9
Summers 10 Autumns yang “melompat-lompat
”, namun tetap nyantol di hati
Tiket masuk nonton film 9S10A |
Film
ini ini adalah kisah nyata dari perjalanan hidup seorang anak sopir
angkot yang sukses di negeri Super Power, New York, yang diangkat
dari Novel karangan Iwan Setyawan.
Buat
yang membacanya novelnya, dan sudah menonton filmnya dengan
judul yang sama, tentu akan tau bahwa banyak sekali kisah Iwan yang
tidak ditampilkan dalam layar lebar yang kemarin baru saja saya
tonton itu.
Sebagai
orang yang membaca bukunya sampai tuntas, saya agak kaget juga lo
dengan lompatan-lompatan kisah di film ini yang begitu cepat. Jujur,
agak kesal sedikit sih, hehehe… Misalnya, tak ada adegan Iwan
dan Bayek kecil yang menyusuri jalanan di New York, duduk ditaman
sambil bercerita tentang masa lalu, yang tertulis indah dalam
novelnya. Adegan Iwan dan Bayek kecil (Bayek, adalah panggilan
Iwan semasa kecil) hanya sebatas percakapan di dalam sebuah ruangan
tertutup saja. Misal, didalam kamar apartemen dan ruangan kantor Iwan
di New York. Itupun hanya selintas saja. Padahal, saya juga ingin
menikmati keindahan New York lebih banyak lagi,lo.. hehehhe,..
Pun,
ketika Iwan yang sudah mendapatkan pekerjaan di Jakarta, eh dengan
cepatnya tiba-tiba langsung ke scence Iwan yang menerima
interview dari perusahaan New York. Padahal, Iwan sempat
berpindah-pindah kantor perusahaaan analis data di Jakarta.
Dan, masih banyak lagi lompatan-lompatan adegan lainnya.
Oh
ya, sedikit penjelasan. Mungkin anda yang belum membaca
bukunya, agak bingung dengan Iwan dan Bayek kecil atau Iwan kecil?
Jadi, dalam film ini, setelah Iwan timnggal di New York, muncul
seorang anak laki-laki yang katanya disuruh Ibunya Iwan tuk
temani pria smart ini di sana. Nah, anak kecil ini adalah
sosok si Bayek atau Iwan kecil.
So,
Setiap saya menonton adegan-adegan yang “berlompatan itu”
, hati saya menebak, pasti setelah ini akan begini deh atau
begitu..,. Eh taunya salah. Hehehhe ..
Tapi
saya memakluminya kok...
Seperti
yang dulu pernah diceritakan oleh bung Iwan Setyawan ketika Sharing
di Hotel Grand Kemang, Jakarta pada bulan Februari lalu bersama
Keluarga Apel, dia sempat bilang “ Ini film, yang berdurasi sekitar
2 jam saja, tentu tak mungkin akan menampilkan semua adegan
yang ada didalam buku.”
Yah,
ternyata adegan yang dihadirkan memang yang hanya mewakili
point-point penting dari perjalanan dan perjuangan hidup Iwan.
Meski begitu, film ini tetap tak kehilangan alur dan
makna dari cerita itu sendiri.
Maklum,
baru kali ini saya menonton film yang bukunya sudah pernah saya baca
sebelumnya. Jadi, salah satu tujuan saya untuk menonton, selain ingin
melihat kisah special ini, ya emang juga untuk “membandingkan”
dengan bukunya ., hehehh.
Berbeda
ketika saya nonton di Film Ayat-Ayat Cinta yang sempat menyedot
banyak penonton itu . Saya tak begitu merasa banyak kehilanagn
adegan, karena saya memang tak membaca bukunya. Jadi ya saya
menikmati saja, heheh..
Nah,
hal yang sama juga terjadi dengan teman saya, Angga,
yang saya ajak nonton film yang dibintangi Ihsan Tarore yang berperan
sebagai Iwan dewasa ini. Si Angga, dia justru ogah-ogahan
membaca bukunya ketika saya tawarkan. Dia mengintip novel 9 Summers
10 Auntumns ini, hanya dua bab saja .
Tapi,
ketika nonton filmmya, dia justru mewek-mewek disebelah saya.
Justru dia bilang, kalau tempo hari menyelesaikan novelnya sampai
tuntas, barangkali mewek-meweknya gak dahsyat, hihihih.. . karena,
bagi orang yang tidak membaca atau tak tuntas menghabiskan novelnya,
pasti banyak sekali melihat keterkejutan- keterkejutan yang
mengaduk-ngaduk emosi mereka.
Namun,
meski banyak “loncatan”, cerita yang dihadirkan tetap menyentuh
hati dan memberikan nuansa perjuangan untuk keluar dari
keadaaan sulit, dengan kepintaran dan ketekunan.
Salut
euy untuk Bung Iwan yang dimasa kecilnya sanggup belajar dimalam atau
dini hari, dimana orang-orang masih nyenyak terlelap di pulau kapuk,
dia justru belajar menghapal rumus-rumus matematika. Ah,
terharu banget. Tapi, sebaliknya saya langsung tertawa ngikik
ketika Iwan kecil yang pemalu disuruh nyanyi di panggung, tapi
belum sempat mengeluarkan suara emasnya, eh udah ngacir duluan sambil
manggil emaknya,…hahahahah….
