Mengajar murid SD, sudah dilakukannya
sejak menamatkan pendidikan sekolah guru, ketika usianya masih
belia. Memang itulah hal yang ia inginkan. Walau harus bergelut dengan keringat dan perjuangan. Ya, ketika sekolah dulu, ia mencari uang sendiri,
ditengah kondisi ekonomi keluarganya yang tak mumpuni, demi
menamatkan pendididikan yang ia inginkan. Perjuangannya tak sia-sia,
ia berhasil menjadi tenaga pengajar di salah satu sekolah dasar, di
kabupaten tempat ia tinggal.
Dari
sekolah ke sekolah ia berpindah tempat mengajar, namun jiwanya tak
pernah selingkuh dari bakatnya. Ia tetap menjadi guru. Beragam mata
pelajaran, pernah ia ajarkan kepada muridnya-muridnya.
Santai dengan seragam gurunya |
Karena ketekunan dan keseriusannya, maka tahun '86 lalu, ia dipercaya tuk menjadi kepala sekolah di sebuah sekolah dasar di daerah
perkotaan. Meski, tak ditengah kota amat sih, agak kepinggiran dikit,
hehehe.. Sayapun menuntut ilmu disekolah yang sama tempat ia mengajar, tempat
ia menjadi pemimpin bagi guru-guru yang ada di SD tersebut. Sesekali,
ia masuk kekelas saya tuk menggantikan guru yang sedang berhalangan
hadir. Agak canggung rasanya ketika saya harus menjadi muridnya. Karena,
saya sangat mengenal sosoknya lebih dalam, dibanding dengan murid-murid yang lain.
Namun, ya harus saya hadapi. Tak mungkin saya menolak ketika beliau memberikan ilmunya dikelas tempat saya duduk belajar.
Namun, ya harus saya hadapi. Tak mungkin saya menolak ketika beliau memberikan ilmunya dikelas tempat saya duduk belajar.
Hingga
saya menamatkan pendidikan di sekolah tersebut selama enam tahun, ia
masih mengajar disana. Ia masih menjadi guru bagi adik adik kelas
saya. Ya, wanita hebat ini, masih setia dengan profesinya. Bahkan, ia
pun melebarkan sayapnya menjadi guru honorer di salah satu SMP yang
tak jauh dari rumahnya, kala sore hari. Duh, sudah menjadi kepala
sekolah dengan gaji yang lumayan, eh, masih pula mengajar disekolah
lain, meski hanya honorer. Seolah ia tak pernah puas dengan apa yang telah dilalui dan dicapainya. Semua itu, ia lakukan demi kecintaannya pada
dunia pendidikan.
Meski sudah banyak makan asam garam, namun wanita tegas ini masih terus ingin belajar agar menjadi seorang guru yang baik. Undangan diklat atau training tentang keguruanpun, tetap ia ikuti. Keinginannya tuk merengkuh ilmu lebih banyak lagi, memang tak pernah padam.
Meski sudah banyak makan asam garam, namun wanita tegas ini masih terus ingin belajar agar menjadi seorang guru yang baik. Undangan diklat atau training tentang keguruanpun, tetap ia ikuti. Keinginannya tuk merengkuh ilmu lebih banyak lagi, memang tak pernah padam.
Ya,
di usianya yang hampir menginjak 50 tahunan, ia masih mengabdi kepada
dunia yang menjadikannya besar dan istimewa. Karena keistimewaannya
itulah, beliau akhirnya mendapat penghargaan tanda jasa, berupa medali emas, dari Presiden
RI (Pak Harto) bersama dengan teman-temannya seprofesinya yang lain,
yang juga sudah mengabdi sebagai guru selama lebih dari 20 tahun.
Bersama teman-teman guru dan muridnya |
Beberapa
keponakannyapun, kini mengikuti jejaknya menjadi seorang pengajar.
Dan sayapun, ketika SMU, sebenarnya ada keinginan tuk menjadi guru.
Tapi karena beberapa alasan, sepertinya saya membatalkan cita-cita
tersebut, hehehe.... maklum kala itu masih Ababil alias ABG
labil..#eh...
Tapi,
eits.... seiring berjalannya waktu, justru saat ini muncul keinginan
saya tuk menjadi dosen, lo. Kayaknya smart banget ya kalau kita bisa
mengajar para orang-orang dewasa. Terlihat lebih prestise dan okeh,
hehehe..#lebay.
Ya,
walaupun saya tinggal satu atap dengannya, dengan seorang guru, namun belum tentu
seratus persen bakatnya bisa menurun ke saya. Tapi, kalau cuma 50
persen, kayaknya ada deh nyangkut disaya, hihihi... makanya muncul
keinginan dihati kecil saya tuk menjadi pengajar di perguruan tinggi.
