Udara
Dingin
Sementara, pada bagian tangan, khususnya jemari saya, tiba-tiba tak ada tenaga sama sekali ketika harus memegang suatu benda. Misalnya, ketika mau mencolok kabel listrik ke tempatnya, telapak tangan saya gak bisa mendorong colokan itu secara kuat, agar berada diposisi yang pas. Tak ada tenaga.
Hal tersebut terjadi, ketika saya ditugaskan ke pulau Babel, 5 tahun yang lalu. Daerah tersebut memang dikepung pantai. Jadi, wajar kalau tingkat kedingannnya lebih menohok. Bertolak belakang dengan kondisi tubuh saya yang sejak kecil biasa berada di kawasan yang cuacanya panas membara cetar membahana.
Dan kini, setelah memasuki musim penghujan, yang mendekati puncaknya pula (dari akhir 2013 hingga awal 2014) udaranya jadi dingin dong ya akibat curah hujan yang rutin, maka, hal yang sama ketika saya di pulau Babel itu, hampir terulang kembali. Gejalanya sudah terlihat dan terasa. Jemari dan telapak tangan saya mulai ngilu-ngilu, pun dengan kaki dan paha yang mulai merengek. Haduuh...Jangan macem-macem kalau saya nekad mo mandi malem.
Btw, sebenarnya saya juga kurang ngerti, apakah gejala yang saya alami ini termasuk rematik atau tidak. Karena, setelah saya telusuri, ciri-ciri orang yang terkena rematik adalah adanya gangguan sendi yang bersifat menetap, nyeri ketika melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan, duduk, berdiri, dan masih banyak lagi. Nah, sementara, nyeri pada sendi saya tidaklah menetap. hanya muncul ketika cuaca dingin saja. Tapi, saya tetap was-was, takutnya termasuk gejala rematik.. Duh...
Apapun itu, .....Oh, dear, ternyata saya sensi terhadap yang dingin-dingin. Dari mulai alergi es, hingga udara dingin. Ehm, sepertinya saya harus mencari kehangatan, nih. Salah satunya dengan duduk atau tidur di sebelah kompor, supaya badan saya hangat terus, haahaha......... Padahal, kamar saya bersebelahan dengan dapur, lho. Trus, apa hubungannya?
Alkohol
Kulit
wajah dan tubuh saya, langsung merah merona, lantas berubah merah
membara seperti bekas kerokan, ketika terkena percikan, semprotan
atau usapan air yang mengandung alkohol. Seperti penyegar wajah, roll
on, parfum, splash cologne dan sejenisnya. Mau parfum murahan atau
yang harganya nendang, gak ngaruh, bro! Semuanya akan meninggalkan
“bercak” merah, kulitpun terasa perih.
Kenapa
demikian? Karena alkohol mengandung zat ethanol yang bisa membuatkulit menjadi kering, karena sifatnya yang mudah menguap. Pada jenis
kulit kering, kalau menggunakan kosmetik beralkohol, maka kulit akan
bertambah kering. Selain itu, bisa juga menimbulkan reaksi alergi dan
iritasi.
Iritasi bisa terjadi pada semua orang, terutama bila kadar
ethanol dalam kosmetik tinggi sekali. Sedangkan alergi terjadi hanya
pada orang yang berkulit sensitif sehingga reaksi bisa berlebihan.
Penggunaannya pada kulit berminyakpun mesti diperhatikan sekali
karena bisa juga menimbulkan iritasi. Nah, itu dia alasannya. Kulit
saya mengalami keduanya-duanya. Ya alergi, ya juga iritasi. Klop!
Haduh,
gak heran, kalau saya konsultasi ke dokter kulit untuk mengobati
jerawat, biasanya dikasih obat salep atau krim, tuh. Dan, wajah
sayapun akan langsung terasa perih. Selain memang karena efek dari
obat tersebut, ditambuh pula dengan kondisi wajah saya yang sensi,
jadi, dampaknya berdobel-dobel, ya perih, ya merah, yang gak
tahaaaann rasanya. Duh, mau cantik kok harus melewati siksaan dulu,
ya.....
Kerang-kerangan
Ini
adalah konyelan yang enak. Rasanya beda. Siapa yang gak suka? Selain
digulai untuk lauk makan, bisa dijadikan cemilan dan sate-satean, lo.
Jenis kerang dara apalagi, itu adalah favorit saya untuk jenis
kerang-kerangan. Namun, setiap saya memakan kerang, khususnya kerang
ijo, walaupun cuma sedikit, perut saya, langsung ngajak berdisco. Gak sampai
satu jam itu kerang berada didalam perut, gejala gak enak perut dan
badan langsung muncul, dan berujung pada muntah yang banyak. Semua
isi perut yang saya makan bersamaan dengan si kerang, keluar dah.
