menang, hahaha....
- Atau, yang lucu lagi, sering melimpahkan kekesalan sama panitianya, karena sudah berkali-kali ikut kuis atau lomba tertentu, pada brand yang sama, tapi gak pernah dimenangin juga, hahaha...
Emang
sih, hal hal itu bikin si ratu dan raja kuis dongkol.
Tapi,
kita juga gak boleh egois....percayalah, bro, ada banyak alasan
kenapa seseorang itu dipilih layak menjadi pemenang atau tidak oleh
tim penilai atau panitia dalam suatu ajang perlombaan atau dunia
perkuisan.
Mungkin
mereka melihat dari jawaban yang dianggap paling menarik dan
menyentuh, sehingga menguras emosi tuk dibaca #lebay, wkkwkw......
Bisa
juga kerena pesertanya dinilai aktif meretweet info lomba tersebut
tanpa disuruh . Atau karena banyak memention temen-temannya, dan
sebagainya.
Ya...kita
gak tau pasti apa pertimbangan si empunya hajat tuk menentukan
seorang pemenang. Begitu juga dengan urutan sang juara satu, dua atau
ketiga. Kadang, ada beberapa brand yang cuma memilih satu pemenang
doang, setiap kali mengadakan kuis. Itu juga hak dan wewenang si
penyelenggara lomba, wong yang punya biaya, waktu dan produk adalah
mereka, kok. Jadi, ya suka suka mereka dong tuk bikin peraturannya,
kan..? Hehehe....
Terkait
hal ini, saya pun pernah berada diposisi si penyelenggara lomba/kuis.
Beberapa waktu lalu, perusahaan tempat saya berkarir *uhuuuk*
mengadakan kuis dalam bentuk pertanyaan melalui akun twitter kantor.
Karena pada jam kuis tersebut saya yang memegang programnya,
otomatis, saya juga yang berhak menentukan siapa pemenangnya.
Dari
jawaban yang beragam dan oke-oke, menurut saya, tentu bukanlah hal
mudah untuk menentukan siapa pemenangnya. Namun, saya punya
pertimbangan dan penilaian sendiri tuk menentukan kriteria pemenang.
Bukan
yang menjawab tercepat, atau yang rajin meretweet info kuis, atau
juga yang paling banyak mengirim jawaban. Bukan itu! Lantas, faktor
apakah yang saya terapkan tuk memilih sang juara yang berhak atas
hadiah menarik dari perusahaan kami?
Aha...itu
rahasia saya, bro. Saya gak mungkin membeberkannya. Yang pasti, ada
penilaian tertentu atau sisi lain yang saya lihat dari si peserta
yang menjadi follower akun twitter perusahaan tempat saya bekerja.
- Bukan karena faktor kedekatan, kenal atau tidak kenal, misalnya. Wong banyak, kok, teman-teman saya yang ikutan kuis tersebut, tapi gak saya pilih untuk dimenangin, tuh. Toh, mereka juga gak tau kan, kalau saya yang saat itu bertugas tuk menentukan pemenang, hihihi. Jadi, gak perlu ada rasa gak enakan, atau apa terhadap mereka.
- Bukan pula karena sipesertanya cantik atau ganteng. Biasakan foto suka menipu. Lagian kenal juga kagak, hehehe...
- Bukan karena keaktifan mereka memention atau meretweet. Kalau jawabannya gak benar, gak menarik atau gak nyangkut dihati kita, ya gak akan dimenangin juga., hohoho
- Bukan juga karena ia sudah lama malang melintang didunia pertwitteran, yang terlihat dari jumlah tweet dan followernya.
Jadi
apa dong, kakak.? Ssssttttt...tetap rahasia, ya....hihihihhi... *bikin orang
penasaran itu asyik, lo*
Dan
seperti biasa,....
Setiap kali
pengumuman pemenang dipublish, maka akan berdatanganlah mention
keluhan dan kesedihan dari para peserta yang gak terpilih. Syukurlah
cuma mengirim kata-kata kesedihan saja, gak pake nyolot atau
ngata-ngatain dengan kata-kata yang gak sopan.
Tapi,
eits..bukan bearti saya tak pernah menerima mention dengan kata-kata
yang mengganggu, pasca pengumuman pemenang. Ya, saya tahu, mereka
protes dan sedikit “stres” gegara nama mereka gak disebut sebagai
orang yang beruntung untuk mendapatkan hadiah yang telah kami janjikan.