Ditengah sibuk mengajar, menyempatkan diri tuk ikut Pramuka |
Saya salut dengan perjuangan wanita ini. Sampai akhir hayatnyapun, ia masih menyandang status sebagai guru di sebuah sekolah dasar negeri, tempat ia menyumbang ilmu dan menyambung hidup.
Wahai guruku, semoga...
jasamu tetap dikenang oleh murid-muridmu, dan abdimu akan terukir
indah dibenak setiap orang yang pernah menerima transferan ilmu
pengetahuanmu.
Sayapun,
akan selalu mengenang bagaimana caramu menjadi guru. Caramu mendidik aku, caramu berinteraksi, caramu belajar dengan segala kelebihan
dan kekuranganmu.
Saat Family Gathering |
Wahai
guruku, Engkau tak salah memilih profesimu. Karena dengan itulah,
engkau menjadikanku mengambil banyak hikmah dan pelajaran dari
berbagai hal yang terjadi. Layaknya seorang guru yang selalu berbagi
kisah tentang pengetahuan atau kejadian yang pernah ia alami, kepada
murid-muridnya, sebagai bagian dari ilmu.
Karena
aku belajar darimu, kini kau berhasil membawa aku menjadi orang yang
bisa tampil didepan umum (meski bukan sebagai kapasitas sebagai guru), layaknya seorang guru yang selalu berhadapan setiap hari dengan
murid-muridnya didepan kelas.
Dan
di hari ini, 25 November, yang bertepatan dengan hari guru,
ku ucapkan “Selamat Hari Guru”, untukmu..., wahai guruku.
Engkau adalah guru sekolahku, sekaligus guru sejak aku masih dalam kandungan, yang dengan penuh perjuangan luar biasa telah melahirkanku ke dunia. Terima kasih atas jasa-jasamu selama ini. Bangga padamu.
Engkau adalah guru sekolahku, sekaligus guru sejak aku masih dalam kandungan, yang dengan penuh perjuangan luar biasa telah melahirkanku ke dunia. Terima kasih atas jasa-jasamu selama ini. Bangga padamu.
Karena
engkau dan para guru yang pernah mengajariku, membuat aku bisa menuliskan hal ini untukmu, juga untuk
pembaca tulisan ini.
Diam-diam,
aku belajar dari caramu tuk menggapai cita, meski cita-cita kita
berbeda.
Sekali lagi,......
Sekali lagi,......
Selamat hari guru, tuk semua guru,
Terkhusus tuk Ibu tersayang...
Mom & Me |
itu yang foto sama anak kecil kamu ya mbak, hehe...sejak dari paragraf awal2 aku dah tau kalo itu yg diceritakan ibumu hihi.
ReplyDeletebtw kakak sepupu saya suaminya pernah jadi kepala sekolah SD, tapi mengundurkan diri, malah pengen jadi guru karena pengen ngajar, kalo kepala sekolah kan nggak ngajar paling sebagai pengganti guru yang berhalangan saja :D
hehehe, iya mas..yg bocah kecil itu saya, waktu belum tau dosa, hihihih....
DeleteIya, kalo kepsek, ngajarnya pas ada guru yg lagi berhalangan hadir aja, hehehe, makasih mas Ari...
Selamat hari guru :D
ReplyDeleteSelamat Hari Guru juga, Fandy..:)
DeleteWihiii... rasanya lebih nyeess ketika guru itu ternyata anggota keluarga juga ya.
ReplyDeleteSelamat hari guru nasional ya mbak Eka. Salam buat ibu mbak Eka ^^
Hai Hilda, iya ... keluarga besar saya, selain ibu saya, memang banyak yang berprofesi juga sbg guru...
DeleteSalam juga buat Ibu kamu, ya.. :)
sama Mbak, ibuku juga seorang guru yang sudah mengabdi selama 40 tahun dan sekarang sudah pensiun.
ReplyDeletesemoga jasa guru tetap dikenang dan abadi sepanjang masa :)
Wow, ternyata kita sama-sama anak guru ya mbak, Bedanya, kalo mbak Ninik menuruni bakat ibunya, kalau aku, kayaknya punya bakat lain,. heheheh.
DeleteYa, semoga jasa guru tetap dikenang dan abadi sepanjang masa :) Amin.
Wah ibunya hebat banget. Sungkem untuk ibu ya :)
ReplyDeleteTerimakasih mak Lusi... Sungkem juga tuk ibunya mak Lusi, ya.. :)
Delete