Ketika
itu, saya pikir, mungkin saja kerang ijo yang saya beli di warteg
sebelah kos-kosan, kurang bersih kali ya atau kondisinya sudah lama
dan gak bagus lagi, jadi perut saya langsung bereaksi. Tapi,
ternyata, ketika dilain waktu saya mencoba memakan kerang ijo lagi,
reaksi yang samapun muncul. Padahal, kala itu hanya 2-3 bongkah saja yang saya lumat. Namun, sudah berhasil membuat perut saya mengeluarkan segala isinya.
Haduhhh.. baru ngeh kalau saya alergi atau gak kuat sama ni kerang.
Anehnya, kalau kerang dara yang saya konsumsi, bahkan dalam porsi
banyak sekalipun, Alhamdullilah, saya tidak muntah. Sesuatu banget
deh, hehehe...
Nah,
baru-baru ini, terjadi lagi hal serupa. Bukan kerang ijo yang saya
konsumsi, tapi tutut. Tau tutut? Ini bukan kerang sih, tapi sejenis
keong kecil. Bentuknya seperti bekicot gitulah ya, tapi ukurannya
imut. Cara memakannya asyik banget lo, dihisap-hisap atau dicongkel sama tusuk gigi. Saya membeli tutut yang
digulai santan ini, ketika ada pasar malam di dekat rumah saya. Kalau
gak begitu, jarang sekali menemukan makanan ini.
Nah,
setelah 1-2 jam si tutut ini masuk kedalam mulut saya, gejala mual
dan tak enak perut menggerayangi saya. Setelah ditahan-tahan, akhirnya
sekitar jam 2 dini hari, bom yang bernama muntahpun terjadi. (Saya makan
si tutut jam 9-10 malam) Memang sih saya kebanyakan belinya, dua
porsi cuy, saking enaknya, hehehhe..
Setelah
saya cari tau, kenapa bisa muntah kalau memakan hidangan enak ini
(kerang dan tutut) Ow, rupanya ada racun atau kandungan zat yang membahayakan
didalam tubuh mereka.
Menurut para ahli, kerang merupakan hewan yang memperoleh makanannya mirip seperti penyedot debu. Ia, akan menyantap/menyedot apa saja yang ada didekatnya tanpa adanya filter untuk memilah apakah makanan yang disedotnya itu mengandung zat berbahaya atau tidak.
Parahnya lagi, kebanyakan sumber kerang yang ada
di sekitar Jakarta berasal dari Teluk Jakarta. Nah, teluk ini merupakan sumber penampungan sampah, limbah industri dan
berbagai kotoran manusia, bercampur menjadi satu. Weidiiihhh.!
Beberapa hasil penelitian menunjukan logam berat yang mencemari Teluk Jakarta di antaranya merkuri dan arsen. Kandungan logam berat di perairan utara Jakarta antara 1, 8 sampai 2 persen. Padahal ambang batasnya hanya 0,5 persen.
Beberapa hasil penelitian menunjukan logam berat yang mencemari Teluk Jakarta di antaranya merkuri dan arsen. Kandungan logam berat di perairan utara Jakarta antara 1, 8 sampai 2 persen. Padahal ambang batasnya hanya 0,5 persen.
Dan
kerang, menyedot apapun yang ada di sekelilingnya sebagai bahan
makanan utamanya. Maka secara otomatis limbah industri termasuk logam
berat, kotoran manusia, dan lainnya sangat berpotensi tersedot masuk
ke dalam tubuh kerang. Namun,
zat-zat kimia berat tersebut tidak membahayakan tubuh kerang.
Sebaliknya, manusia yang menyantap kerang tersebut, membahayakan
kesehatan. So,
Semakin banyak mengonsumsi kerang, maka potensi tubuh Anda
terkontaminasi oleh beragam zat berbahaya yang terkandung dalam tubuh
kerang semakin besar.
Tak hanya itu, sebelum
dijual, kerang hijau hasil tangkapan dikumpulkan dan dikupas dari
cangkangnya. Agar terlihat menarik, kerang hijau yang sudah tercemarlogam berat ini masih diberi zat pewarna, dan juga diberi tawas untuk membersihkan maupun sebagai
pengawet. Nah, Tawas merupakan zat kimia yang bersifat sintetis dan jika
dikonsumsi dapat menyebabkan pengeroposan tulang dan memicu
kanker.
Jika seseorang terkena racun ini maka gejala yang akan dirasakan mengalami mual, muntah, nyeri pada sendi, vertigo, dan juga menggigil seperti orang yang terserang gejala flu.
Owalah,...... Inilah yang saya rasakan.
Pantesan saya muntah, rupanya saya memakan racun......Hiksss........
Begitu
juga dengan tutut. Walau bukan sejenis kerang, tapi hidupnya juga
dilumpur, rawa, dan sungai kotor yang makanannya tentu tak jauh dari
limbah, sampah dan kotoran manusia. Apalagi, jika hidupnya di sungai
yang ada di Jakarta. Ulallala..... Pantesan juga, ketika saya menyedot si
tutut ini, kok kayak masih ada lumpur-lumpurnya, ya. Mungkin saja si
penjualnya tak bersih mengolahnya, sehingga masih banyak kotoran
yang menempel, dan akhirnya membuat saya muntah.