Mungkin saja mereka berharap banyak sama tuh hadiah. Jadi ketika tahu
kalah, ya langsung ngedown habesss...dan pelampiasannya, ya, gitu
deh, menyerang dengan kata-kata protes, seolah-olah merasa jawaban
mereka paling bagus saja.
- Ada yang nyolot, merasa udah paling duluan atau paling cepat memberikan jawaban dibanding sang pemenang, dengan jawaban yang serupa. Padahal, saya gak ngerasa pernah ngetweet kalau pemenangnya akan diambil dari siapa yang bisa jawab duluan, yak.?
- Ada juga yang protes, karena merasa jawaban si pemenang gak masuk akal, dan sebagaianya. Loh, yang gak masuk akal itu kan bagi dia, bagi orang lain mungkin jawabannya wajar-wajar saja. Untuk dua hal ini, selagi saya bisa menjawab dan menjelaskan, ya, akan saya berikan pengertian
- Eh, ada juga yang gak menguasai persoalan atau pertanyaan, sehingga jawabannya ngaco,.. udah gitu protesnya kenceng lagi, ketika tahu gak menang.
- Bahkan, karena ketidakpuasan itu, ada yang sampai mengunfollow akun twitter kantor saya, dengan bangganya pamer kalimat unfollow sambil memention akun twitter kami, gegara mereka kesal, hahahaha.. Ada-ada saja. Hadiah gak seberapa, tapi ngototnya mereka serasa yang paling benar saja. Du..du...du..
Begitulah.....
So,
ketika saya telah merasakan menjadi panitia atau istilah kerennya
juri kuis/lomba, saya baru bisa merasakan apa yang dirasakan oleh
para admin-admin akun twitter sebuah produk tertentu yang sering
mengadakan kuis. Saya yakin, mereka sering diprotes atau diomelin
oleh followernya karena gak puas dengan hasil pengumuman pemenang.
Ehem...kebetulan
saya juga sering ikut kuis-kuisan atau lomba di banyak brand, melalui
twitter, website atau juga Facebook. Pernah saya mengeluh dan kesal
dengan cara pihak penyelenggara dalam menentukan sang pemenang.
Apalagi kalau orang yang kita jagokan, gak menang pula. Malah,
yang menang justru yang gak diprediksi sama sekali.
Tapi,
untunglah, rasa kesal itu bisa saya tahan. Saya tak pernah protes ke
pihak penyelenggara. Karena, apapun itu saya tetap menghargai
keputusan mereka. Karena saya thau, pasti ada alasan-alasan tertentu
hingga mereka bisa memilih sebuah nama yang dianggap layak untuk
menjadi jawara.
Ya,
orang yang berada di belakang layarlah, yang berhak menentukan
siapakah yang akan jadi pemenang. Saya yakin, mereka tak akan salah
pilih, karena ada pertimbangan atas sesuatu hal yang menjadi
visi-misi perusahaan mereka. Dan sialnya, kita tidak tahu..apakah
sesuatu hal itu.? Seperti yang saya jelaskan di atas tadi, ada banyak
pertimbangan ini-itu akan dilihat panitia/juri, sebelum memutuskan
pemenangnya.
Jadi, kalau sering gak menang, mungkin kita bisa belajar
dari cara jawaban-jawaban pemenang atau peserta yang sering menang.
Supaya sedikit banyaknya kita tahu selera jurinya seperti apa. Itu pun,
belum jaminan juga kalau bakal menang. Karena, tak menutup
kemungkinan akan ada orang yang berbeda lagi yang akan menjadi
jurinya, meski dalam satu akun twitter/ FB sebuah produk yang sama.
Kalau udah begitu, maka, ketentuan pilihan pun akan berbeda pula.
Sudahlah,
gak usah terlalu dipusingin, namanya juga untung-untungan. Gak menang
kuis, gak rugi, kan..? Emang pake bayar untuk ikutan kuisnya? Nggak,
kan? Yo, wes... Lagian, rezeki gak bakal ketuker, kok. Kalau merasa
ketuker, bearti itu bukan karena kesalahan Tuhan, tapi mungkin ada
kecurangan manusia.
So,
kesal gak menang kuis..? Ah, jangan marah dulu....
No comments
Hai,
Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..