Shafil Hamdi bersama Iwan Setyawan. Sbr foto:disini |
Saya
suka lo akting dan wajah Bayek kecil yang diperanin oleh Shafil
Hamdi Nawara, cocok banget deh anak imut ini meraninnya.
Eh,
saya juga kaget ketika dipertengahan cerita di film,
ternyata ada si eneng yang terkenal dengan gaya ngomongnya yang
ngocol, juga hadir sebagai cameo di film ini, berperan sebagai
ibu-ibu tukang jualan pecel lele. Siapa lagi kalau bukan Ria Irawan,
artis senior yang tiada matinya, yang juga adik kandung Dewi Irawan,
yang berperan sebagai Ibunya Iwan. Malah diawal cerita, Ibu kandung
dua artis senior ini, Ade Irawan, sudah nongol duluan, sebagai nenek
dari Bayek/ Iwan Kecil.
Alex
Komangpun tak kalah apiknya memerankan tokoh Bapak yang begitu
keras dan garangnya.... aarrgghhh….. (sumpah, ngeri banget ngeliat Om
Alex di film ini kalau udah ngomong nada tinggi, hihihih)
Tapi,
hati seorang Bapak, meski keras dan terkesan egois, tetep peduli
terhadap anaknya. Satu lagi adegan yang bikin mewek, ketika Si Bapak
rela menjual angkotnya demi membiayai kuliah dan hidup Iwan di
Bogor. Yaaa…Hati orang tua itu tak bertepi ya… Kalau
angkot itu tak dijual, mungkin Iwan tak akan berangkat ke Bogor
kala itu, untuk menempuh pendidkan di IPB dengan cara PMDK, dan
tentu tak akan begini ceritanya. Tak mungkin muncul istilah
"Dari Kota Apel ke The Big Apple" Dan tak akan terbentuk
komunitas Kelurga Apel. Juga gak akan terwujud sharing asyik dan
bermutu ala 9 Summer 10 Autumns, yang kisahnya saya tulis disini.
Pantas
saja film keren ini dipersembahkan untuk Sang Bapak, yang tak sempat
menyaksikan novel hebat anaknya diangkat kelayar lebar. Karena
beliau (Bapaknya Bung Iwan) sudah berpulang pada tahun 2012
lalu.
Tapi,..eehmm
penasaran euy,,apa kabar kisah cinta monyet antara Iwan dan
Mida ya? hahahaha
Oh
ya buat yang belum sempat menonton film ini,atau barangkali tak
sempat membaca bukunya, sehingga agak gak mudeng barangkali
dengan tulisan saya diatas, nah ini dia saya kasih sinopsisnya.....
Di
kaki Gunung Panderman, Batu, Malang di rumah berukuran 6 x 7 meter,
seorang anak laki-laki bermimpi. Kelak, ia akan membangun kamar di
rumah mungilnya. Hidup bertujuh dengan segala sesuatu yang terbatas,
membuat ia bahkan tak memiliki kamar sendiri.
Bapaknya,
sopir angkot yang tak bisa mengingat tanggal lahirnya. Sementara
ibunya, tidak tamat Sekolah Dasar. Ia tumbuh besar bersama empat
saudara perempuan. Tak ada mainan yang bisa diingatnya. Tak ada
sepeda, tak ada boneka, hanya buku-buku pelajaran yang menjadi "teman
bermain"-nya.
Di tengah kesulitan ekonomi, bersama saudara-saudaranya, ia mencari tambahan uang dengan berjualan di saat bulan puasa, mengecat boneka kayu di wirausaha kecil dekat rumah, atau membantu tetangga berdagang di pasar. Pendidikanlah yang kemudian membentangkan jalan keluar dari penderitaan. Dan kesempatan memang hanya datang kepada siapa yang siap menerimanya.
Dengan kegigihan, anak Kota Apel dapat bekerja di The Big Apple, New York. Sepuluh tahun mengembara di kota paling kosmopolit itu membuatnya berhasil mengangkat harkat keluarga sampai meraih posisi tinggi di salah satu perusahaan top dunia.
Di tengah kesulitan ekonomi, bersama saudara-saudaranya, ia mencari tambahan uang dengan berjualan di saat bulan puasa, mengecat boneka kayu di wirausaha kecil dekat rumah, atau membantu tetangga berdagang di pasar. Pendidikanlah yang kemudian membentangkan jalan keluar dari penderitaan. Dan kesempatan memang hanya datang kepada siapa yang siap menerimanya.
Dengan kegigihan, anak Kota Apel dapat bekerja di The Big Apple, New York. Sepuluh tahun mengembara di kota paling kosmopolit itu membuatnya berhasil mengangkat harkat keluarga sampai meraih posisi tinggi di salah satu perusahaan top dunia.
Namun
tak selamanya gemerlap lampu-lampu New York dapat mengobati kenangan
yang getir. Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi dan menghadirkan
seseorang yang membawanya menengok kembali ke masa lalu. Dan pada
akhirnya, cinta keluargalah yang menyelamatkan semuanya.
Begitulah
sinopsisnya.....
Ehm,
….meski 9 Summers 10 Autumns bagi saya alur lompatannya
ceritanya agak cepat, tapi tetap menyentuh hati. Layak untuk
ditonton, supaya bisa menginspirasi kita semua, terutama untuk
generasi muda.
Salam
Apel…
Sbr Foto:disini |
No comments
Hai,
Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..