Baiklah-baiklah......lain
kali, saya hanya memakannya sekali-kali saja, meski kandungan
protein keduanya cukup banyak.
Kopi
dan Teh
Eh...., muntah lagi ya.... Kayaknya akrab banget resiko satu ini dengan kondisi tubuh saya.
Ya, perut saya seperti diaduk-aduk dan nyeri sekali, jika bertemu dengan dua minuman ini disaat perut kosong.
Kebetulan saya magh. Jadi, gak boleh sembarangan memasukkan makanan/ minuman ke dalam perut. Masakan pedas gak boleh, asam apalagi. Pun, dengan kopi dan teh yang mengandung kafein, yang bisa menggrogoti magh. Meski begitu, saya tetap mengkonsumsi dua minuman ini. Karena saya cinta mati. Tapi, dengan syarat, perut saya harus berisi dulu, baru saya boleh menikmatinya. Kalau gak, wah isi perut saya akan melonjak keluar melihat dunia dan magh bertambah parah.
Dududu...gara-gara sakit, tubuh saya harus memilah-milah makanan yang cocok atau tidak dalam lambung ini.
Oh.....alergi alergi.......
Alergi itu apa sih?
Nah, ini adalah reaksi menyimpang dari mekanisme pertahanan tubuh
terhadap zat/bahan yang secara normal tidak berbahaya bagi tubuh, dan
melibatkan sistem kekebalan tubuh terutama antibodi imunoglobulin E
(IgE).
Untuk
mengetahui kemungkinan adanya reaksi alergi di dalam tubuh seseorang
dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar IgE di dalam darah.
Seseorang dengan kadar IgE yang berada pada ambang batas tinggi akan
memiliki kecenderungan mudah mengalami reaksi alergi.
Alergi
terjadi karena pengaruh faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup
tidak sehat. Para ahli menyebut alergi sebagai gangguan imunitas
tubuh akibat kelainan genetika.
Nah..nah..nah...saya mengalami hal ini....
Ya, saya alergi dengan lima hal yang saya sebut 'neraka kecil' diatas. Namun, dibalik semua itu, saya ambil hikmahnya saja, lah ya. Karena, semua orang pasti ada sesuatu hal yang sensitif yang ia tak bisa jika harus begitu atau begini. Anggap saja, ini adalah bagian kesensitifan saya, yang sudah diatur sama Tuhan. Lagipula, alergi yang alami ini, masih bisa saya netralisir dan dihindari, kok. Juga, tak rugi-rugi amat toh kalau saya tak menikmatinya, hehehe...
Kalau anda.... alergi atau sensitif apa..?
Nah..nah..nah...saya mengalami hal ini....
Ya, saya alergi dengan lima hal yang saya sebut 'neraka kecil' diatas. Namun, dibalik semua itu, saya ambil hikmahnya saja, lah ya. Karena, semua orang pasti ada sesuatu hal yang sensitif yang ia tak bisa jika harus begitu atau begini. Anggap saja, ini adalah bagian kesensitifan saya, yang sudah diatur sama Tuhan. Lagipula, alergi yang alami ini, masih bisa saya netralisir dan dihindari, kok. Juga, tak rugi-rugi amat toh kalau saya tak menikmatinya, hehehe...
Kalau anda.... alergi atau sensitif apa..?
Sumber tulisan :
-http://painkillerclinic.wordpress.com/2012/01/23/tidak-semua-nyeri-asam-urat-beda-rematik-dan-asam-urat/
-http://www.deherba.com/mengkonsumsi-kerang-berlebihan-berpotensi-terkena-bahaya-logam-berat.html
-http://news.mnctv.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3504
-http://www.dakwatuna.com/2013/06/12/35046/bolehkah-menggunakan-kosmetik-yang-mengandung-alkohol/#ixzz2kntaxW1v
- http://prodia.co.id/penyakit-dan-diagnosa/alergi
-http://painkillerclinic.wordpress.com/2012/01/23/tidak-semua-nyeri-asam-urat-beda-rematik-dan-asam-urat/
-http://www.deherba.com/mengkonsumsi-kerang-berlebihan-berpotensi-terkena-bahaya-logam-berat.html
-http://news.mnctv.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3504
-http://www.dakwatuna.com/2013/06/12/35046/bolehkah-menggunakan-kosmetik-yang-mengandung-alkohol/#ixzz2kntaxW1v
- http://prodia.co.id/penyakit-dan-diagnosa/alergi
Awesome information..
ReplyDeleteKeep writing and giving us an amazing information like this..
Awesome information..
ReplyDeleteKeep writing and giving us an amazing information like this..